I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman kedelai (Glycine max L.) merupakan
komoditas tanaman pertanian yang cukup penting, karena peranannya sebagai
sumber protein nabati yang dapat diolah menjadi bahan makanan seperti tempe, kecap dan bahan baku untuk industri susu
kedelai. Sebagai salah satu sumber
makanan, kedelai sangat baik untuk dikonsumsi karena dalam setiap 100 g
mengandung 330 kalori, 35% protein, 18% lemak, 35% karbohidrat dan 8% air
(Sumarno, 1984).
Data Statistik 2002
menunjukkan produksi kedelai nasional mencapai 652.755 ton dengan rata-rata
produksi 11,5 kw/ha. Di Sulawesi Tengah
pada tahun yang sama tercatat produksi kedelai sebesar 1,96 ton, sehingga
rata-rata produksinya baru mencapai 10,56 kw/ha.
Data kerugian hasil
kedelai akibat nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) sangat beragam
tergantung pada kepadatan populasi awal nematoda, faktor-faktor lingkungan
terutama kelembaban, suhu dan cara pengelolaan.
Di Florida telah dilaporkan kerugian mencapai 90%. Di Indonesia pendataan kerugian hasil karena
nematoda puru akar belum dilakukan (Adnan, et. al., 1998).
Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai baik melalui
penerapan program intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian, namun hasilnya
relatif belum menujukkan peningkatan produksi yang nyata. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
pembatas, terutama serangan mikroorganisme pengganggu, seperti nematoda puru
akar (Meloidogyne spp.)
(Sukanaya, 2001).
Di Indonesia Meloidogyne
spp. yang ditemukan menyerang tanaman
kedelai adalah M. incognita dan M. javanica. Lebih lanjut Herman (1981), dalam
Sukanaya (2001), menyatakan bahwa Meloidogyne spp. bersifat patogenik terhadap tanaman kedelai
dan kacang hijau dengan tingkat kerusakan cukup berat, tetapi pada kacang tanah
berbagai cara pengendalian telah dilakukan, terutama melalui penggunaan bahan
kimia atau nematisida. Namun penggunaan
senyawa kimia membutuhkan biaya relatif mahal serta alat-alat khusus dan adanya
efek negatif terhadap lingkungan.
Penggunaan varietas
tahan untuk mengendalikan organisme pengganggu memiliki beberapa keuntungan
antara lain : mudah, murah, bersifat spesifik terhadap organisme tertentu,
tidak mencemari lingkungan dan kompatibel dengan taktik pengendalian yang lain
(Kogan, 1974 dalam Sukanaya, 2001).
Berdasarkan hal tersebut
di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang ketahanan beberapa varietas
kedelai terhadap serangan nematoda puru akar Meloidogyne spp.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas
kedelai yang tahan terhadap serangan nematoda puru akar Meloidogyne spp.
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu strategi pengendalian
terpadu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi bagi petani, terutama dalam memilih varietas kedelai yang tahan
terhadap serangan puru akar Meloidogyne spp.
1.3
Hipotesis
Setiap varietas memiliki daya tahan yang berbeda
terhadap serangan nematoda puru akar Meloidogyne spp. dan
sekurang-kurangnya terdapat satu varietas kedelai yang lebih tahan dibandingkan
dengan varietas kedelai lainnya.
...............................................................................................bersambung.. .. .
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???