I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bagi masyarakat
Indonesia, bawang merah adalah salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan
dengan kebutuhan sehari-hari, hampir semua masakan memakai bumbu bawang
merah. Selain itu dapat dipergunakan
juga sebagai obat-obatan seperti tekanan
darah tinggi, diabetes, disentri, peri kembung.
Bawang merah mempunyai bau yang khas dan bersifat sebagai anti bakteri
sehingga dipergunakan untuk menunda kerusakan daging dengan tidak memberikan efek samping yang
merugikan (Pracaya, 2000).
Produksi bawang merah
secara nasional tahun 2002 mencapai 9,6 ton/ha. Sulawesi Tengah sebagai salah
satu sentra pengembangan bawang merah di Indonesia bagian Timur pada tahun yang sama produksi bawang merah
baru mencapai 7,6 ton/ha (BPS 2003).
Kondisi ekosistem
pertanian selalu mengalami goncangan meskipun dalam periode relatif
singkat. Keadaan ekosistem pertanian
biasanya lebih sederhana dan diangap
kurang stabil dibandingkan dengan ekosistem hutan tropika, keadaan diversitas
yang rendah mendorong terjadinya kondisi kurang stabil. Hal ini ditandai dengan seringnya terjadi
letusan hama, penyakit tanaman Price (1984) dalam Mahrub (1998).
Ekosistem pertanian
merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang ditujukan untuk
memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
kebutuhan manusia sedangkan ekosistem alami merupakan ekosistem yang proses
pembentukannya sepenuhnya berjalan secara alami. Berbeda dengan ekosistem alami, ekosistem
pertanian memiliki keanekaragaman jenis yang rendah malahan cenderung seragam
seperti pada ekosistem persawahan, satu varietas padi yang ditanam secara
terus-menerus dari satu musim kemusim berikutnya. Keadaan ekosistem pertanian yang tidak stabil
dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengelola ekosistem demi
kepentingannya. Dalam keadaan tersebut
diekosistem pertanian sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama (Untung, 1996).
Insektisida merupakan salah satu komponen
penting dalam pengelolaan hama tanaman,
karena dalam keadaan tersebut terutama karena adanya keberadaan hama,
demi terjaminnya hortikultura, atau peningkatan produksi pertanian
lainnya. Karena cara-cara pengendalian
hama lainya dianggap kurang efektif, untuk itu insektisida diterapkan. Namun demikian penggunaan insektisida akan
lebih efisien apabila merupakan bagian
dari pengelolaan hama yang didasarkan atas
dasar pendekatan ekologi (Hadi, 1981).
Menurut
Rahayu (2003), bahwa konsep PHT muncul
dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara
konvensional yang sangat mengutamakan penggunaan pestisida. Kebijakan ini
mengakibatkan penggunaan pestisida oleh petani tidak tepat dan berlebihan. Dilihat dari efektifitas dan efesiensi
pengendalian, penggunaan insektisida berspektrum lebar semakin mendorong
berkembangnya jenis hama yang resisten, timbulnya resurgensi hama serta
timbulnya hama sekunder. Fenomena
tersebut mengakibatkan penggunaan pestisida menjadi semakin kurang efektif dan
efesien. Berdasarkan hasil penelitian
Khasanah (2001), bahwa penggunaan insektisida pada pertanaman bawang merah
menyebabkan berkurangnya keanekaragaman Arthropoda baik pada tajuk, permukaan
tanah, maupun dalam tanah.
anda ingin skripsi diatas ferli full nya? klik disini
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis271.student.ipb.ac.id