BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sudah
sejak zaman dahulu, ulat sutera diusahakan manusia untuk diambil seratnya
sebagai bahan untuk membuat kain tenun yang bermutu tinggi. Sifat ulat sutera yang liar sampai menjadi
serangga piaraan seperti yang dikenal dan diusahakan sekarang ini memerlukan
ketekunan dan waktu yang cukup lama.
Akhirnya, ulat sutera yang diusahakan secara sungguh-sungguh
menghasilkan manfaat social ekonomi yang cukup tinggi.
Ulat
sutera (Bombyx mori) membutuhkan daun
murbei sebagai makanannya. Sebelum
memulai pemeliharaan ulat sutera, tanaman murbei harus sudah siap diambil
daunnya sebagai bahan makanan. Ulat yang
sudah menjadi serannga piaraan sangat peka terhadap factor-faktor
lingkungan. Oleh karena itu,
pemeliharaan ulat sutera memerlukan tempat atau ruangan yang memiliki suhu dan
kelembapan yang cocok dengan ulat sutera yang dipelihara.
Jenis
ualt sutera yang paling banyak dipelihara untuk memproduksi bahan ulat sutera
alam adalah Bombyx mori. Ulat sutera ini makan daun murbei (Morus
sp.). Ulat sutera Bombyx mori
ditemukan di Cina 3000 tahun sebelum Masehi.
Kata Bombyx diduga nama
serangga penghasil serat yang yang termasuk dalam familia Bombycidae. Kata mori berasala dari Morus (Murbei) yang daunnya merupakan makanan bagi ulat ini. Pada daun murbei terdapat suatu zat
perangsang berupa glukosida dan penolakan memakan daun tumbuhan karena tidak
adanya zat perangsang tersebut.
Gambar 1.1 Ulat sutera (Bombyx mori)
Sistematika ulat sutera
(Bombyx mori) adalah sebagai berikut
:
Phyllum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Bombycidae
Genus : Bombyx
Species : Bombyx mori L.
Ulat
sutera (Bombyx mori) termasuk
serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosa sempurna, yaitu dimulai
dari telur, Ulat (larva), kepompong (Pupa), dan kupu-kupu. Ulat sutera termasuk endopterigota, yaitu
serangga yang perkembangan sayapnya terjadi didalam badan dan fase pradewasa
berbeda dengan fase dewasa, baik dalam bentuk perilaku, makanan, maupun
bentuknya.
Lama
periode hidup, mulai dari saat lahir (telur menetas) sampai masa membuat kokon
adalah sekitar 1 bulan, namun hal ini sebenarnya dipengaruhi oleh iklim dan
suhu setempat.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuannya
adalah untuk mengetahui proses dalam pengolahan ulat sutera dengan baik dan
benar.
Kegunaannya
adalah agar mahasiswa lebih mengetahi dengan baik, tentang proses pengolahan
ulat sutera tersebut dari ulat hingga menjadi benag sutera.
BAB II TEKHNOLOGI PENGOLAHAN ULAT
SUTERA
Adapun
tekhnologi pengolahan ulat sutera (Bombyx
mori) adalah sebagai berikut:
1.
Penyimpanan
dan Pengeringan Kokon
1.1
Penyimpanan Kokon
Kokon
mentah jangan ditumpuk sampai tinggi.
Pengangkutan kokon mentah juga jangan dibiarkan lama dalam
keranjang. Goncangan dan gerakan pada
pengangkutan diusahakan tidak sampai terjadi.
Kokon mentah hendaknya disimpan di tempat peredaran udaranya cukup baik,
cukup kering, dan tidak panas. Kokon
yang rusak perlu segera dipisahkan.
1.2
Pengeringan Kokon
Tujuan pengeringan
kokon adalah :
a.
Mematikan pupa-pupa yang ada didalam
kokon agar tidak menjadi kupu-kupu yang dapat merusak kulit kokon waktu keluar
dari kokon.
b.
Mengurangi berat kokon menjadi sekitar
40% dari berat kokon basah (
fresli cocoon). Dengan demikian, kokon
tidak mudah rusak dalam penyimpanan sebelum dipintal.
Gambar 1.3 Alat pengering Kokon (Oven).
Dari
gambar alat diatas, kokon dimasukkan didalam oven tersebut, suhu yang
dibutuhkan adalah sekitar 90˚C dan dibiarkan selama 2 jam.
2.
Pemasakan
Kokon
Air
untuk memasak kokon harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Jernih,
bersih, dan bebas dari segala macam kotoran.
b. Netral
atau sedikit alkalis dengan PH 6,8 – 8,5.
c. Kesadahannya
8˚ - 10˚.
d. Sisa
penguapan 0,15 – 0,20 gram/liter.
Jika
air yang digunakan terlalu sadah, maka proses pemasakkan kokon akan terhambat,
karena terdapat garam-garam yang mengendap pada kokon sehingga mempertinggi
sabun pada pekerjaan menghilangkan perekatnya. Dan tujuan dari pemasakkan kokon
adalah untuk menghilangkan filament – fialmennya.
Gambar 1.4 Alat perebus dan Pemintalan Sederhana
3.
Pemintalan
Pemintalan
adalah proses pengolahan kokon menjadi benang sutera. Dengan cara sederhana, pencarian ujung serat
dengan sapu kecil dari tengkai – tangkai padi atau sikat dispu – sapukan pada
permukaan kokon yang tlah dimasak sampai serat – serat dibagian luar kulit
kokon dapat diambil. Kemudian, secara
hati – hati ujung serat ditarik sampai gumpalan sutera menjadi satu serat bagi
tiap kokon. Kokon yang ujung benangnya
belum ada, dimasukkan lagi kedalam air panas dan diaduk. Kemudian dengan menggunakan sikat, ujung –
ujung kokon akan tertarik dan akhirnya ditemukan serat tunggal. Dengan pencarian ujung benign yang baik akan
mudah dilakukan pemintalan dan akan menghasilkan benang yang kualitasnya
baik. Kokon yang baik adalah kokon yang
hanya dengan sekali perebusan dan sampai akhir serat suteranya tidak putus.
kak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapuskak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapuskak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapuskak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapuskak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapuskak rahmat sangat kreatif ! :)
BalasHapusmayan nih buat nambah nambahin bahasan di makalah kewirausaan besok :D
BalasHapusmakasih gan
Often after harvest, instantly prepared for spinning cocoon without passing through the storage process. If so cocoon-cocoon that does not need to be dried first
BalasHapusbandar togel online terpercaya di indonesia