ABSTRAK
Identifikasi Mikroorganisme Pada Bumbu
Dapur “Asam Sunti” Asal Belimbing Wuluh. Asam sunti merupakan salah satu
bumbu dapur yang dapat disimpan lebih dari satu tahun dan tahan
terhadap serangan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas asam
sunti. Hal ini dikarenakan oleh kadar asam dan garam yang terkandung di
dalamnya sangatlah tinggi. Kelompok mikroorganisme yang sanggup hidup
pada kondisi pH asam dan kadar garam tinggi ialah mikroorganisme
halofil. Mikroorganisme dominan yang hidup pada lingkungan ini ialah
bakteri halofil moderat dan arkea (archaea) halofil ekstrem. Metode Enrichment agar sampel dan media NB (Nutrient Broth) dapat tersuspensi dengan baik menggunakan shaker.
Penggoresan suspense menggunakan metode kuadran tidak menghasilkan
koloni. Metode penempelan langsung yang dilakukan pada media NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato Dextrose Agar),
terdapat koloni putih. Koloni berwarna putih yang tumbuh pada media NA
dan PDA merupakan mikroorganisme bakteri yang akan dilakukan
identifikasi lebih lanjut menggunakan pewarnaan gram positif dan gram
negatife. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dengan metode penempelan
langsung, terdapat koloni putih yang tumbuh pada media NA (Nutrient Agar) dan PDA (Potato Dextrose Agar). Metode gores kuadran yang dilakukan pada media NA dan PDA tidak terdapat koloni.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan
Pekan Kreativitas Mahasisiwa Penelitian (PKM-P) dengan lancar dan dapat
menyelesaikan laporan dengan baik. Laporan ini disusun sebagai tindak
lanjut dari kegiatan PKM-P yang dilakukan di laboratorium Mikobiologi,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor dari bulan Januari sampai bulan Mei 2010.
Terimaksih penulis ucapkan kepada Ir.
Agustin Widya Gunawan, M.S. selaku pembimbing yang telah mendampingi dan
membimbing penulis selama melakukan kegiatan Pekan Kreativitas
Mahasiswa Penelitian (PKM-P) serta kedua Orang Tua yang telah memberika
restu dan doanya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Mei 2010
Evi Saptriyawati
Muhammad Afnansyah
Binti Nur Azizah
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Aceh yang terletak di ujung Pulau
Sumatera memiliki kuliner yang unik. Keunikan ini dipengaruhi oleh seni
mengolah makanan dari beberapa negara antara lain, India, Arab, Siam,
bahkan Belanda. Salah satu bumbu non-rempah yang selalu digunakan pada
masakan Aceh adalah asam sunti yang berasal dari belimbing wuluh. Asam
sunti sudah banyak digunakan di Medan, Padang, dan beberapa daerah
lainnya di Sumatera. Namun, masyarakat di pulau Jawa dan beberapa
Provinsi lainnya di Indonesia banyak yang belum mengenal dan menggunakan
asam sunti.
Asam sunti merupakan salah satu bumbu
dapur yang dapat disimpan lebih dari satu tahun dan tahan terhadap
serangan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas asam sunti. Hal
ini dikarenakan oleh kadar asam dan garam yang terkandung di dalamnya
sangatlah tinggi. Penyinaran oleh matahari juga berpengaruh terhadap
daya tahan asam sunti karena proses penghilangan air dengan penjemuran
dapat menghambat tumbuhnya mikroorganisme. Selama proses penjemuran
tetap ditambahkan garam agar suasana dan pH asam sunti terjaga
keasamannya, sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh.
Pada kenyataannya kami pernah melihat
asam sunti ini dapat juga ditumbuhi oleh mikroorganisme, yaitu
terdapatnya miselium dan lendir. Pertumbuhan mikroorganisme ini dapat
tumbuh cepat terutama pada kondisi lingkungan yang kelembabannya tinggi.
Namun belum ada satu literatur pun yang melaporkan jenis mikroorganisme
yang tumbuh pada asam sunti. Oleh karena itu kami berusaha meneliti
ragam mikroorganisme yang dapat hidup pada asam sunti.
PERUMUSAN MASALAH
Asam sunti merupakan bumbu masak yang
berasal dari belimbing wuluh yang dijadikan sebagai pangan subsitusi
bagi asam kandis dan asam lainnya. Pemanfaatannya belum menyeluruh di
Nusantara. Kadar asam dan garam tinggi yang terkandung pada asam sunti
seharusnya dapat menghambat proses pertumbuhan mikroorganisme, namun
pada kenyataannya asam sunti dapat juga ditumbuhi oleh mikroorganisme.
TUJUAN PROGRAM
Program ini bertujuan mengisolasi ragam mikroorganisme yang dapat hidup pada lingkungan asam sunti dan mengidentifikasinya.
LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian
ini ialah adanya penyediaan referensi mengenai ragam mikroorganisme
yang dapat tumbuh pada kondisi lingkungan asam sunti.
KEGUNAAN PROGRAM
Program penelitian ini merupakan ide awal
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi mikroorganisme yang terdapat
pada asam sunti. Sehingga dapat memperkaya ragam mikroorganisme yang
telah teridentifikasi. Hasil yang telah diperoleh dapat digunakan
sebagai ide lanjut untuk meneliti karakteristik dan uji patogen dari
mikroorganisme yang telah diidentifikasi.
|
TINJAUAN PUSTAKA
Asam sunti adalah sejenis bumbu dapur
khas yang sering digunakan oleh masyarakat Aceh yang terbuat dari
belimbing wuluh, karena dapat memberikan cita rasa, warna dan kekentalan
pada masakan. Asam sunti dapat ditemukan di penjual bumbu dapur pasar
tradisional Aceh dan di supermarket bagian bumbu dapur Indonesia.
Proses pembuatan asam sunti dilakukan
dengan penggaraman dan penjemuran dibawah sinar matahari. Penggaraman
dan penjemuran dilakukan berulang sampai kering atau kandungan air dalam
belimbing berkurang. Asam sunti yang dihasilkan berwarna coklat dan
teksturnya kenyal. Asam sunti dapat disimpan lama sampai satu tahun
bahkan lebih lama tanpa adanya perubahan warna dan tekstur. Hal ini
dikarenakan kandungan asam dan garam yang cukup tinggi pada asam sunti
dapat menghambat proses pembusukan oleh mikroorganisme.
Kelompok mikroorganisme yang sanggup
hidup pada kondisi pH asam dan kadar garam tinggi ialah mikroorganisme
halofil. Mikroorganisme dominan yang hidup pada lingkungan ini ialah
bakteri halofil moderat dan arkea (archaea) halofil ekstrem. Menurut
Kushner (1985) halofil moderat adalah kelompok mikroorganisme yang
tumbuh optimum pada kadar NaCl 0,5-2,5 M. Bakteri halofil moderat
memiliki banyak potensi, yaitu dalam fermentasi makanan, penghasil
senyawa osmoprotektan, enzim hidrolitik, polimer, dan degradasi senyawa
toksik (Ventosa et al. 1998).
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok
mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba
tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru.
Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan
faktor biotik. Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu
untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water activity)
atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw
0,600-0,998. Bakteri umumnya memerlukan aw 0,900-0,999.
Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,60) misalnya khamir , Saccharomyces rouxii, Aspergillus glaucus
dan cendawan lain yang dapat tumbuh pada aw 0,80. Bakteri umumnya
memerlukan aw lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan
aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk
spora, konidia atau dapat membentuk kista.
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat
hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada
larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba
akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Contoh mikroba osmofil
adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan
gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh
mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya
Halobacterium.
|
Bakteri yang tahan pada kadar garam
tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain
itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk
stabilitas ribosomnya.
METODE PENDEKATAN
Tahap I
Asam sunti diambil di dua pasar
tradisional Aceh. Pada bulan Agustus dilakukan pengambilan sampel di dua
pasar tersebut untuk diteliti di laboratorium Mikobiologi, Departemen
Biologi IPB.
Tahap II
Asam sunti ditempelkan langsung pada dua media agar-agar cawan NA (Nutrient Broth) dan PDA (Potato Dextrose Agar)
dengan pH media masing-masing 2 (dua). Asam sunti I ditempelkan pada
cawan I media NA dan pada cawan I media PDA. Asam sunti II ditempelkan
pada cawan II media NA dan cawan II media PDA. Setiap cawan NA dan PDA
dibagi menjadi dua bagian. Bagian I menunjukkan ulangan satu dan bagian
dua menunjukkan ulangan dua. Asam sunti diinkubasi pada suhu ruang 27°C selama 24 jam dan diamati.
Asam sunti dimurnikan pada media cawan NA
menggunakan metode kuadran gores. Asam sunti diinkubasi selama 24, 48,
dan 72 jam pada suhu ruang 27°C. Asam sunti diidentifikasi
menggunakan mikroskop menggunakan metode pewarnaan gram positif dan gram
negatif untuk setiap pengulangan masa inkubasi.
Tahap III
Proses pengayaan asam sunti pada media cair NB (Nutrient Broth) dengan pH 2 dan dilakukan pengocokan selama 2 hari. Kemudian larutan hasil pengayaan digores
pada media NA dan PDA menggunakan metode gores kuadran. Setiap
perlakuan dilakukan dua kali pengulangan. Laruta NB diinkubasi pada suhu
ruang 27° C selama 24 jam dan diamati. Larutan NB diamati menggunakan mikroskop.
PELAKSANAAN PROGRAM
Tempat dan Waktu
Pengambilan sampel dilakukan pada dua
pasar tradisional di Banda Aceh. Sedangkan penelitian akan dilakukan di
laboratorium Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dari bulan Januari sampai
bulan Mei 2010
|
Rencana Jadwal Pelaksanaan Program
No | Kegiatan | Bulan | |||||||||||||||||||
Januari | Februari | Maret | April | Mei | |||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | ||
1 | Studi literatur | ||||||||||||||||||||
2 | Pengambilan Asam sunti | ||||||||||||||||||||
3 | Persiapan bahan dan alat | ||||||||||||||||||||
4 | Melakuka metode penempelan langsung | ||||||||||||||||||||
5 | Melakukan metode pengayaan dan isolasi mikroorganisme | ||||||||||||||||||||
6 | Identifikasi mikroorganisme | ||||||||||||||||||||
7 | Pengolahan data dan penyusunan laporan | ||||||||||||||||||||
8 | Revisi, perbaikan, dan penyerahan laporan |
Instrument Pelaksanaan
Alat yang digunakan adalah autoklaf,
cawan petri, gelas kimia, gelas ukur, pipet volumetrik, pipet tetes,
ose, lampu spiritus, sentrifuse, mikroskop, kaca preparat, erlemeyer, alat pengocok, penangas air dan laminar air flow.
Bahan yang digunakan adalah
asam sunti, bahan pembuat media PDA dan NA, air suling, alkohol 70% dan
95%, spiritus, korek api,kapas, aluminium foil, seal, larutan ungu kristal, larutan iodium Gram, safranin, dan nigrosin.
|
No | Jenis uji | Bahan | Alat | Biaya (Rp) |
1 | Pengambilan asam sunti | Asam sunti | Biaya pengambilan | Rp 275.000,00 |
2 | Bahan habis pakai | Media | - | Rp 2.500.000,00 |
Aquadest, alkohol dan spritus | - | Rp 300.000,00 | ||
Kapas, seal, korek | - | Rp 50.000,00 | ||
3 | Peralatan penunjang PKM | - | Cawan petri | Rp 800.000,00 |
- | Gelas kimia, gelas ukur, pipet volumetrik dan pipet tetes | Rp 500.000,00 | ||
- | Ose | Rp 50.000,00 | ||
4 | Administrasi | Kertas A4 | - | Rp 150.000,00 |
5 | Transportasi dan Komunikasi | - | - | Rp 450.000,00 |
Total | Rp 5.075.000,00 |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penempelan langsung asam sunti pH
1,8 dan 2,2 pada media NA dengan pH 2, terdapat koloni yang diduga
merupakan bakteri pada cawan I dan II. Pada media PDA hanya ditumbuhi
koloni pada cawan II. Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop
menggunakan pewarnaan gram positif dan negatif, ternyata tidak ada satu
koloni pun yang teridentifikasi sebagai bakteri
|
Penggoresan suspensi asam sunti I dan
asam sunti II menggunakan metode kuadran (Gambar 2.a), tidak terdapat
koloni yang tumbuh pada media NA dan PDA dengan pH 2 (dua). Pengamatan
larutan media NB (Gambar 2.b) hasil pengayaan menggunakan mikroskop juga
tidak teridentifikasi adanya bakteri.
Gambar 2. Larutan media NB (b)
Pembahasan
Koloni berwarna putih yang tumbuh pada
media NA dan PDA hasil metode penempelan langsung diduga merupakan
koloni bakteri. Setelah dilakukan identifikasi menggunakan pewarnaan
gram positif dan gram negative, tidak ada mikroorganisme yang
teridentifikasi sebagai bakteri.
Mikroorganisme yang terdapat pada asam sunti merupakan mikroorganisme yang tahan asam sehingga perlu dilakukan metode pengayaan pada media NB. Dengan
metode ini diharapkan mikroorganisme yang terdapat pada bakteri dapat
tersuspensi dengan media cair NB. Setelah dilakukan isolasi menggunakan
metode cawan gores pada media NA dan PDA, tidak ada satu koloni pun yang
tumbuh pada media NA dan PDA tersebut. Pengamatan media cair NB di
bawah mikroskop juga tidak teridentifikasi adanya bakteri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
dengan metode penempelan langsung dan pengayaan, tidak teridentifikasi
adanya bakteri dan cendawan yang dapat hidup pada lingkungan asam sunti
dengan pH dan kadar garam yang tinggi.
Saran
Untuk proses identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan metode sequencing.
DAFTAR PUSTAKA
Kushner DJ. 1985. The Halobacteraceae. Di dalam: Woesse CR, Wolfe RS (ed). The Bacteria. Vol.8. London : Academic Pr. Hlm 171-214.
Ventosa A, Nieto JJ, Oren A. 1998. Biology of moderately halophilic aerobic bacteria. Microbiol Mol Biol Rev 62:504-544.
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???