Citra dan
Klasifikasi Citra
Citra satelit adalah citra yang
dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit. Saat ini banyak sekali
satelit mengorbit di luar angkasa dengan fungsinya yang beragam misalnya
satelit militer, atelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit
inderaja sumber daya bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja sistem
satelit lebih maju ketimbang sistem airborne (foto udara). Citra yang
dihasilkan oleh satelit saat merekam satu luasan (resolusi spatial) merupakan
hasil gabungan dari lebih dari 1 scenehasil perekaman band (dengan panjang
elombang tertentu).
citra (data) digital adalah suatu dua dimensi atau matriks yang elem-elemnnya menyatakan tingkat
keabuan dan elemn gambar. Elemen gambar ini disebut pixel. Etiap pixel berada
pada suatu koordinat ruang (XY), yang disebut juga baris dan kolom. Dalam suatu
citra perpotongan sumbu X dan Y di pojok/sudut kiri ata merupakan titik (0,0)
yang disebut sebagai baris 1 dan kolom 1.
Citra digital diperoleh, disimpan
dan dimanipulasi berbasisi logika biner (Danoedoro, 1996 dalam Susilo dan Gaol,
2008). Ada beberapa teknik untuk mendapatkan citra digital, misalnya dengan
menyimpan suatu gambar dengan alat scanner, sensor, kamera digital, dll. Citra
digital yang diperoleh dari pendeteksian, perekaman atau penyiaman suatu objek
hasilnya dapat disimpan pada pita magnetik.
Citra merupakan
masukan data atau hasil observasi dalam proses penginderaanjauh.Penginderaan Jauh atau Remote
Sensing didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontaklangsung
dengan objek, daerah atau fenomena tersebut.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor, baik optik, elektrooptik, optik-mekanik maupun elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu dalam pemanfaatannya.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor, baik optik, elektrooptik, optik-mekanik maupun elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu dalam pemanfaatannya.
Dalam
pengolahan data citra yang
tujuanya untuk di jadikan data primer sebuah
pemetaan
atau
penelitian. Daerah yang
terdapat pada peta harusterlebih dahulu di ketahui wilayah nya apakahwilayah tersebut merupakan daerah pemukiman, perkebunan
atau
daerah
pantai. Untuk
itu
perlulakukannya
klasifikasi
objek
untuk
menentukan
kelas
objek
tersebut.
Ada beberapa
pengolahan
citra, dimanacitra yang
diolah merupakan daerah yang belum
diketahui
bentuk
wilayahnya
sehingga
perludilakukan
pengolaha
citra
lebih
lanjut
untuk
klasifikasi
citra. Klasifikasi
ini
bias
menggunakan
metode
klasifikasi supervised
danklasifikasi unsupervised.
Adapun
untuk
memperoleh data pemetaan
secara
matang
ada
beberapa
tahapan yang harus
dilakukan
untuk
dapat
memperoleh data matang
tersebut, dalam
hal
ini
adalah data yang digunakan
adalah data citra, dan
salah
satu
tujuan
dari
pengolahan data tersebut
adalah
untuk
mengetahui
luas
dari
suatu
kelas
objek yang terdapat
pada
citra.
Karena
dalam
pengolahan
citra, citra yang digunakan
merupakan
citra yang tidaksepenuhnya
diketahui
bagaimana
bentuknya
dan
apa – apa
saja yang terdapat
diatasnya
sebagai
penutup
lahan. Maka
dapat
digunakan
klasifikasi
dengan
metode unsupervised.
Data penginderaan
jauh
pada
umumnya
berbentuk data digital yang
merekam unit terkecil dari permukaan bumi dalam sistim perekam data. Unit terkecil
ini
dikenal
dangan
nama pixel (picture element)
yang berupakoordinat 3 dimensi (x,y,z). Koordinatx
,ymenunjukkan
lokasi unit tersebut
dalam
koordinat
geografi x, y dan z
menunjukkan nilai intensitas pantul dari tiap pixel dalam
tiap
selang
panjang
gelombang yang dipakai.
Nilai intensitas pantul dibagi menjadi 256 tingkat
berkisar
antara 0 – 255 dimana 0
merupakan intensitas terrendah (hitam) dan 255 intensitas
tertinggi (putih). Dengan
data citraasli (raw data) tidak lain adalah
kumpulan
dari
sejumlah pixel yang bernilai
antara 0 -255.
Dalam klasifikasi citraa da dua metode yang dapat
digunakan, yaitu :
a. Supervised classification
b. Unsupervised
classification
Metode supervised merupakan
metode
dimana
citra yang digunakan
memiliki
cakupan
wilayah yang telah
diketahui
bentuk
tutupan
lahannya. Sedangkan
metode unsupervised
merupakan metode klasifikasi citra yang belum
jelas
bentuk
tutupan
lahanya.
Tahapan dari pekerjaan klasifikasi ini adalah :
Saat ini banyak sekali satelit
penginderaan jauh yang beredar, masing-masing jenis satelit seperti landsat
(1-7), NOAA, baskara, SPOT, Envisat, Ikonos, Quickbird, dan lain-lain mempunyai
karakteristik dan tujuan masing-masing.
Citra
merupakan alat utama untuk mengenali dan memahami berbagai kenampakan objek di
berbagai permukaan bumi melalui penginderaan jauh. Berdasarkan Misinya Setelit
Penginderaan Jauh dikelompokan menjadi dua macam yaitu satelit cuaca dan
satelit sumberdaya alam.
Resolusi citra
Dikelompokkan
pada citra bersolusi menengah. Sedangkan citra-citra dari satelit NOAAAVHRR,
Terra MODIS dan Aqua MODIS dikelompokkan
ke citra beresolusi rendah.Untuk
kepentinganpemetaan baik itu untuk tata ruang wilayah maupun yang lainnya,
pemilihan data citra yang tepatsangatlah penting. Misalnya untuk perencanaan
tata ruang kota, citra satelit apa yang diperlukan?Atau jika kita sudah
melakukan analisis citra Landsat TM sehingga menghasilkan data TutupanLahan,
maka berapa skala optimum jika ingin dicetak ?Memilih citra yang tepat bukan
cuma didasari oleh budget. Karena keterbatasan dana makacitra yang dibeli
seadanya saja atau sebaliknya, memiliki dana tak terbatas maka citra yang
dibeliterlalu berlebih (mis: WorldView-2) padahal hanya untuk klasifikasi
tutupan pada skala wilayahyang cukup luas (kabupaten ± propinsi). Hal ini
justru bisa memperumit pekerjaan. Sekedar mengingat saja, bahwa
klasifikasi penggunaan lahan pada citra bersolusi tinggi
(WorldView-2,QuickBird, Ikonos) lebih susah dibanding citra yang mempunya
resolusi spasial rendah maupunmenengah (Landsat, ASTER, dll). Karena variasi
spasial pada citra beresolusi tinggi lebih tinggidibanding yang beresolusi
menengah maupun rendah, terlebih untuk wilayah-wilayah perkotaan.Jika hanya
menggunakan metode klasifikasi standar seperti Maximum Likehood
hasilnyatidaklah begitu menggembirakan.Karenanya memilih citra yang sepadan
untuk pemetaan adalah hal penting. Untuk memilih citrayang sepadan untuk
pemetaan yang optimum ada rumusan matematisnya. Rumusan inidicetuskan oleh Wado
R. Tobler pada tahun 1987. Mr. Tobler adalah seorang profesor emiritusbidang
geografi dari universitas California-Santa Barbara, Amerika. Dia banyak
menemukanperhitungan proyeksi peta
dan dikenal sebagai µpembuat peta¶. Menurutnya seorang kartograf (ahli
perpetaan) selalu ingin memasukkan µobjek¶ sekecil apapun dalam peta, karena
setiapinformasi sekecil apapun pada dasarnya penting. Namun karena keterbatasan
penyajian(tergantung besarnya skala yang menjadi target), maka tidak smua objek
bisa tampak dalam peta,objek yang terlalu kecil dengan sendirinya akan hilang
atau justru perlu dihilangkan agar petayang ditampilkan nanti nampak lebih
apik.
TUGAS
SISTEM
INFORMASI SPASIAL ( INDRAJA DUA )
Oleh :
MOH.
IMAM SAFI’I 131 10 117
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
TADULAKO
2012
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???