1. Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan
ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan
vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam
tersebut. Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu
khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di
banyak tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan
bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan
tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). (Departemen
Kehutanan, 2003).
Menurur Paembonan (1985), DAS
adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh punggung gunung, bukit yang menerima,
menampung dan mengalirkan air melalui sungai utama ke laut atau danau.
Masukan (input) utama dalam suatu DAS adalah curah hujan. Proses pergerakan
curah hujan menjadi limpasan di dalam sungai dalam suatu DAS ditentukan oleh
karakteristik DAS yaitu (1) karakteristik lahan (topografi, tanah, geologi dan
geomorfologi), dan (2) karakteristik vegetasi dan pola penggunaan lahan yang
ada di atasnya (Seyhan, 1977)
DAS dapat dipandang sebagai
suatu ekosistem karena di dalamnya terdapat komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Menurut
Astusti dalam Aini (1997) bahwa untuk memelihara ekosistem DAS diperulukan
upaya pengelolaan DAS, dengan menganggap bahwa daerah tersebut merupakan suatu
unit pengelolaan atau model ekosistem berupa komponen-komponen masukan (input)
yang terdiri dari curah hujan dan energi yang kemudian diproses dalam suatu
wadah yaitu satuan DAS, kemudian dikeluarkan berupa air, unsure hara dan
sediment yang merupakan keluaran (output) dari DAS tersebut.
Menurut Arsyad (1989), air yang keluar dari suatu DAS dapat melalui
beberapa bentuk yaitu:
1. Aliran permukaan yaitu air yang mengalir
di atas permukaan tanah. Bentuk air dipermukaan yang paling banyak menyebabkan
erosi karena mengangkut bagian-bagian tanah.
2. Aliran bawah permukaan yaitu air masuk
masuk ke dalam tanah tetapi tidak cukup dalam yang disebabkan adanya lapisan
kedap air, air ini umumnya jernih.
3. Aliran di bawah tanah yaitu air yang masuk
jauh ke dalam tanah, air ini tidak mengandung bahan tersuspensi atau kapur
sehingga kelihatan jernih.
Kondisi DAS atau sub DAS yang baik dapat berperan
secara optimal sesuai dengan kemampuan lahannya. Selain DAS tersebut akan dapat
menyediakan air untuk keperluan hidup di bagian hilir, DAS sebagai pengatur
tata air dapat berfungsi sebagai pengendali banjir secara alami dimusim hujan
karena kemampuannya menyerap dan menyimpan sejumlah air hujan yang jatuh di
wilayahnya dan pengendali kekeringan dimusim kemarau karena sejumlah air tanah
yang tersimpan dan dilepaskan secara perlahan untuk memenuhi kebutuhan air
dimusim kemarau (Depatemen Kehutanan, 2003).
2. Debit
Air
Menurut Soewarno (1991), debit air adalah volume air yang melalui
penampang basah sungai dalam satuan waktu tertentu yang biasanya dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik) atau liter per detik
(l/detik). Debit air sungai dapat diukur dengan menggunakan alat pengukur
kecepatan arus (rotating current meter)
atau sarana penunjang lainnya yang dialirkan pada setiap luasan segmen-segmen
sungai yang telah ditentukan sebelumnya dari penampang melintang badan sungai.
Selanjutnya, besarnya debit sungai dapat diperoleh dengan mengalikan
masing-masing kecepatan arus terukur dengan luasan setiap segmen yang diperoleh
melalui perhitungan luas penampang segmen. Hasil pengamatan terhadap limpasan
air sungai secara temporal pada umumnya diperoleh sejumlah besar limpasan debit
sungai yang terjadi pada waktu berlangsungnya curah hujan dan beberapa saat
setelah kejadian hujan hanya diperoleh sejumlah kecil limpasan air sungai yang
ada.
Menurut Soewarno (1991), pengukuran debit air dapat dilaksanakan secara
langsung (direct) ataupun tidak
langsung (indirect). Pengukuran debit
air dikatakan secara langsung apabila kecepatan alirannya diukur secara
langsung dengan menggunakan alat kecepatan aliran yaitu :
1. Alat ukur
arus (rotating current meter).
2. Ppelampung (float) dan
3. Zat pewarna (diction).
Menurut Asdak (1995), data debit air sungai merupakan informasi yang
penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk
merancang bangunan pengendali banjir, sedangkan data debit air yang kecil
diperlukan untuk perencanaan lokasi (pemanfaatan air) untuk berbagai macam
keperluan terutama musim kemarau panjang.
Sudarmadji (1997) menyatakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi
keadaan debit air pada suatu daerah aliran sungai (DAS adalah:
1.
Kondisi geologi
Kondisi geologi sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah yang
terbentuk dengan adanya penutupan vegetasi akan sangat menentukan kapasitas
infiltrasi terhadap curah hujan yang jatuh di atasnya. Menurut Utomo (1989),
sifat-sifat fisik tanah yang berpengaruh adalah struktur tanah, bahan organik,
sifat lapisan bawah tanah dan kesuburan tanah.
2.
Penutupan vegetasi
Vegetasi berperan melindungi permukaan tanah dari tumbukan curah hujan
secara langsung yang mempunyai energi sangat besar sehingga dapat menghindarkan
pemecahan agregat tanah dan dispersi partikel-partikel tanah yang kemungkinan
dapat menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapsitas infiltrasi
tanah yang pada akhirnya meningkatkan limpasan permukaan. Selain itu, system
perakran yang dalam dan menyebar adalah sangat baik untuk meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah terhadap curah hujan yang jatuh di atasnya
(Sudarmadji, 1997).
3.
Kondisi topografi
Kondisi topografi yang curam pada umumnya akan mempercepat konsentrasi
air pada titik patusan wilayah DAS, karena disamping prosentase kelerengan
curam yang besar, juga system jaringan sungai yang lebih padat dibandingkan
dengan wilayahn DAS dengan kondisi topografi yang relatif datar (Sudarmadji,
1997). Menurut Utomo (1989),
topografi berperan dalam menentukan volume air limpasan permukaan. Dua unsur
topografi yang berpengaruh adalah panjang dan kemiringan lereng serta unsur
lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman lereng dan curah
hujan.
4.
Bentuk DAS
Bentuk wilayah DAS dan system jaringan sungai yang ada di dalam DAS akan
sangat menentukan proses limpasan air dari seluruh wilayah DAS menuju titik
patusan (outlet) dari wilayah DAS yang bersangkutan.
Menurut Asdak (1995), bentuk DAS mempunyai peranan yang lebih penting
dibanding kerapatan drainase dalam mempengaruhi besarnya debit puncat (banjir)
dan lama waktu berlangsungnya debit puncak tersebut.
3. Sedimen
Melayang
Menurut Asdak (1995), sedimen merupakan hasil proses erosi, baik erosi
permukaan, erosi parit, atau tipe erosi lainnya meskipun hasil proses erosi
tebing mempunyai sumbangan dalam bagian ini, namun porsinya sangat kecil dan
dapat dianggap sebagai proses alami.
Sedimen yang terangkut dari tempat terjadinya erosi akan terbawa/
terangkut oleh aliran dan akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan
aliran airnya melambat atau terhenti. Alat pengangkutnya adalah limpasan
permukaan (surface runoff) dan
bilamana limpasan permukaan mencapai badan sungai, maka aliran sungai merupakan
media pengangkut sedimen (Arsyad, 1989).
Menurut Simon (1989), pengangkutan sedimen oleh aliran air dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu : (1). Sebagai muatan melayang (suspended load), (2). Muatan bilas (wash load), dan (3). Sebagai muatan
dasar (bed load). Angkutan sedimen
tersebut menurut Soewarno (1991) dapat bergerak, bergeser disepanjang dasar
sungai atau melayang pada aliran sungai tergantung kepada:
1. Komposisi (ukuran dan berat)
2. Kondisi aliran (kecepatan aliran, keadaan
aliran).
Ilyas dan Sampujo (1983) dalam
Baharuddin (2001), mengemukakan bahwa mekanisme angkutan sedimen dapat dibagi 2
(dua) golongan, yaitu:
1. Suspended load (angkutan melayang/muatan
tersuspensi), dimana gerakan partikel-partikelnya bergerak melayang dalam
aliran air.
2. Bed load (angkutan dasar/muatan dasar),
dimana gerakan partikel-partikelnya pada dasar saluran sungai dengan cara
menggelinding, bergerak dan berloncatan
Lebih lanjut dikatakan, asal
sedimen dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:
1. Bed material transport, dimana materialnya
dari saluran sendiri (dapat berupa bed load dan suspended load)
2. Wash load, dimana materialnya berasal dari
sumber-sumber luar saluran berupa erosi dan tidak mempunyai hubungan langsung
dengan keadaan setempat.
Hewlett (1982) dalam Harijanto
(1999), menyatakan bahwa bahan-bahan sedimen yang terangkut oleh aliran sungai
akan terpisah berdasarkan ukurannya. Bahan-bahan sedimen yang berat akan
diendapkan pada jarak yang relatif dekat, sedang bahan-bahan yang lebih halus
akan diendapkan pada jarak yang paling jauh pada kecepatan aliran yang sama.
Sehubungan dengan proses
pengangkutan sedimen tersebut, muatan sedimen melayang dapat dipandang sebagai
material dasar sungai (bed material) yang melayang di dalam aliran air sungai
terutama terdiri dari butiran-butiran halus yang senantiasa didukung oleh air
dan hanya sedikit sekali interaksinya dengan dasar sungai, karena selalu
didorong ke atas oleh turbulensi aliran (Soewarno, 1991).
Menurut Hardwinarto (1996),
karakteristik muatan sedimen melayang memiliki keeratan hubungan dengan massa
endapan yang terangkut secara melayang (tersuspensi), dan jumlah angkutan
muatan melayang terutama tergantung pada ketersediaan ukuran partikel-partikel
halus dari bahan endapan. Selanjutnya dinyatakan bahwa pada saat tertentu,
massa muatan yang tersuspensi di saluran sungai tergantung pada jumlah bahan
yang tercuci oleh limpasan permukaan, suspensi ini merupakan mekanisme angkutan
utama di dalam saluran-saluran sungai, dan prediksi hasil-hasil endapan sering
didasarkan hanya pada data tentang sedimen melayang.
Pengaruh sedimen dalam aliran
sungai dapat mengganggu kehidupan floran dan fauna air, menurunkan kualitas air
untuk kebutuhan lokal dan industri; menurunkan kapasitas waduk sebagai pencegah
banjir, irigasi; kerusakan turbin dan pompa air; serta menghambat lalu lintas
pelayaran (Pilipus, 1997).
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???