A. Persiapan
Lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan usaha
petani dalam menyiapkan lokasi untuk kegiatan penanaman. Kegiatan persiapan
lahan ini biasanya bersamaan waktunya dengan kegiatan persiapan lahan untuk
tanaman pertanian. Kegiatan persiapan lahan biasanya
dilakukan pada bulan Agustus dan September, karena pada bulan-bulan tersebut
belum turun hujan. Lamanya kegiatan persiapan lahan tergantung pada kondisi
masing-masing petani yaitu berdasarkan luas kepemilikan lahan, dan ada/
tidaknya tenaga kerja yang cukup.
Kegiatan ini dilakukan
secara bersama-sama dalam mekanisme kerja kelompok. Dengan menggunakan
mekanisme kerja kelompok kegiatan persiapan lahan tersebut dapat dikerjakan
dalam waktu 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan. Kegiatan persiapan lahan
terdiri atas kegiatan pengolahan tanah, pemasangan acir, pembuatan lubang
tanaman, dan pemberian pupuk. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul dan
menggemburkan tanah dalam rangka mempersiapkan lahan garapan untuk penanaman
tanaman semusim. Penggemburan tanah dilakukan dengan membalikkan tanah,
pendangiran tanah dan pemberian pupuk. Biasanya pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang.
Jumlah pupuk kandang
yang dicampurkan dengan tanah disesuaikan dengan kebutuhan. Pengolahan tanah
dan pemberian pupuk kandang biasanya dilakukan sebelum turun hujan agar
pekerjaan menjadi relatif lebih ringan karena kondisi pupuk kering sehingga
mempermudah pengangkutan ke lokasi penanaman.
Untuk penyiapan lahan
tanaman berkayu dilakukan pemasangan acir, pembuatan lubang tanaman dan pemberian
pupuk kandang atau kompos. Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan jarak
tanam (4mx4m) atau 2m x lebar bidang olah teras untuk bentuk tumpangsari, dan
(2x2) m untuk lahan yang menggunakan bentuk hutan
murni.
Pemasangan acir
dilakukan dengan menggunakan acir yang terbuat dari bambu atau ranting cabang
yang dapat diperoleh di sekitar lahan yang sedang disiapkan. Panjang acir 1,5 m
dengan bagian yang ditanam sedalam 0,5 m. Untuk lubang tanaman dibuat dengan
ukuran (20x20x30) cm. Setelah lubang tanaman siap kemudian diberi pupuk kandang
ke dalam setiap lubang sebanyak 1-2 kg. Kegiatan ini juga membutuhkan waktu
kurang lebih 1-3 hari jika dikerjakan secara kelompok. Setelah semua kegiatan
selesai, lahan dibiarkan sampai turun hujan, baru lahan mulai ditanami.
B. Penanaman
Kegiatan penanaman
tanaman tahunan biasanya dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman semusim,
yaitu pada saat hujan turun pertama kali sekitar awal bulan Oktober. Lama
kegiatan ini juga tergantung dari besarnya volume pekerjaan, akan tetapi
biasanya kegiatan ini dilakkan dalam bentuk kerja kelompok sehingga hanya
membutuhkan waktu 1-2 hari untuk menyelesaikannya. Kegiatan penanaman dilakukan
pada awal musim penghujan dengan harapan tanaman tahunan dan tanaman semusim
mendapatkan air yang cukup. Penanaman pada hutan rakyat sengon ini
dilakukan pada sore hari bersama-sama dengan masyarakat yang terlibat dalam HTR
ini.
Selain ditanam tanaman sengon juga ditanam
tanaman semusim tumpangsari yakni, Padi (Gogo Rancah),
Jagung, Kacang, Kedelai, Ketela Pohon, dan rumput-rumputan. Tanaman ini
ditanam dengan berbagi tujuan diantaranya (1) untuk
menutup biaya pemeliharaan (upah penjaga kebun dan Iama-lama), (2) tumpangsari
intensif (dengan penyiraman sprinkle, pemupukan dan penyiangan gulma secara
teratur) sangat membantu pertumbuhan tanaman jati sehingga mendekati jati yang
ditanam pada areal yang memenuhi syarat tumbuh ideal (3) tanaman tumpangsari
bisa menghilangkan rasa jenuh bagi masyarakat yang terlibat dalam hutan rakyat
(4) memberi pendapatan jangka pendek kepada perusahaan (5) bisa memberi gaji
bulanan kepada penggarap.
Jarak tanam yang
ideal untuk adalah jarak tanaman pokok (sengon) 4 x 1 m dan jarak 2 m diantara
tanaman pokok tersebut dapat ditanami tanaman sela. Penamam dilakukan dengan
arah larikan dari timur ke barat, hal tersebut dilakukan agar sinar matahari
dapat menerobos masuk sepanjang hari sesuai dengan arah peredaran matahari dari
timur ke barat.
Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah bahwa tinggi dari tanaman sela tidak boleh lebih
tinggi dari tanaman pokok karena akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok.
Idealnya penanaman tanaman sela sebaiknya ditanam setelah tanaman pokok berusia
1 tahun sehingga tinggi tanaman pokok telah lebih dari 1 m. Ketersediaan
nutrisi tanah juga mempunyai peranan yang penting, sehingga pemupukan harus
rutin dilakukan untuk menjamin tercukupinya kebutuhan nutrisi dari tanaman
pokok dan tanaman sela. Pemupukan untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai
saat membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan
ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm. Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg
kompos dan 2 ons pupuk kimia (Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang
tanam. Pemupukan lanjutan dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Selain
pemupukan, tanaman pokok perlu dilakukan perawatan diantaranya prunning
(pemangkasan cabang). Pemangkasan ini harus rutin dilakukan agar batang tanaman
pokok tidak bercabang. Penanaman susulan untuk mengganti tanaman yang mati
dapat dilakukan sampai umur tanaman pokok berusia 2 tahun. Pada umur 3-4 tahun
dilakukan tebang penjarangan sekitar 50% dari populasi. Hal tesebut dilakukan
untuk menjaga kerapatan sehingga pertumbuhan sengon dapat optimal. Tebang
penjarangan dapat dilakukan secara selektif pada pohon yang memiliki
pertumbuhan kurang baik dan memiliki cacat batang. Pemanenan sengon dilakukan
saat umur sengon tersebut usia 6 tahun dengan estimasi diameter batang sebesar
30 cm.
Ada
dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian
ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan
pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman. Agar
bibit tidak rusak maka dalam pengangkutan bibit menggunakan truk dengan di
siapkan rak-rak dalam truck kemudian bibit di masukan dalam rak tersebut untuk
di angkut. Penanaman
di lakukan dengan plances Penanaman dengan plances dilakukan dengan membuka
kantong plastiknya lebih dulu agar akar tunggangnya tidak terganggu .
Kegiatan seleksi
bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan,
maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang
baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam
sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang
lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat
waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas bagus.
Pada umumnya tanaman sengon
diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin
mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon
yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan
tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan
benih sengon yang baik sebagai berikut, Kulit bersih berwarna coklat tua, Ukuran
benih maksimum, Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan Bentuk benih
masih utuh.
C. Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan ini adalah untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, cara-cara yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan
dilakukan pada bulan Maret, bersamaan dengan kegiatan penanaman tanaman
palawija berupa kacang tanah. Pada saat penanaman kacang tanah tersebut
dilakukan pendangiran tanah yang dilanjutkan dengan pemupukan. Setelah
pemupukan tanaman kacang selesai kemudian dilakukan pemupukan terhadap tanaman
tahunan dengan menggunakan pupuk kandang atau dengan pupuk kompos yang berasal
dari daun-daunan yang ada di lahan tersebut. Jumlah pupuk kandang yang
diberikan disesuaikan juga dengan kebutuhan. Lama waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan kegiatan pemupukan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan
lahan, bila melalui mekanisme kerja kelompok.
Pemupukan
untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai saat membuat lubang tanam. Lubang
tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg kompos dan 2 ons pupuk kimia
(Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang tanam. Pemupukan lanjutan dapat
dilakukan sesuai kebutuhan.
2.
Kegiatan penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat kondisional karena penjarangan
baru dilakukan bila pemangkasan cabang ( Prunning ) dirasa tidak dapat
mengatasi/mengurangi naungan. Di samping itu kegiatan penjarangan berguna untuk
memberikan ruang tumbuh yang lebih baik terhadap tegakan tinggal sehingga
pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan penjarangan dilakukan setelah tanaman
tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada saat itu tanaman kayu sudah menaungi
tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan dilakukan petani secara perorangan
(individual) dengan sepengetahuan kelompok tani, karena setiap penebangan pohon
baik untuk pemanenan maupun penjarangan harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan
yang dilakukan adalah penjarangan bawah karena pohon yang dijarangi adalah
pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek dan tertekan ( inferior ), sedangkan
intensitas penjarangan disesuaikan dengan kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan juga dapat digunakan sebagai sumber
pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
3.
Pemberantasan hama dan dan penyakit dan
usaha pencegahan
4.
Pengendalian api dan kebakaran
Sebagai upaya untuk menghindari
terjadinya kebakaran hutan dapat dilaksanakan kegiatan berikut :
§ Pembuatan
sekat bakar, jalan pemeriksaan yang merupakan batas blok.
§
Pembuatan sekat bakar jalur hijau
berupa tanaman yang tahan api yang mengelilingi batas petak tanaman selebar 20
m.
§
Pembuatan sistem komunikasi yang
mampu menjangkau selruh areal tanaman dan sekitarnya.
§
Penyuluhan kepala masyarakat tentang
pencegahan kebakaran dan menjaga keamanan hutan.
§
Pembuatan papan pengumuman untuk
mencegah tindakan – tindakan yang tidak bertanggung jawab
5.
Penyiangan dan pendangiran
Kegiatan penyiangan
dilakukan pada bulan Juni-Juli setelah kegiatan panen kacang tanah dan ketela
pohon. Penyiangan dilakukan dengan tujuan membersihkan lahan dari gulma, rumput
dan tanaman penggangu lainnya. Bersamaan dengan kegiatan itu, dilakukan pula pembersihan lahan dari
sisa-sisa hasil panenan. Hasil kegiatan itu merupakan sumber tambahan untuk
mendapatkan hijauan makanan ternak. Hasil kegiatan penyiangan berupa
rumput-rumputan dan batang tanaman kacang dapat digunakan untuk hijauan makanan
ternak apalagi pada bulan Juni-Juli adalah bulan-bulan kering dimana produksi
rumput untuk pakan ternak sangat kurang. Bagi tanaman tahunan kegiatan
penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman pengganggu yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengurangi kompetisi dengan tanaman pengganggu
dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Kegiatan penyiangan ini dilakukan secara perorangan (individual) setiap
hari pada bulan Juni-Juli, karena pada saat itu petani tidak memiliki waktu
yang relatif senggang. Kegiatan tersebut dapat juga dilakukan secara kelompok
jika memang volume pekerjaannya relatif besar.
Pendangiran
yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Kegiatan pendangiran dilakukan pada saat petani
tidak terlibat dalam kegiatan pengelolaan tanaman semusim. Lama waktu
pelaksanaan kagiatan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan.
Pendangiran tanah dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga
tercipta kondisi aerasi dan drainase tanah yang baik.
6.
Penyulaman
Penyulaman yaitu
penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman
pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan
pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar
pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih
bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.penyulaman tanaman dikerjakan sekitar bulan Desember-Januari, pada saat
hujan masih turun sehingga tanaman hasil sulaman memiliki kesempatan untuk
mendapatkan air. Bibit tanaman untuk penyulaman
berasal dari cabutan anakan alami yang terdapat di sekitar areal hutan
rakyat.
7.
Pemangkasan Cabang (
Prunning )
Kegiatan pemangkasan
cabang biasanya bersifat kondisional karena tanaman tahunan sudah cukup besar
sehingga menaungi tanaman pertanian sehingga mengganggu produktivitas tanaman
pertanian. Kegiatan prunning dilakukan secara periodik pada bulan Juni-Juli, setelah
tanaman kayu berusia kurang lebih 5 tahun, sedangkan intensitasnya tergantung
dari kebutuhan. Jika naungan dirasa berat maka intensitasnya tinggi
demikian pula sebaliknya. Jika naungan tidak dapat dikurangi lagi dengan
prunning maka perlu dilakukan penjarangan. Kegiatan prunning, biasanya
dilakukan secara perorangan (individual) oleh petani dan bersamaan dengan
kegiatan penyiangan. Jadi sambil mencari HMT petani juga mencari kayu bakar
melalui kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan kebutuhan energi
rumah tangganya. Lama kegiatan ini tidak bisa ditentukan biasanya tiap hari
pada saat petani memiliki waktu luang. Hasil dari kegiatan prunning yang berupa
cabang dan ranting kayu digunakan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan energi
berupa kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan prunning yang berupa daun-daunan
terutama untuk jenis Mahoni dan Sengon Laut juga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hijauan makanan ternak.
Esensi dari kegiatan prunning ini adalah
mengurangi gangguan tanaman pertanian berupa naungan dari tanaman tahunan,
meningkatkan kualita batang dengan mengurangi cacat mata kayu, memenuhi
kebutuhan energi berupa kayu bakar, serta untuk memenuhi kebutuhan akan hijauan
makanan ternak.
8. Penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat
kondisional karena penjarangan baru dilakukan bila pemangkasan cabang (
Prunning ) dirasa tidak dapat mengatasi/mengurangi naungan. Di samping itu
kegiatan penjarangan berguna untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik
terhadap tegakan tinggal sehingga pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan
penjarangan dilakukan setelah tanaman tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada
saat itu tanaman kayu sudah menaungi tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan
dilakukan petani secara perorangan (individual) dengan sepengetahuan kelompok
tani, karena setiap penebangan pohon baik untuk pemanenan maupun penjarangan
harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan yang dilakukan adalah penjarangan
bawah karena pohon yang dijarangi adalah pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek dan
tertekan ( inferior ), sedangkan intensitas penjarangan disesuaikan dengan
kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan
juga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
tulisannya sangat membantu n bisa nambah wawasan hehehe..
BalasHapustpi butuh nama asli jga nih buat di masukin di dapus..hehehe makasih