Oleh : Rahmat H.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kandungan bahan organik tanah
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, tipe penggunaan lahan,
relief, land form, aktivitas manusia.C/N adalah salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode yang digunakan dalam
praktikun ini adalah metode Walkey and Black yang menggunakan tahapan antara
arti nyata kandungan bahan organik yang ditentukan oleh besarnya C-organik
hasil titrasi yang kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu.
Mempelajari masalah bahan organik
adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan secara langsung maupun
tidak langsung dalam memahami perilaku tanah. Hampir semua makhluk hidup yang
ditemui bergantung pada bahan organik untuk energi dan makanannya. Bahan
organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan biologi tanah sehingga
akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung bahan organik
tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman terjadi melalui produk
pengurainya yang berupa asam-asam organik. Terkait dengan sifat biologi tanah,
bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan mikroflora dan mikrofauna
tanah melalui perannya sebagai penyedia C dan energi.Secara substansi bahan
organik tersusun dari bahan humus dan non humus.
B.
Maksud dan Tujuan
….Makalah ini bertujuan agar….(isi
sendiri yah)
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut
Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang
dapat diperbaharui, di daur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi
unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan
organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik
demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.
Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga
harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau
binatang (Utami dan Handayani, 2004).
Sumber primer bahan organik adalah
jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah. Bahan organik dihasilkan
oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan
penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam
bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan
bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling
banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling
penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik
tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan
bawah (Sutanto, 2002).
Humus merupakan salah satu bentuk
bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau hewan baru yang belum
lapuk. Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad mikro yang menggunakannya
sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan
asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus (Balasubramian, 2005).
Humus merupakan bentuk bahan organik
yang lebih stabil. Dalam bentuk inilah bahan organik banyak berakumulasi dalam
tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan
tanah.Humuslah yang aktif dan bersifat/menyerupai liat, yaitu bermuatan
negatife (Djuanda, 2004).
Nisbah C/N berguna sebagai penanda
kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah akan tetapi
apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi
berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaanya N bagi pembentukan
mikroba. Kegiatan jasad renik akanterhambat (Priambada et al., 2005).
Karbon diperlukan mikroorganisme
sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Apabila
ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa
sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat
seluruh nitrogen bebas.Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40)
jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan
organisme (Wallace and Teny, 2000).
III.
PEMBAHASAN
A. Pengaruh
Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah
Bahan organik adalah bahan yang
terkandung dalam tanah berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang
telah mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang mngalami proses
dekomposisi. Kandungan bahan organik tiap tanah berbeda beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya kandungan bahan
organik, faktor-faktor tersebut adalah iklim, yang mempengaruhi dalam hal
memacu atau menghambat proses dekomposisi, faktor relief dan bentuk lahan
mempengaruhi pada proses penggumpalan atau pencucian bahan organik. Relief
datar dengan landform rawa memiliki bahan organik tinggi sedangkan relief
bergunung landform kast kandungan bahan organiknya rendah. Faktor penggunaan
tipe lahan yang mempengaruh dalam sumber penyediaan bahan organik. Biasanya
tanah yang lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian bahan organiknya
disesuaikan dengan tanaman yang akan dibudidayakan sedngkan tanah yang tidak
digunakan (misal: hutan) kandungan bahan organiknya lebih kompleks dan faktor
kedalaman tanah kedalaman lapisan tanah menentukan kandungan bahan organik yang
akan mengalami penurunan apabila makin kebawah, hal tersebut disebabkan oleh
akumulasi bahan organik yang berkonsentrasi pada lapisan atas.
Bahan organik
adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor
biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut Stevenson (1994), bahan
organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan
organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas
tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentukkerusakan
tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara
berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat, sehingga tercipta
tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu
kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat
terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam - garam (salinisasi),
tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organic dan xenobiotik
seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001). Terjadinya
pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus
menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan
tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat
menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat
pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus.
Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya
biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri,
melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh
penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated urea)
yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga
populasi cacing tanah akan turun dengan drastis (Ma et al., 1990). Kehilangan
unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena umum pada sistem
pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi utamanya pada praktek
pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa dibarengi dengan
pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih
cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi ketidak seimbangan
masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi melalui dekomposisi yang
berdampak pada penurunan kadar bahan organik dalam tanah. Tanah-tanah
yang sudah mengalami kerusakan akan sulit mendukung pertumbuhan tanaman.
Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan perbaikan agar tanaman dapat
tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal. Penyediaan hara bagi tanaman
dapat dilakukan dengan penambahan pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk
anorganik dapat menyediakan hara dengan cepat. Namun apabila hal ini dilakukan
terus menerus akan menimbulkan kerusakan tanah. Hal ini tentu saja tidak
menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah
akan mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat
mengurangi umur produktif tanaman.
Menurut
Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya
pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk
memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas
tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan
kerusakan tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang dapat
ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan
dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Bahan organik tanah
berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah.
A. Fungsi Bahan Organik
Fungsi
bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia
maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson,1994):
1.
Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan
organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur
hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organic membantu menyediakan
unsur hara N melalui fiksasi N2dengan caramenyediakan energi bagi bakteri
penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2.
Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3.
Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4.
Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5.
Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam
tanah .
6.
Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.
Meningkatkan suhu tanah
8.
Mensuplai energi bagi organisme tanah
9.
Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.
Selain
memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula memberikan dampak
yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat muncul akibat dari
penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota adalah meningkatnya
logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman, meningkatkan salinitas,
kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat bifenil, fenol,
hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik (propionic dan
butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997) Faktor yang mempengaruhi
pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena mempengaruhi jumlah bahan
organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan organik yang
dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi
dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan dalam tiga
grup, yaitu :
1)
sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan komposisi
kimia,
2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan,
3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat kesuburan,
3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan
organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relative sukar didekomposisi
karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi
senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang
mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada
jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena
disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari
C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:
C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:
1.Pengembalian
sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam
tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan
bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain
tetap diperlukan.
2.Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organic sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk
yang berumur 6 bulan.
2.Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organic sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk
yang berumur 6 bulan.
IV. KESIMPULAN
- Kandungan Bahan Organik Tanah dipengaruhi oleh kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
- Bahan Organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat memperbaiki pemearbilitas dan penetrasi akar.
- Urutan kadar bahan organik tanah dari yang tertinggi sampai yang terendah Rendzina, Vertisol, Alfisol, Entisol, Ultisol.
- Semakin besar kandungan C-organik maka semakin besar pula kandungan BO tanah. Demikian sebaliknya, semakin kecil kandungan C-organik maka semakin kecil pula kandungan BO tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Balasubramian, V. 2005. Bahan
Organik Tanah. <www.lemlit.unud.ac.id>. Diakses pada tanggal 1 Mei
2011.
Djuanda,J.S.,M.Assaad dan Warsana.
2004. Kajian laju infiltrasi dan beberapa sifat fisik tanah pada tiga jenis
tanaman pagar dalam sistem budidaya lorong. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
4:25-31.
Priambada,I.D., J.Widodo dan R.A.
Sitompul. 2005. Impact of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem
of Southern Sumatra International Symposium on Academic Exchange Cooperation
Gadjah Mada University and Ibraki University. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Six, J., E.T.Elliot, and K. Paulina.
2005. Soil structur and soil organic matter:II.A normalized ability and the
effect of mineralogy. Soil Society America Journal 64:1042-1049.
Sutanto,R. 2002. Pertanian Organik.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Utami, S.M.H dan S.Handayani. 2004.
Sifat Kimia Entisol Pertanian Organik dan Anorganik.Jurnal Ilmu Tanah 10:63-69.
Wallace,A., R.G and Teny. 2000.
Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties
of Soil.Marcell Pecker Inc, New York
Sumber : Berbagai sumber
Salam rimbawan! Blog abang sangat membantu kami dalam hal pembelajaran kami untuk ilmu tanah hutan, salam rimbawan unila
BalasHapus