BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak
dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun
swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara
kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat
cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi
negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu
orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai
ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.
A. Sejarah Penyebaran Tanaman Kelapa Sawit
Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat
melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika
menyaksikan penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai
bahan kecantikan. Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan
daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias sekitar tahun 1848.
Daerah pertama di Indonesia yang diketahui sangat cocok untuk
membudidayakan tanaman kelapa sawit ini adalah Sumatera Utara.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh beberapa
perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga tahun
1920 sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa
suram bagi tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan
Jepang, yang mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman
pangan. Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi
berproduksi.
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman
kelapa sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit
dilaksanakan dengan jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari
daerah serta kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun
perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Data
menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit,
khususnya perkebunan rakyat.
B. Perdagangan Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa,
kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas
kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak
kelapa sawit mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang
dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, dan
lain sebagainya.
Minyak kelapa sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, dan fatty acid. Olein dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng, stearin digunakan untuk pembuatan mentega, sedangkan fatty acid dalam pengembangannya dapat digunakan sebagai bahan dasar oleokimia.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan,
sehingga perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa
sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan
kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di
seluruh provinsi di Indonesia. Pemasaran produk kelapa sawit pada
perkebunan besar negara dilakukan secara bersama melalui kantor
pemasaran yang sudah ditunjuk bersama, sedangkan untuk perkebunan besar
swasta, pemasaran dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya
perusahaan besar, baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit
dalam bentuk olahan, yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti
sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang
atau industri dalam negeri.
Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat yang hasil
produksinya terbatas, penjualan sulit dilakukan apabila ingin menjualnya
langsung ke industri pengolah. Oleh karena itu, petani harus menjualnya
melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke
pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai pemasaran
hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang
diperoleh para petani relatif kecil.
A. Prospek Budidaya Kelapa Sawit
Permintaan yang cenderung terus meningkat menyebabkan harga minyak
sawit dalam negeri pun terus menunjukkan peningkatan, walaupun perlu
diperhatikan bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, terutama harga minyak goreng dari bahan lain di
dunia.
Produksi minyak kelapa sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh
industri pangan, terutama industri minyak goreng dan industri nonpangan
seperti industri kosmetik dan farmasi. Potensi pasar yang lebih besar
dipegang oleh industri minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari
semakin bertambahnya jumlah penduduk yang membutuhkan minyak goreng
dalam proses memasak bahan pangannya.
Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat
menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu
menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia
seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi
subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi
dengan minyak bumi.
A. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil)
dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri
karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri
yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri
pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah
dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara
lain:
- Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi;
- Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi;
- Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan;
- Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.
- B. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
- 1. Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan
kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan
dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain
itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah
faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
a. Iklim
- Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran
rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000
mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang
ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara
200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500
meter di atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan
terhambat dan produksinya pun akan rendah.
- Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam
per hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena
berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan
curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
- Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa
sawit. Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit
berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan.
Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu
semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan
bunga mengalami merata sepanjang tahun.
b. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung
pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu
dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah
tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan
organosol/gambut tipis.
Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
- Sifat fisis tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit
miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur,
subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat
dengan permukaan tanah.
Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang
cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah
yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal.
Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis
tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
- Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH
optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya
dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah
organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan
mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih
lanjut memiliki pH rendah.
2. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
budidaya tanaman karena menentukan masa perkembangan dan pertumbuhan
tanaman. Perawatan tidak hanya ditujukan pada tanamannya, tetapi juga
pada media tanah pada lahan pertanaman tersebut. Perawatan tanaman
kelapa sawit meliputi penyulaman, pembuatan piringan, penanaman tanaman
sela, pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, dan penyerbukan
buatan.
2.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
- Sebagai bahan kajian mahasiswa mengenai panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
- Sebagai cara untuk mempelajari berbagai cara panen dan penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
- Sebagai syarat untuk melaksanakan tugas individu dari dosen.
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Objek Penulisan
Objek penulisan mencakup gambaran/penjelasan, penentuan saat panen
yang tepat, cara panen, perubahan-perubahan yang terjadi setelah panen,
pemeliharaan kualitas selama penyimpanan dan pengangkutan dan penentuan
kelas produk (grading).
2.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan makalah ini, penulis secara umum mendapatkan bahan
tulisan dari berbagai referensi, baik dari tinjauan kepustakaan berupa
buku – buku atau dari sumber media internet yang terkait dengan budidaya
kelapa sawit dengan panen dan penanganan pasca panennya.
2.3 Metode Analisis
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analisis, yaitu
dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang
ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung
lainnya, serta mencari alternatif cara panen dan penanganan pasca panen
yang tepat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Manajemen Panen Kelapa Sawit
Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan
produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya
produksi serendah mungkin, menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya
dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan secara sosial
dapat dipertangung-jawabkan, mempertahankan produktivitas tinggi secara
berkesinambungan dalam beberapa generasi pertanaman serta mempertahankan
kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tahapan akhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit adalah panen tandan
buah segar (TBS) yang menjadi salah satu kunci penentu produktivitas
kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh seberapa banyak
kandungan minyak yang diperoleh dan seberapa baik mutu minyak yang
dihasilkan. Hasil minyak yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai
faktor, salah satu diantaranya adalah tata cara panen kelapa sawit.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana manajemen panen kelapa sawit agar diperoleh tingkat produktivitas yang tinggi.
A. Identifikasi Tanaman Siap Panen
Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan
penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena
saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang
telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan
baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan
tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi
dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan
dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu
yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan
pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami
penurunan mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.
Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun kepala
sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan agar segera diperoleh
hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit. Penentuan
panen pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman dan
dikoreksi melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman
telah memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit,
tetapi bilamana performa tanaman, khususnya bonggol dan ukuran tandan
buah terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka umur pertama panen di tunda
dengan membuang bunga dan bakal buah yang ada.
Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang
dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat
dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana performa/penampilan
bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga, maka pada
tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk membuang
tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk
mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang
seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat
menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun
jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun
jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap
panen pada umur 2,5 tahun.
B. Identifikasi Tandan Buah Masak
Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung dari
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah
pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus
menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan
pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan
yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan
menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun.
Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi
12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam satu tandan
tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya.
Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah.
Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara
fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah
menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari
kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang
minimal.
Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah.
Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman
menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali
dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per
tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak.
Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan
pengalaman pekerja. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5
buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah
membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata
tandan sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan
dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari
10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur
lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara
praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar
(TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah
sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang
jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem
giring dan sistem tetap.
C. Persiapan Panen
Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak
maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini
perlu kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode
pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan
buah sawit.
Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan
buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit,
khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan
hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen
yang baik.
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur
2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan.
Agar panenan berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus
dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk
memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen
juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa
sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah
segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang
dihasilkan bermutu baik.
A. Kriteria Tanaman Menghasilkan
Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi
tanaman menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.
a) Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih
b) Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.
c) Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.
1. Kerapatan
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki
tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum
menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki
tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam
areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang
mempunyai tandan matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi
tanaman menghasilkan (TM).
2. Bobot rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap
hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih
dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan
penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg,
panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat
diolah pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa
sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya)
untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu
brondolan untuk tiap kilogram tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat
adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka panenan dapat dilakukan.
3. Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon
yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu
petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi
pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan
untuk memanen.
B. Derajat Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi.
Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh
standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi
merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.
1. Kriteria matang panen
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di
mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu
sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap,
sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan
(membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan
minyak setelah buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh
perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap.
Gambar 1. Kriteria matang yang siap dipanen
Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol, seyogianya
untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip buah yang membrondol, tetapi
hal ini tidak praktis dan tidak ekonomis, karena tandan buah akan
matang keseluruhannya selama 15 hari sesudah brondolan pertama. Karena
tandan kecil yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang besar.
Maka jika panenan ditunggu hingga semua atau hampir semua buah
membrondol, pembusukan buah yang terlebih dahulu masak mulai terjadi dan
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jika pemanenan
dilakukan sejak buah yang pertama membrondol, maka kadar asam lemak
bebas (ALB) rendah pada minyak maupun inti.
Gambar 2. Brondolan
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilan pemanenan buah dilakukan
dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam
lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya,
bila pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar
ALBnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Gambar 3. Buah sawit siap panen
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah
segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi
mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.
Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen
Tingkat
|
Jumlah Brondolan
|
Kematangan
|
0.
1.
2.
3.
4.
5.
|
1-12,5% buah luar membrondol
12,5-25% buah luar membrondol
25-50% buah luar membrondol
50-75% buah luar membrondol
75-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk
|
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II
|
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka
derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen
berada tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan
terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu
panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.
1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi
panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak
terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan
yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan
tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat
matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi
minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih
berada di bawah 5%.
2. Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang
dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari.
Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau
rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu
dievaluasi kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas
maksimum. Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama
untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil serta biaya panen yang
optimal. Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika
selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah kurang matang; tetapi jika
selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah kelewat matang;
sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.
1.1 Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus
segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak
kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini
berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan
pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit
dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1) Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2) Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
A. Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke
pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan
mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam
lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap
kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas
adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya
dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan,
atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak
terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk
menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.
Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya
ditimbang dulu, kemudian memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya.
Tandan buah segar yang diterima dari kebun harus ditimbang dengan cermat
yang nantinya perlu di dalam proses pengendalian mutu, rendemen hasil
yang diperoleh.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat
mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan
sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
- Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
- Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan kualitas yang paling baik.
- Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
- Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan penuh.
- Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122285-panen-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-sawit-tujuan.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://sawitgembala.blogspot.com/2010/08/kegiatan-panen-buah-segar-kelapa-sawit.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagai-hasil-olahan-dari-kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-kepentingan.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya. Bandung.
blog yang sangat bagus :)
BalasHapusku tunggu kunjungan baliknya ya sob..
http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2013/01/makalah-struktur-dan-fungsi-batang.html
makasih
makasih sob, sudah takunjungi balik,..
Hapuskeren banget nih kak
BalasHapusplang alfamart