Selasa, 20 November 2012

makalah tentang getah damar



 BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Hasil hutan selain kayu, yang lebih dikenal dengan sebutan HHBK (hasil  hutan bukan kayu), selalu menduduki peran penting dan besar dalam  ekonomi kehutanan di negara-negara berkembang (Arnold, 2004), tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak lepas dari banyaknya jenis HHBK yang  dapat diperoleh dari hutan, baik yang berasal dari tumbuhan (HHBK nabati)  maupun dari hewan (HHBK hayati). Pemanfaatan HHBK pada umumnya  untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, energi, dan obat-obatan (HHBK FEM), serta pemanfaatan lainnya (HHBK non FEM). Produk HHBK telah menjadi pemasukan sekaligus pendapatan langsung bagi pemenuhan kebutuhan banyak rumah tangga dan masyarakat di seluruh dunia (Iqbal, 1993; Walter, 2001).
Di banyak negara, total nilai ekonomi dari HHBK diperkirakan mampu memberi sumbangan terhadap pemasukan negara yang sama besar, bahkan mungkin lebih, daripada yang dapat diperoleh dari kayu bulat. Di Indonesia sendiri, nilai ekonomi HHBK diperkirakan mencapai 90 % dari total nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan (Lampiran Permenhut No. P.21/Menhut-II/2009).
Selama ini HHBK seolah dipandang sebelah mata dan hanya dianggap sebagai hasil hutan ikutan. Hal ini tidak lepas dari besarnya variasi jenis HHBK, sehingga tidak ada penanganan yang fokus dan terarah sebagaimana pada produk kayu bulat (Prayitno, 2007). Akibatnya, kebanyakan HHBK tidak terkelola secara memadai agar memiliki nilai eknonomi dan nilai tambah yang tinggi. Baru dalam beberapa tahun terahir ini, setelah era keemasan kayu bulat terlewati dengan meninggalkan banyak masalah akibat degradasi hutan yang luar biasa berat, HHBK mulai mendapat perhatian yang lebih serius. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari semula berbasis kayu (timber-based managment) menjadi berbasis sumberdaya (resource-based management) menjadi titik balik arah pembangunan kehutanan. Multi fungsi hutan yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial bagi negara dan masyarakat, tidak lagi dilihat dari produk hasil hutan kayu saja, melainkan juga potensi hasil hutan lainnya, seperti HHBK, ekowisata, karbon.
Salah satu sumber dari HHBK yakni getah dari kayu damar. Melihat potensinya yang melimpah di Indonesia getah kayu damar dijadikan salah satu tanaman hutan yang mampu memberikan produksi baik kayu maupun hasil lainnya (bukan kayu). Dari pohon ini dihasilkan getah yang memiliki kualitas tinggi yang dikenal dengan nama damar.
Pohon damar yang tumbuh baik di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku selain diambil getahnya, kayunyapun sudah dimanfaatkan. Di daerah Krui (Lampung Utara), kayu damar telah lama diusahakan oleh rakyat untuk diambil getahnya, hal ini sudah terjadi beberapa generasi, sehingga bertani damar telah merupakan mata pencaharian pokok untuk daerah ini.
B.  Tujuan
Adapun tujuan dari pambuatan makalah ini yakni :
a.       Untuk mengetahui potensi dari getah kayu damar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat
b.      Untuk mengetahui fungsi dan manfaat kayu damar.


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Risalah Jenis Kayu Damar
Pohon damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.) adalah sejenis pohon anggota tumbuhan runjung (Gymnospermae) yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina (Palawan dan Samar). Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal.
Pohon yang besar, tinggi hingga 65m; berbatang bulat silindris dengan diameter yang mencapai lebih dari 1,5 m. Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan, mengelupas dalam keping-keping kecil. Daun berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm, meruncing ke arah ujung yang membundar. Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4 cm; runjung biji masak berbentuk bulat telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm. Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl. Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama ditanam di pegunungan.
Sejauh ini A. dammara dianggap sinonim dari A. celebica, dan dipisahkan dari A. alba (sinonim A. borneensis). Di masa lalu, jenis-jenis ini saling tercampur atau dianggap sebagai sinonim. Akan tetapi ada pula pakar yang menganggap taksa-taksa itu sebagai variasi di bawah spesies.
Nama damar (lihat pula: Damar (disambiguasi)) digunakan pula untuk menyebut resin yang dihasilkan oleh jenis-jenis Shorea, Hopea, dan beberapa spesies dipterokarpa lainnya. Sementara, resin pohon damar disebut kopal.
Nama kayu damar digunakan dalam perdagangan untuk menyebut kayu yang dihasilkan oleh jenis-jenis Araucaria. Sementara kayu pohon damar diperdagangkan sebagai kayu agatis.
Nama-nama lokal A. dammara di antaranya adalah damar raja, kisi (Buru), salo (Ternate), dayungon (Samar). Juga ki damar (Sunda), dama, damaa, damah, damahu, rama, marama puti (aneka bahasa di Sulut), koano, kolano, moleauno (Halmahera), dan lain-lain.
Adapun klasifikasi dari pohon damar yakni :
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. dammara





B.  Manfaat Kayu Damar
Damar merupakan salah satu tanaman kayu asli Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan. Pulp dan kayu lapisnya termasuk golongan awet IV dan awet III dengan berat jenis kayunya sekitar  0,49. Nama damar sendiri diambil karena pohon ini memproduksi kopla (getah) atau yang biasa kita sebut dengan “damar”. Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal (hasil olahan getah atau resin yang disadap dari batang damar). Nama kopal berarti juga “dupa” atau “setanggi”. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat dipanen; yang dikenal sebagai kopal sadapan. Kegunaan getah damar antara lain sebagai bahan korek api, plastik, plester, vernis, lak, tinta cetak dan pelapis tekstil. Pohon damar juga disukai sebagai tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan (misalnya di sepanjang Jalan Dago, Bandung).
Damar teristimewa ditanam untuk diambil resinnya, yang diolah menjadi kopal. Resin ini adalah getah yang keluar tatkala kulit (pepagan) atau kayu damar dilukai. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat dipanen; yang dikenal sebagai kopal sadapan. Getah juga diperoleh dari deposit damar yang terbentuk dari luka-luka alami, di atas atau di bawah tanah; jenis yang ini disebut kopal galian.
Pada masa lalu resin damar terutama dihasilkan dari tegakan-tegakan alam di Maluku dan Sulawesi. Kini kopal juga dihasilkan dari hutan-hutan tanaman Perhutani di Jawa.Kayu damar berwarna keputih-putihan, tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di Bogor dan di Sulawesi Utara, kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai papan yang digunakan di bawah atap. Kayu damar diperdagangkan dIndonesia dengan nama kayu agatis
Selain fungsinya sebagai tanaman ”paru-paru kota” dan komoditas penting untuk hasil hutannya, pohon damar juga mulai menarik perhatian para ilmuwan dalam hal pengembangan obat anti Alzheimer.
Penyakit alzheimer sendiri merupakan gangguan saraf di otak yang diakibatkan oleh penyumbatan aliran darah yang menuju ke otak. Disadari atau tidak, penyakit alzheimer adalah penyakit yang cukup banyak menyerang manusia di berbagai belahan dunia. Gejala-gejala penyakit ini diantaranya adalah gangguan memori yang mempengaruhi keterampian dalam bekerja, kesulitan bericara dan berbahasa, kesulitan berpikir abstrak, dan perubahan kepribadian. Penyumbatan aliran darah tersebut disebabkan oleh akumulasi protein amiloid beta peptida yang dihasilkan dari pembelahan senyawa beta amiloid yang merupakan prekursornya. Pembelahan ini terjadi karena adanya aktivitas enzim beta sekretase. Oleh karena itu, penemuan inhibitor aktivitas enzim beta sekretase dapat menjadi suatu alternatif dalam hal pengembangan obat penyakit alzheimer.
Salah satu senyawa alam yang telah diuji aktivitasnya sebagai inhibitor enzim beta sekretase adalah kelompok biflavonoid. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sasaki dkk. (2010) di Jepang bersama peneliti dari Kimia Organik Bahan Alam ITB, diperoleh data bahwa senyawa biflavonoid yang bernama amentoflavon (dan turunannya) memiliki aktivitas yang menarik sebagai inhibitor aktivitas enzim beta sekretase. Senyawa biflavonoid sendiri diketahui merupakan kandungan utama dari beberapa tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae). Pohon damar (spesies Agathis alba) adalah salah satu tumbuhan biji terbuka yang cukup banyak terdapat di Indonesia. Khan dkk. (1972) dari India melaporkan bahwa senyawa amentoflavon diketahui merupakan salah satu kandungan dari spesies Agathis alba yang tumbuh di Taiwan. Akan tetapi, kadar amentoflavon pada pohon damar tersebut juga diketahui masih sedikit (merupakan komponen minor).
Walaupun demikian, sangat dimungkinkan bahwa senyawa amentoflavon (dan turunannya) pada pohon damar yang tumbuh di Indonesia akan ditemukan dalam jumlah banyak karena produksi metabolit sekunder tertentu oleh tumbuhan dipengaruhi oleh aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam biosintesisnya, dan faktor lokasi tempat tumbuh sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim ini. Indonesia memiliki banyak pohon damar (spesies A. dammara dan A. alba) yang tersebar di berbagai daerah. Selain sebagai anti alzheimer, amentoflavon juga dimungkinkan memiliki aktivitas lain yang menarik, diantaranya adalah anti-HIV seperti yang telah diuji oleh para peneliti dari Taiwan dan Amerika. Pada pengujian tersebut, amentoflavon menunjukkan aktivitas yang moderat. Akan tetapi, penambahan gugus-gugus fungsi tertentu dapat meningkatkan keaktifan senyawa amentoflavon, dan hal tersebut sangat mungkin terjadi dalam proses biosintesis yang terjadi di alam sehingga dihasilkan suatu senyawa turunan amentoflavon yang aktif sebagai anti-HIV. Jadi, pada pohon damar yang tumbuh di Indonesia sangat berpotensi untuk ditemukan senyawa alam untuk pengembangan obat anti alzheimer dan anti-HIV. Oleh karena itu, penelitian mengenai kandungan senyawa biflavonoid dari pohon damar yang tumbuh di Indonesia perlu terus dikembangkan guna penemuan senyawa obat baru sehingga dengan demikian nilai guna pohon damar dapat lebih ditingkatkan. Tidak hanya sebagai ”paru-paru kota” serta untuk keperluan kayu dan getahnya.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.      Damar biasanya dimanfaatkan kayunya karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, terutama digunakan untuk pertukangan. Pulp dan kayu lapisnya termasuk golongan awet IV dan awet III dengan berat jenis kayunya sekitar  0,49 g/cm3.
2.      Selain sebagai kayu pertukangan kegunaan getah damar berfungsi unutuk bahan korek api, plastik, plester, vernis, lak, tinta cetak dan pelapis tekstil. Pohon damar juga disukai sebagai tumbuhan peneduh taman dan tepi jalan.
3.      Pohon damar juga memiliki salah satu senyawa alam yang telah di uji aktivitasnya sebagai inhibitor enzim beta sekretase adalah kelompok biflavonoid yakni amentoflavon yang berfungsi sebagai obat penyakit alzheimer dan anti-HIV.
B.  Saran
Perlunya penelitian lanjutan mengenai pohon damar ini terutama dalam mengetahui metabolit sekunder yang ada terutama senyawa alami yang di miliki oleh pohon damar agar kedepannya fungsi dan manfaat pohon damar tidak hanya ke arah pertukangan dan pemanfaatan getahnya saja.




0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:

Posting Komentar

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???