BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istilah inventore Hutan diterjemahkan dalam bahasa
inggris forest Inventore. Pada jaman colonial dan setelah kemerdekaan, istilah
yang dipakai dalam inventarisasi hutan, sebagai terjemahan dari istilah Bahasa
Belanda Bosch Inventarisatie. Istilah lain dengan arti yang sama untuk bahsa
Indonesia dalam perisalahan atau risalah hutan. Istilah ini dipakai di kalangan
pengelola hutan jati di Jaw, khususnya pada waktu inventore hutan masih
menggunakan metode okuler. Dalam metode tersebut inventore hutan memang
dilakukan dengan membuat deskripsi atau risalah tentang keadaan hutan secara
kualitatif.
Dalam system pengolahan hutan konvensional, inventore
hutan diperlukan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan
pada saat tertentu. Hutan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dengan
dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu
jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah . hal ini
menyebabkan inventore hutan tidak mudah dilaksanakan .
Seperti diketahui,
hutan merupakan persekutuan hidup dari masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup.
Hutan pada setiap saat selalu mengalami pertumbuhan dan melakukan peremajaan
untuk mengganti bagian dari anggotanya yang mati. Keadaan ini yang menyebabkan
inventarisasi hutan yang dilakukan untuk menaksir besarnya kekayaan dari suatu
hutan, tidak mudah seperti inventarisasi yang dilakukan pada
perusahaan-perusahaan lain.
Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu
tahapan awal yang sangat penting dalam pengusahaan hutan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan,
keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan yang
sangat penting dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan diterapkan.
Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi tegakan
tersebut merupakan kunci dari tercapainya kelestarian pengusahaan dan
kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.
Mengingat bahwa pembangunan, dan
pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan merupakan bagian dari pada usaha
pembangunan daerah, maka dalam inventarisasi hutan lawasa cakupannya tidak
terbatas hanya pada tegakan hutan saja, tetapi mencakup pula masalah social
ekonomi yang erat kaitannya dengan pemanfaatan hutan yang direncanakan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum inventarisasi
yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi terhadap sumber daya hutan yang
berupa vegetasi dalam tingkat pohon dalam luasan areal plot 20 m x 20 ,
1.3 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum
inventarisasi adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara-cara melakukan
inventarisasi terhadap sumber daya hutan dengan metode Line Plot Sampling.g Line Plot Samplin
g
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam
melaksanakan inventarisasi hutan dapat dilakukan melalui terestris,
penginderaan jauh, atau kombinasi dari keduanya. Inventarisasi tegakan dengan cara terestris
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain dapat diketahui potensi dan
komposisi/struktur tegakan secara lebih obyektif; namun untuk areal yang sangat
luas terdapat beberapa hambatan antara lain tenaga dan waktu yang cukup banyak .
Dalam rangka
penaksiran potensi dan kondisi hutan yang cukup luas akan lebih akurat apabila
dikombinasikan dengan data penginderaan jauh karena dengan teknologi penginderaan
jauh yang didukung oleh kemampuan teknologi komputer menjanjikan kemampuan
inventarisasi tegakan dengan cepat dan dalam skala yang luas. Ketelitian dan keakuratan data hasil
inventarisasi yang diperoleh merupakan kunci dari tercapainya azas kelestarian. Hasil inventarisasi tegakan berguna sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah silvikultur hingga akhir
daur, dalam usaha pembinaan tegakan guna meningkatkan potensi produksi di masa
yang akan datang (pada akhir daur).
Inventarisasi dalam pengertian
komersil berarti penyipatan daftar yang menggambarkan secara terperinci tentang
barang baik nomor, jumlah serta nilai dari barang – barang tersebut (Junus,
1985).
Istilah
inventarisasi berasal dari bahasa Inggris inventory,
yaitu suatu tindakan untuk mengetahui jumlah kekayaan yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada waktu tertentu. Informasi tentang jumlah kekayaan ini
diperlukan untuk mengambil keputusan dalam melakukan kegiatan-kegiatan
berikutnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah berlalu
Sistematic
sampling, hanya unit contoh pertamanya
saja yang dipilih secara acak, sedangkan unit contoh yang berikutnya diletakkan secara mekanik yang
bersifat sistematik (teratur) dengan jarak yang sama sama.
•
Sampling
sistematik ini sangat sesuai bila diterapkan pada hutan alam.
•
Hasil
yang dihimpun dengan cara sampling sistematik dapat mengambarkan keseluruhan
variasi yang terdapat/dimiliki oleh hutan alam tersebut.
•
Sampling
sistematik, bahwa semua unit contoh yang
akan diamati di lapangan harus diletakkan
tegak lurus garis-garis kontur atau
sungai atau jalan serta mengikuti kemiringan lereng atau topografi
lapangan.
•
Dengan
ketentuan tersebut maka setap unit akan
memberikan gambaran tentang variasi keadaan yang ada pada hutan alam
yang bersangkutan.
Keuntungan.
v Hemat cost yaitu tenaga,
waktu dan dana (uang)
v Menghimpun data/informasi yang ketelitiannya dapat diatur dan
relatif tinggi
v Memiliki sasaran yang lebih besar
Kerugian.
v Tidak mendapatkan gambaran yang riil
keadaan seluruh populasi (sumber daya hutan) yang diamati
v Data/informasi yang diperoleh memiliki 2 (dua) macam kesalahan yaitu pengukuran
(kesalahan non statistik) dan kesalahan sampling (kesalahan statistik)
v Aturan-aturan teknik pelaksanaan yang berlaku seringkali tidak dapat
diterapkan secara konsekwen sesuai dengan keadaan umum lapangan
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum inventarisasi Sumberdaya
Hutan mengenai pengidentifikasian vegetasi dalam tingkatan kelas pohon dilaksanakan
pada hari Jum’at, 28 Mei 2010 pada pukul 08.30 WITA sampai selesai. Bertempat
di Desa Olobojo, Kabupaten Sigibiromaru, Provinsi Sulawesi Tengah, Palu
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum inventarisasi hutan adalah parang, pita ukur, meteran rol,
kompas, clinometers, alat tulis menulis, Kalkulator, Tally Sheat.
Bahan yang
digunakan adalah Tali rapiah dan vegetasi – vegetasi hutan yang berada di Hutan alam Olobojo.
3.3 Metode pengumpulan data
Pertama-tama membuat plot
dengan luasan 20 m x 20 m untuk kelas pohon setelah itu mengidentifikasi
vegetasi dengan cara mengukur keliling, tinggi bebas cabang dan tinggi total
pohon, mengambil sample dengan menggunakan metode
Line Plot Sampling.
3.4 Analisis Data
a.
Volume
rata-rata v =
n
b.
Ragam (varians) S2 =
2 – ∑
n
n - 1
c.
Standar deviasi S =
2
d.
Standar error
Sv =
x
e.
Kecermatan P
=
x 100%
f.
Kesalahan pengambilan contoh
(sampling error)
Se = tα Sv
g.
Konviden interval (selang
kepercayaan)
Ci = v ± Se
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
Praktek Inventarisasi Hutan berada di desa Oloboju,
Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi Biromaru, Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai luas : 12.402.8 ha dan Letak
geografis berada pada ketinggian 105 mdpl. Desa oloboju berbatasan dengan : Sebelah
Utara : Desa Sidera, Sebelah Timur : Desa Ponwewe, Sebelah Selatan : Desa
Watunonju, Sebalah Barat : Desa Solue. Dengan tingkat pendidikan masyarakatnya SD : 397 Orang, SLTP : 188 Orang SLTA: 136
Orang, D1: 10 Orang, D2 : 4 Orang S1 : 1
Orang. Dengan Mata pencaharian : Petani: 278 orang, Buruh Tani : 231 Orang, Buruh/ Swasta : 56 Orang PNS
: 17 Orang, Penrajin : 2 Orang, Pedagang : 6 Orang, Montir : 6 Orang. Dan Agama kepercayaan : Islam : 816 Orang, Kristen : 10 Orang.
Keadaan
jenis tanah dilokasi praktek yaitu jenis entisol dengan tekstur tanah
umumnya kering didominasi vegetasi rumput dan semak belukar serta beberapa
tanaman kehutanan seperti Mahoni dan Jarak dan lamtoro. Kondisi topografi
wilayah praktek yaitu, datar didominasi kelas datar sampai berbukit.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan
dan analisis dilapangan pada 1 plot dengan ukuran 20 m x 20 m pada hutan alam
Oloboju diketahui komposisi jenis vegetasi pada tingkat pohon. terdiri :
Tabel Hasil Pengukuran Pada Petak Ukur 9
NO
|
JENIS
|
KELILING
|
DIAMETER
|
TBC
|
TT
|
VOLUME
|
1
|
Pohon
1
|
58
cm
|
18,47
cm
|
150
cm
|
2500
cm
|
0,468
m3
|
2
|
Pohon
2
|
34
cm
|
10,83
cm
|
105
cm
|
1000
cm
|
0,064
m3
|
3
|
Pohon
3
|
36
cm
|
11,46
cm
|
350
cm
|
1500
cm
|
0,108
m3
|
4
|
Pohon
4
|
43
cm
|
13,69
cm
|
140
cm
|
1800
cm
|
0,185
m3
|
5
|
Pohon
5
|
45
cm
|
14,33
cm
|
500
cm
|
2000
cm
|
0,022
m3
|
∑
|
216 cm
|
68,78 cm
|
1245 cm
|
8800 cm
|
0,847 m3
|
Tabel
Volume Rata-Rata Dari Tiap Petak Ukur Data
No
|
Petak Ukur
|
Vi rata-rata (m3)
|
Vi2 rata-rata (m3)
|
1
|
1
|
0,0357
|
0,00127449
|
2
|
2
|
0,1857
|
0,03448449
|
3
|
3
|
0,3157
|
0,09966649
|
4
|
4
|
0,1657
|
0,02745649
|
5
|
5
|
0,4457
|
0,19864849
|
6
|
6
|
0,1057
|
0,01117249
|
7
|
7
|
0,1157
|
0,01338649
|
8
|
8
|
0,1657
|
0,02745649
|
9
|
9
|
0,1657
|
0,02745649
|
10
|
10
|
0,2357
|
0,05555449
|
11
|
11
|
0,6757
|
0,45657049
|
12
|
12
|
0,1257
|
0,01580049
|
∑
|
2,7384
|
0,96892788
|
Analisis Data
Dik :
v n =
12 pu
v Iintensitas sampling = 20%
v LPU =
0,04 Ha
v N =
=
60 PU
v Luas = N x LPu
=
60 x 0.04
=
2,4 Ha
a. Volume
rata-rata v =
n
=
= 0,2282 m3/ha
b. Ragam (varians)
S2 =
2 – ∑
n
n
- 1
= 0,96892788 –
12
12 -
1
=
= 0,031275
c. Standar
deviasi S =
2
=
= 0,1768
d. Standar error Sv =
x
=
x
=
= 0,0118
e. Kecermatan
P =
x 100%
=
x 100%
= 5,16%
f. Kesalahan
pengambilan contoh (sampling error)
Se =
tα Sv
= t (0,05) . 0,0118
= 2,201 . 0,0118
= 0,0259
g.
Konviden interval (selang kepercayaan)
Ci = v ± Se
= 0,2282 ± 0,0259
= 0,2282 + 0,0259= 0,2541
= 0,2282 -
0,0259= 0,2023
= 0,2541 -
0,2023
5.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan pada petak ukur 9 maka di dapat 5 pohon yang jenisnya belum
diketahui dengan masing-masing volume yaitu pohon 1 = 0,468 m3,
pohon 2 = 0,064 m3, pohon 3 = 0,108 m3, pohon
4 = 0,185 m3, dan pohon 5 = 0,022 m3. Dengan jumlah
volume keseluruhan dari 5 pohon tersebut adalah = 0,847 m3
Berdasarkan
hasil tabel dan analisis data pada hutan alam di desa oloboju dengan
menggunakan line plot sampling yaitu hanya tiga jalur yang dipilih sebagai
sampel, dan tiap jalur ada 4 petak ukur
yang masing-masing dengan ukuran 20 m x 20 m dengan jarak antar jalur 40 meter,
jarak antar petak ukur 20 m , sehingga di dapat volume rata-rata pohon yang
berada pada semua petak ukur dengan luas keseluruhan 2,4 Ha adalah 0,2282 m3/ha. Dengan intensitas sampling sebesar 20 %.
Sehingga didapat ragam (varians) sebesar 0,031275, standar deviasi 0,1768,
standar error 0,0118 dan kecermatan sebesar 5,16 % dengan konviden interval
(selang kepercayaaan) t (0,05) yaitu antara 0,2541 sampai dengan 0,2023.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : volume rata-rata =0,2284 m3/ha,
ragam sebesar 0.031275, standar deviasi 0,1768, standar error 0,0118,
kecermatan 5,16 %, kesalahan pengambilan contoh (sampling error) sebesar 0,0259
dengan konviden interval (selang kepercayaan) antara 0,2541 sampai 0,2023.
6.2 Saran
Diharapkan agar praktikum
selanjutnya alat yang digunakan bisa lebih banyak dengan tempat praktek pada
hutan alam dengan menggunakan beberapa luasan areal plot dengan metode yang
lain sehingga mahasiswa dapat benar memahami cara menginventarisasi sumberdaya
hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.dephut.go.id/halaman/pranalogi_kehutanan/bab2.pdf
diakses pada tanggal 12 juni 2010
Http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/12912/2/E09jku.pdf
diakses pada tanggal 12 juni 2010
Simon H. 2007, Metode
Inventore Hutan. Pustaka Pelayar, Yogyakarta
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???