BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Manusia
merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk
lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk
lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi.
Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi
segala keinginannya yang diberikan Tuhan YME.
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, dan mati. Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positif maupun
negatif. Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran
tentang apa yang menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan yang ia ambil dan
sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan
lingkungan dan tempat tinggalnya.
1.2 Rumusan Masalah
ü Apakah yang
dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
ü Bagaimana
fungsi manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
ü Apa saja Hak
dan kewajiban manusia sebagai makhluk individu dan
sosial ?
ü Arti penting
interaksi sosial dalam masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian individu dan masyarakat
Pada
dasarnya manusia adalah mahluk Allah
yang paling sempurna, hal itu dijelaskan di dalam Alqur’an surat At Tiin ayat
5, artinya: ‘’sungguh kami ciptakan
manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya’’. Jika di amati Secara teori
keindahan fisik manusia setidaknya mengandung 3 unsur yaitu contrast
(pertentangan), simetry (keserasian) dan balance (keseimbangan). Dari semua
organ-organ tubuh termasuk, mata, wajah,tangan,kaki dan sebagainya manusia
mempunyai daya tarik dan nilai keindahan
tersendiri. Unsure kontras ada pada rambut, mata, gigi bahkan bentuk wajah.
Sedangkan simetry dan keseimbangan ada pada mata, telinga, hidung dan lainnya.
a. Manusia
Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai
identitas tersendiri yang membedakan antara satu manusia dengan manusia
lainnya. Perbedaan yang melekat biasanya
yaitu bentuk fisik, wajah, sifat dan yang umum biasanya Nama. Kalaupun ada nama
yang sama itupun bersifat kebetulan saja. Ataupun perihal kasus kembar siam
yang bila diamati bentuk fisiknya hampir sama. Namun mahluk individu merupakan sunnatullah. Allah
maha kuasa dan maha besar , tidak ada satupun mahkluknya yang luput darinya
sehingga jumlah manusia yang hampir 2 miliard itu tidak ada satupun yang sama.
b. Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Umumnya
manusia dilahirkan seorang diri, lalu mengapa harus bermasyarakat?. Manusia
tidak sama dengan mahluk lainya seperti hewan. Ada hewan yang sejak lahir mampu
untuk mencari makan sendiri misalnya ayam. Sejak lahir manusia membutuhkan
bantuan orang lain seorang bayi misalnya harus dibantu untuk minum ASI ibunya,
diajari berjalan, makan, berbicara dan lain sebagainya. Manusia tidak dibekali
alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri seperti yang hewan miliki seperti
cakar di harimau, untuk menerkam mangsa. Manusia dibekali fikiran yang jauh lebih sempurna dari
alat-alat fisik hewan, dengan fikiran manusia bisa dimanfaatkan untuk mencari
alat-alat materiil yang diperlukan untuk kehidupannya. Naluri manusia untuk hidup dengan orang lain
disebut ‘’gregariousness’’ disebut
juga social animal (hewan yang
mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama) sejak dilahirkan manusia
memiliki dua hasrat atau keinginan pokok yaitu:
1.
Keinginan
untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya
2.
Keinginan menyatu dengan suasana alam sekelilingnya
untuk menyesuaikan diri.
Dari kedua
hal itu manusia menggunakan fikiran,perasaan ataupun kehendaknya.
c. Adapun
persyaratan tertentu manusia dinamakan kelompok sosial yaitu:
1.
Setiap
anggota harus sadar bahwa dirinya bagian klompok tersebut.
2.
Adanya
hubungan timbal balik antar anggota didalam kelompok itu.
3.
Adapun
faktor yang dimiliki bersama dalam anggota kelompok itu misalnya kesamaan kepentingan,tujuan ideology/politik.
4.
Berstruktur,kaidah
dan mempunyai pola prilaku.
2.2 FUNGSI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN
SOSIAL
a. Peranan
manusia sebagai makhluk individu
Manusia sebagai makhluk individu
berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi rohani maupun jasmani. Berdasarkan sifat kodrat
manusia sebagai individu dapat diketahui bahwa manusia memiliki hasrat dan
martabat, memiliki hak-hak dasar, potensi diri yang khas, dan setiap manusia
memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Dalam bermasyarakat individu memberikan fungsi positif
antara lain:
1)
Perlu
dihargainya harkat dan martabat dari seorang manusia
2)
Adanya
jaminan akanhak dasar setiap manusia
3)
Berkembangnya
potensi-potensi diri yang kreatif dan inovatif
Individu juga dapat memberikan fungsi negatif antara
lain :
1)
Tumbuhnya
sifat individualisme dan egois di dalam hidup bermasyarakat
2)
Lunturnya
simpati, empati dan gotong royong di dalam kehidupan bermasyarakat
3)
Penuh
persaingan akibatnya masyarakat tidak tertip, atau perseteruan.
b. Peranan
manusia sebagai makhluk sosial
Manusia akan senantiasa berhubungan dengan orang lain.
Fakta ini memberikan kesadaran akan ketidakberdayaan manusia dalam memenuhi
kebutuhanya sendiri.
Dalam berbagai kelompok sosial dibutuhkan norma-norma
antara lain :
1)
Norma agama
2)
Norma
kesusilaan
3)
Norma
kesopanan
4)
Norma hukum
Peranan manusia sebagai makhluk soaial antara lain :
1)
Melakukan
interaksi dengan manusia lain
2)
Membentuk kelompok-kelompok sosial
3)
Menciptakan
norma-norma sosial sebagai tata tertib kehidupan kelompok
Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang individu
dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan :
1)
menyimpang dari norma kolektif ; terjadi bila
kepribadian individu tidak dominan sedangkan dia tidak mampu atau tidak mau
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2)
Kehilangan individualitasnya (resesif) ; terjadi bila
kepribadian individu tersebut lemah dan takluk terhadap lingkungannya.
3)
Mempengaruhi masyarakat (dominan) ; terjadi bila
kepribadian individu kuat dan mampu mempengaruhi dan menaklukkan lingkungannya.
Keluarga merupakan satuan
sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhkluk sosial, yang ditandai
adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga menurut Willian J Goode :
1)
pengaturan seksual
2)
reproduksi
3)
sosialisasi [Charlotte
Buchler] : proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan
diri
4) penempatan anak di dalam masyarakat
5) pemuas kebutuhan perseorangan
6) kontrol sosial yang berfungsi dalam
mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai masyarakat melalui peran sosial
anggota keluarga,
Masri singarimbun (1993) mengingatkan bahwa
mobilitas penduduk yang semakin tinggi, nilai-nilai yang berubah, kontrak
sosial yang longgar, manusia yang semakin individualistic, meripakan tantangan
bagi keluarga masa kini dan yang akan datang.
2.3 HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
INDIVIDU DAN SOSIAL
Kolektivitas pada manusia disamping
bersifat rohaniah. Menurut Durkheim kebersamaannya
dapat dinilai sebagai mekanistis, merupakan
solidaritas organis yaitu atas dasar saling mengatur. Selain kepentingan
individu, diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan kepentingan komunal demi
kesejahteraan bersama, yang disebut sebagai ‘pranata sosial’ atau abstraksi
yang lebih tinggi lagi dinamakan ‘kelembagaan/institusi’.
Pranata sosial (Sumner) : perbuatan, cita-cita,
sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal seta bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pada intinya lembaga kemasyarakatan adalah
himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud kongret lembaga kemasyarakatan
adalah asosiasi.
Tipe-tipe lembaga
kemasyarakatan :
a.
dari sudut
perkembangannya :
Ø Crescive
institutions : lembaga-lembaga primer, misal hak milik, perkawinan.
Ø
Enacted
institutions : lembaga yang sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tertentu, misal lembaga utang
piutang, lembaga pendidikan
b.
dari sudut sistem nilai
yang diterima masyarakat :
Ø basic institutions : lembaga
kemasyarakatan yang memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,
misal keluarga.
Ø Subsidiary institutions : lembaga
kemasyarakatan yang dianggap kurang penting, misal kegiatan-kegiatan rekreasi.
c.
dari sudut penerimaan
masyarakat :
Ø
sosial
sanctioned institutions : lembaga yang diterima masyarakat, misal sekolah.
Ø
sosial
unsanctioned institutions : lembaga yang ditolak oleh masyarakat, misal
kelompok penjahat, pencuri
d.
dari sudut
penyebarannya :
Ø
general
institutions, dikenal oleh semua masyarakat dunia, misal agama
Ø restricted
institutions, dianut oleh masyarakat tertentu,misalnya Islam,
e.
dari sudut fungsinya :
Ø operative
institutions : berfungsi menghimpun atau tata cara untuk mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan, misal lembaga industri
Ø regulative
institutions : berfungsi mengawasi tata kelakuan yang tidak
menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri, misal kejaksaan.
Tiga asumsi berkaitan
dengan perilaku manusia :
1)
Pandangan tentang sebab
akibat (causalitas), bahwa perilaku manusia itu ada sebabnya.
2)
Pandangan tentang
arah atau tujuan (directedness), yaitu
perilaku manusia tidak hanya disebabkan oleh sesuatu, tetapi juga
mengarah pada tujuan tertentu.
3)
Konsep tentang motivasi
(motivation), yang melatarbelakangi perilaku, yang dikenal sebagai suatu
desakan atau keinginan atau kebutuhan, atau dorongan.
Beberapa teori yang menjelaskan latar belakang perilaku individu
diantaranya :
1) Teori Stimulus-Respon
(Watson) menyatakan bahwa obyektifitas perilaku individu hanya berlaku pada
perilaku yang nampak. Rangsangan mempengaruhi tingkah laku, bahkan menentukan
tingkah laku tersebut.
2) Teori sikap, sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu jika mendapatkan
rangsangan tertentu. Disini individu memiliki potensi berupa Kognisi sosial
(pengetahuan), Persepsi sosial, nilai dan konsep.
3) Teori peran, peranan seseorang
merupakan hasil interaksi dari diri sendiri dengan posisi (status) dengan
perannya (menyangkut norma dan nilai)
4) Teori medan, ruang kehidupan
merupakan penentu dari perilaku seseorang. Ruang kehidupan ini merupakan
interkasi manusia dengan lingkungannya.
2.4 INTERAKSI
SOSIAL
Hampir semua manusia, pada awalnya
merupakan anggota kelompok social yang dinamakan keluarga. Terkadang mereka
bertemu untuk saling bertukar pengalaman. Saling bertukar pengalaman disebut social-experiences dan mempunyai pengaruh yang besar di dalam
pembentukan kepribadian orang-orang yang bersangkutan.
Macam-Macam
Kelompok Sosial
a. Klasifikasi tipe-tipe kelompok social
Tipe-tipe kelompok-kelompok social dapat
diklasifikasikan dari beberapa sudut atau atas dasar berbagai kriteria ukuran.
Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi social dalam
kelompok social tersebut. Beberapa sosiolog memperhatikan pembagian atas dasar
kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling kenal mengenal (face to face groupings), seperti
misalnya keluarga, dengan kelompok-kelompok social seperti kota-kota, di mana anggota-anggotanya tidak mempunyai
hubungan yang erat. Suatu ukuran lainnya adalah ukuran kepentingan dan wilayah.
Suatu community (masyarakat setempat)
misalnya kesatuan-kesatuan atas dasar wilayah yang tidak mempunyai
kepentingan-kepentingan yang khusus/tertentu. Suatu association sebagai suatu perbandingan, justru dibentuk untuk
memenuhi kepentingan yang tertentu. Sudah tentu anggota-anggota community maupun association sedikitnya sadar akan adanya kepentingan-kepentingan
bersama. Berlangsungnya suatu kepentingan, merupakan ukuran lain bagi
klasifikasi tipe-tipe social. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang
hidupnya sebentar saja, oleh karena kepentingannyapun tidak berlangsung dengan
lama. Lain halnya dengan kelas atau community
yang kepentingan-kepentingannya yang secara relative bersifat tetap
(permanent).
Sampai pada kelompok-kelompok yang
hampir tak terorganisir seperti suatu
kerumunan. Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternative untuk
mengadakan klasifikasi tipe-tipe kelompok social tersebut adalah jumlah atau
derajat interaksi social atau kepentingan-kepentingan kelompok, atau
oragnisasinya maupun kombinasi dari ukuran-ukuran tersebut.
Dasar untuk
membedakan kelompok social, adalah factor-faktor sebagai berikut:
1.
kesadaran
akan jenis yang sama,
2.
adanya
hubungan social,
3.
orientasi
pada tujuan yang sudah ditentukan.
Maka tipe umum dari
kelompok-kelompok social adalah sebagai berikut:
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Kategori Statistik
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Kategori sosial
|
+
|
-
|
-
|
3.
|
Kelompok sosial
|
+
|
+
|
-
|
4.
5.
|
Kelompok tak teratur
Organisasi formal
|
±
+
|
±
+
|
-
+
|
(tanda + berarti ada factor seperti disebut di atas
sedangkan – tidak ada)
1. Kategori
statistic, pengelompokan oleh ilmuwan atas dasar ciri tertentu yang sama,
misalnya, kelompok umur.
2. Kategori
social, kelompok individu yang sadar akan cirri-ciri yang dimiliki bersama,
misalnya Ikatan Dokter Indosnesia
3. Kelompok
social, seperti misalnya, keluarga batih
4. Kelompok tak
teratur, berkumpulnya orang-orang disatu tempat pada waktu yang sama, karena
pusat perhatian yang sama. misal orang antri karcis
5. Organisasi
formal, dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Misal birikrasi.
Dalam membicarakan kelompok-kelompok
social, seharusnya dihindari faham
priory. Bahwa kelompok-kelompok social merupakan lawan daripada individu
kedua-duanya hanya dapat dimengerti bila dipelajari didalam hubungan yang satu
dengan yang lain (yakni sebagai pasangan).
b.
Kelompok-kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu
Masyarakat
yang masih sederhana susunannya, secara relative menjadi anggota dari
kelompok-kelompok kecil.Kelompok-kelompok social biasanya adalah atas dasar
kekerabatan, usia, sex, dan terkadang atas dasar perbedaan pekerjaan.
Keanggotaan tersebut akan memberikan kedudukan. Selain itu si individu merasa lebih tertarik oleh kelompok-kelompok
social yang dekat seperti kehidupan kekerabatan, daripada dengan suatu
perusahaan besar atau Negara.
c. In-group
dan Out-grup
Kelompok-kelompok social yang mana
individu mengidentifikasikan dirinya merupakan in-group-nya. apabila suatu kelompok social merupakan “in-group”
atau tidak bagi individu, bersifat relative dan tergantung pada situasi-situasi
social yang tertentu. Out-group diartikan
oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group-nya yang sering dihubungkan dengan istilah-istilah “kami
atau kita” dan “mereka” seperti “kami mahasiswa fakkultas hukum” sedangkan
“mereka mahasiswa Fakultas Ekonomi”. Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada factor simpati dan selalu
mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sikap-sikap in-group selalu ditandai dengan kelainan
yang berwujud suatu antagonisme atau antipati. Kecenderungan tadi disebut etnocentrisme, yaitu suatu sikap untuk
menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran kebudayaan
sendiri. Di dalam proses tersebut seringkali dipergunakan stereotypen yakni anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu
objek yang tertentu. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa setiap kelompok social, merupakan “in-group” bagi
anggota-anggotanya. Konsep tersebut dapat diterapkan baik terhadap
kelompok-kelompok social yang relative kecil sampai yang terbesar, selama para
anggotanya mengadakan identifiasi dengan kelompoknya.
d. Primary
Group dan Secondary Group
Dalam
klasifikasi kelompok-kelompok social, pembedaan yang luas dan fundamental
adalah pembedaan antara kelompok-kelompok kecil di mana hubungan antara
anggota-anggotanya rapat sekali di satu pihak, dengan kelompok-kelompok yang
lebih besar di pihak lain. Sejalan dengan pembedaan tersebut, Charles Horton
Cooley mengemukakan pendapat antara Primary Group dengan Secondary Group yang ditulisnya dalam karyanya yang berjudul Social Organization pada tahun 1909. Menurut Cooley, primary groups adalah
kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal antara
anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Dari apa yang
dikemukakan oleh Cooley tersebut, dua hal yang penting, yaitu pertama-pertama
bahwa dia bermaksud untuk menunjuk pada suatu kelas yang terdiri dari
keompok-kelompok yang konkrit seperi misalnya keluarga. kedua adalah istilah
saling kenal- mengenal di mana Cooley terutama menekankan pada sifat hubungan
antar individu seperti simpati dan kerjasama yang spontan. kelompok-kelompok
tersebut sangat penting bagi pembentukan ataupun perwujudan cita-cita social
daripada individu. Jika benar maka tidak ada alas an untuk membedakan primary
group dari secondary group. Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai
teoti cooley tersebut, maka terutama akan dibicarakan hal-hal sebagai berikut:
- kondisi-kondisi fisik dari primary group
- sifat hubungan-hubungan primer,
- kelompok-kelompok yang konkrit dan hubungan-hubungan primer
Syarat-syarat yang sangat penting adalah
pertama-pertama bahwa anggota-anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan
antara satu dengan lainnya. Kedua, bahwa kelompok tersebut adalah kecil, yang
ketiganya adalah adanya suatu kelanggengan daripada hubungan antara
anggota-anggota kelompok yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk
sosial. Sebagai individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya
berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya,
orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk idividu, manusia
ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang menyusahkan.
Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani
maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada
dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Herimanto, dan Winarno.2011.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:Bumi Aksara.
Lathif Misno A., Tito Kusuma Wardhana, dan Linda Dwi
Eriyanti.2006. Buku Ajar Mahasiswa Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
http://calvinfatmanausia.wordpress.com/2011/10/20/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-sosial
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis21.student.ipb.ac.id