KEBUN JATI

Terletak di Desa Talaga Kecamatan Dampelas, dengan Luas 7 ha.

PANTAI BAMBARANO

Pantai berkarang indah ini terletak di Desa Sabang kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.

JEMBATAN PONULELE

Jembatan Kebanggan warga Palu ini berada diwilayah pantai talise menuju arah donggala.

TANJUNG KARANG

salah satu objek wisata pantai, yang terletak di ujung pantai Donggala, dengan suasana pantai yang terasa nyaman.

situs Tadulako dan Pokekea

situs sejarah ini berada di lembah Besoa, Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah..

Jumat, 31 Mei 2013

IDENTIFIKASI PENYAKIT JATI (TECTONA GRANDIS) DAN AKASIA (ACACIA AURICULIFORMIS) DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

 



IDENTIFIKASI PENYAKIT  JATI (TECTONA GRANDIS) DAN AKASIA (ACACIA AURICULIFORMIS) DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH
Diseases Identification in Teak (Tectona grandis) and Acacia (Acacia auriculiformis) in Community Forest of
Wonogiri District, Central Java

Burhan Ismail 1) dan Illa Anggraeni 2)
1Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta
2Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor



ABSTRACT

Since the regreening project launched by presidential decree in 1976/1977 and the movement of National Land and Forest Rehabilitation (GNRHL) in 2003, community forest plantation area is increasing and inclined to be more independent in their plantation management. In Wonogiri district the community forest achieve the total area of 27.433 hectare, spreaded out in 25 subdistricts. Disease on forest plantation is one of factors that causing significant failure risk and has to be tackled seriously. It is impossible to produce health forest by ignoring disease problem. The study objective is to identify plant disease (particularly on Teak and Acacia) in community forest of Wonogiri district, Central Java. The process is a preliminary study to determine further strategy in disease management. The study result showed that the teak plants were attacked by bacteria of Pseudomonas tectonae (Ralstonia solanacearum). While the Acacia were attacked by fungi of Meliola sp., Atelocauda digitata and Oidium sp., the three fungi attacked Acacia are obligate parasitic.

Key words: Community Forest, Disease Identification, Teak disease, Acacia disease.


ABSTRAK

Sejak adanya ”Proyek Inpres Penghijauan” tahun 1976/1977 dan program ”Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan” (GNRHL/Gerhan) pada tahun 2003, kegiatan penanaman hutan rakyat semakin marak dan sampai saat ini berkembang menjadi hutan swadaya. Di Kabupaten Wonogiri luas hutan rakyat pada tahun 2005 mencapai 27.433 hektar yang tersebar di 25 kecamatan. Pada setiap pengusahaan hutan rakyat ada resiko terjadi serangan penyakit. Masalah penyakit pada hutan rakyat sementara ini informasinya masih relatif sedikit, padahal masalah penyakit dalam sektor kehutanan perlu mendapat perhatian yang lebih serius, karena tidak akan mungkin diperoleh suatu tegakan atau tanaman hutan yang sehat apabila masalah penyakit diabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi  penyakit tanaman (khususnya jati dan akasia) pada hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Proses identifikasi penyakit ini merupakan langkah  pertama yang dilakukan untuk nantinya mengambil tindakan dalam pengendalian penyakit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tanaman jati terserang oleh penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas tectonae (Ralstonia solanacearum). Acacia auriculiformis terserang penyakit embun jelaga disebabkan oleh fungi Meliola sp., penyakit karat daun disebabkan oleh fungi Atelocauda digitata  dan penyakit embun tepung disebabkan oleh Oidium sp. Ketiga fungi yang menyerang A. Auriculiformis bersifat parasit obligat.


Kata kunci : Hutan rakyat, Identifikasi penyakit, Penyakit jati, Penyakit akasia


I.                   PENDAHULUAN


Pembangunan hutan rakyat merupakan program nasional yang sangat strategis, baik ditinjau dari kepentingan nasional maupun dari segi pandangan global, meliputi aspek ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Perkembangan hutan rakyat saat ini cukup pesat terutama setelah pasar kayu semakin baik dan didukung oleh minat petani untuk menanam jenis kayu-kayuan sangat tinggi, sehingga terlihat adanya sentra-sentra budidaya tanaman hutan rakyat yang telah berkembang baik di Jawa maupun di luar Jawa (Mindawati dkk., 2006).




Salah satu kabupaten yang sudah sejak lama mengembangkan hutan rakyat yaitu Kabupaten Wonogiri. Di Wonogiri hutan rakyat diperkenalkan sejak adanya program ”Karang Kitri” atau proyek rencana kesejahteraan istimewa sekitar tahun 1960-an (Anonim, 1995 dalam Donie, 1996). Usaha ini bertujuan untuk menghijaukan pekarangan, talun, lahan-lahan  rakyat yang  gundul, juga untuk konservasi tanah dan air serta  perbaikan lingkungan. Selain itu diarahkan untuk mencapai sasaran peningkatan sosial ekonomi atau kesejahteraan masyarakat di pedesaan dan kebutuhan bahan baku kayu. Sejak adanya ”Proyek Inpres Penghijauan” tahun 1976/1977 dan program ”Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan” (GNRHL/Gerhan) pada tahun 2003, kegiatan penanaman hutan rakyat semakin marak dan sampai saat ini berkembang menjadi hutan swadaya. Di Kabupaten Wonogiri luas hutan rakyat pada tahun 2005 mencapai 27.433 hektar yang tersebar di 25 kecamatan (Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Wonogiri, 2005).

Jenis tanaman hutan yang dikembangkan di hutan rakyat Kabupaten Wonogiri antara lain jati (Tectona grandis L.f.), akasia (Acacia auriculiformis A. Cunn.), pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vriese), sengon (Paraserianthes falcataria Backer.), mahoni (Swietenia macrophylla King.), cendana (Santalum album L.) yang dicampur dengan tanaman pertanian/perkebunan seperti jambu mete (Anacardium occidentale L.), ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.), kacang tanah (Arachis hipogaea L.) dan jagung (Zea mays L.). Jenis Jati merupakan yang dominan diantara 6 jenis tanaman hutan yang dikembangkan tersebut. (Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Wonogiri, 2005).

Jenis pohon yang dikembangkan pada hutan rakyat umumnya sama dengan jenis pohon yang dikembangkan pada hutan tanaman yaitu jenis pohon cepat tumbuh dengan pola tanam monokultur atau tumpangsari dengan tanaman pertanian. Hutan rakyat juga merupakan suatu ekologi binaan dengan budidaya pohon hutan yang sudah seharusnya menerapkan silvikultur intensif. Sehingga pada setiap pengusahaan hutan rakyat ada resiko penyakit. Masalah penyakit pada hutan rakyat sementara ini informasinya masih relatif sedikit. Masalah penyakit tanaman dalam sektor kehutanan perlu mendapat perhatian yang lebih serius, karena tidak akan mungkin diperoleh suatu tegakan atau tanaman hutan yang sehat apabila masalah penyakit diabaikan. Atas dasar hal tersebut diatas maka perlu adanya kajian aspek penyakit di hutan rakyat yang meliputi jenis patogen dan ekobiologi patogen, sehingga dapat sebagai pedoman untuk pencegahan dan pengendalian yang tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi  penyakit tanaman (khususnya jati dan akasia) pada hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Proses identifikasi penyakit ini merupakan langkah awal yang dilakukan untuk nantinya mengambil tindakan dalam pengendalian penyakit.



II.                 BAHAN DAN METODE


A.                Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di hutan rakyat di 5 kecamatan (Batuwarno, Baturetno, Pracimantoro, Giritontro dan Nguntoronadi) yang termasuk wilayah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 Kecamatan yang terdiri dari 240 desa, dan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah. (Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Wonogiri, 2005). Tanaman hutan yang ada di hutan rakyat Kabupaten Wonogiri ada 6 jenis akan tetapi baru 2 jenis yaitu jati dan akasia saja yang menjadi obyek pengamatan.

Wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki bentuk topografi mulai dari datar sampai bergunung dengan elevasi terendah 127 m dpl dan tertinggi mencapai 1300 m dpl. Kelerengan cukup bervariasi, yaitu 0 8% mencapai 39,4%, 8 -15% mencapai 15,26%, 15 25% mencapai 21,6%, 25 45% mencapai 11,36% dan lebih dari 45% mencapai 12,27%. Jenis tanah meliputi jenis litosol, grumosol, latosol, dan mediteran, dengan batuan vulkanik, batuan kapur dan batuan peralihan vulkanik dengan kapur.

B.                Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari media biakan agar kentang atau PDA (potatoes dextrose agar) alkohol 70%, akuades steril, kapas, kertas saring, kertas hisap, kertas tissue, kertas koran, aluminium foil, dan kertas label.