Saat
ini beberapa jenis fungi telah dimanfaatkan untuk mengembalikan kualitas atau
kesuburan tanah. Hal ini karena secara umum fungi mampu menguraikan bahan
organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang
dilepas akan diambil oleh tanaman. Beberapa fungi juga mampu membentuk asosiasi
ektotropik dalam sistem perakaran pohon-pohon hutan yang dapat membantu memindahkan
fosfor dan nitrogen dalam tanah ke dalam tubuh tanaman, seperti mikoriza yang
bersimbiosis mutualisme dengan tanaman (Faad et al., 2010).
Mikoriza
berperan dalam rantai makanan di rizosfer akar dan memacu pertumbuhan hampir
semua jenis tanaman di hutan tropika Indonesia, sehingga hutan tropika
kaya akan nutrisi. Dengan fenomena alam ini menjelaskan bahwa mikoriza termasuk
dalam rantai makanan ekosistem pemasok makanan dan turut membesarkan
pohon-pohon raksasa di hutan tropis Indonesia. Selanjutnya hasil penelitian,
hampir satu abad lebih menjadi inspirasi peneliti di bidang mikrobiologi hutan,
bagaimana teknologi mikoriza turut memberikan andil menjadi input teknologi
dalam mempercepat pertumbuhan pohon dan merehabilitasi lahan hutan terdegradasi
akibat pembukaan hutan untuk kegiatan pertambangan, illegal logging, dan
kebakaran hutan. Teknologi mikoriza merupakan terknologi pemanfaatan
jenis-jenis cendawan yang hidup dalam jaringan korteks akar atau sering disebut
cendawan mikoriza dan keberadaannya sangat berlimpah di lantai-lantai hutan
tropis Indonesia.
Pada
saat ini introduksi mikoriza merupakan teknologi yang tidak bisa ditawar lagi
untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi di
Indonesia. Kendala utama yang dihadapi dalam kegiatan rehabilitasi lahan adalah
rendahnya unsur hara, toksisitas aluminium, fiksasi P yang tinggi, pH sangat
asam, dan rendahnya bahan organik. Penggunaan mikoriza akan bermanfaat apabila
telah diketahui tingkat efektivitas jenis mikoriza yang terbentuk pada setiap
jenis pohon yang akan diproduksi.
Kendala
utama yang dihadapi dalam kegiatan rehabilitasi lahan adalah rendahnya unsur
hara, toksisitas aluminium, fiksasi P yang tinggi, pH sangat asam, dan
rendahnya bahan organik, seperti yang terdapat pada lahan pasca tambang
batubara (Santoso et al., 2006). Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial
kedua setelah N yang berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan
akar. Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam
rehabilitasi habitat adalah penggunaan mikoriza. Fungi Mikoriza Arbuskulu (FMA)
yang berperan dalam penyerapan unsur hara fosfor yang tidak dapat diserap oleh
tanaman karena diikat oleh Fe dan Al, melalui bantuan enzim alkalin fosfat yang
dihasilkan oleh FMA. Menurut Karyaningsih (2009), Ketahanan tanaman terhadap
patogen akar akan meningkat dengan adanya lapisan hifa mikoriza yang merupakan
pelindung fisik masuknya patogen. Dalam proses kolonisasinya cendawan ini akan
melepaskan antibiotik mematikan selain itu pula semua hasil eksudat tanaman
yang dikeluarkan akan dimanfaatkan sehingga tercipta lingkungan yang tidak
cocok bagi patogen.
Cendawan
mikoriza arbuskula (CMA) merupakan suatu bentuk asosiasi cendawan dengan akar
tanaman tingkat tinggi. Kemampuan asosiasi tanaman- CMA ini memungkinkan
tanaman memperoleh hara dan air yang cukup pada kondisi lingkungan yang miskin
unsur hara dan kering, perlindungan terhadap patogen tanah maupun unsur
beracun, dan secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah.
Hal
ini dimungkinkan karena CMA mempunyai kemampuan menyerap hara dan air lebih
tinggi dibanding akar tanaman. Keunggulan kemampuan CMA dalam pengambilan hara,
terutama hara yang bersifat tidak mobil seperti P, Zn, dan Cu, disebabkan CMA
memiliki struktur hifa yang mampu menjelajah daerah di antara partikel tanah,
melampaui jarak yang dapat dicapai akar (rambut akar), kecepatan translokasi
hara enam kali kecepatan rambut akar, dan nilai ambang batas konsentrasi hara
yang dapat diserap CMA lebih rendah (setengah ambang batas konsentrasi hara
yang dapat diserap akar). CMA secara tidak langsung juga dapat meningkatkan
ketersediaan P-tanah melalui produksi enzim fosfatase oleh akartanaman. CMA
juga berperan dalam membantu pemenuhan kebutuhan air pada saat kekeringan
karena bertambahnya luas permukaan penyerapan air oleh hifa eksternal.
Satu
spesies CMA dapat berasosiasi dengan berbagai tanaman sehingga satu macam CMA
dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Pada saat ini telah dihasilkan
berbagai inokulan CMA,umumnya dari spesies Glomus, Gigaspora, dan Acaulospora
(Nursanti et al, . 2009).
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis21.student.ipb.ac.id