L 131 08 121
.......................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perlindungan tanaman merupakan salah
satu yang terpenting di dalam usaha pertanian. Secara umum perlindungan tanaman
mencakup tiga gatra antara lain perlindungan terhadap gangguan hama, gangguan
penyebab penyakit dan gangguan gulma. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengembangkan suatu
sistem perlindungan hama baik yang sifatnya mekanis atau fisik, kimiawi, dan
biologis. Tidak semua gangguan dapat diatasi dengan usaha mekanis atau fisik,
demikian pula dengan pendekatan kimiawi. Bahkan perlindungan tanaman
menggunakan senyawa kimia menimbulkan persoalan baru yang tidak mudah diatasi
yaitu pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi hama dan penyakit terhadap
bahan kimia yang digunakan.
Salah satu alternative lain untuk
melakukan perlindungan tanaman adalah penggunaan pendekatan biologis dan
bioteknologis. Pendekatan biologis dalam perlindungan tanaman yang dimaksud
disini adalah seperti yang dikemukakan oleh Baker dan Cook pada tahun 1974,
yaitu pengurangan kerapatan inokulum atau
aktifitas yang menyebabkan penyakit oleh suatu patogen atau parasit dalam
status aktif maupun dorman, oleh satu atau lebih jasad hidup, dikerjakan secara
alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonisnya atau dnegan
introduksi massal satu atau lebih jasad antagonis. Batasan semacam ini
mencakup berbagai macam teknik baik yang bersifat konvensional maupun
non-konvensional.
Pada awalnya manusia menggunakan
bahan-bahan kimia untuk pengendalian lingkungannya dimulai dari Arsenit,
insektisida botani (nikotin, pyrethrin, dan rotenone), dan minyak bumi.
Insektisida organic sintetis yang pertama kali muncul adalah senyawa dinitro
dan thiocyanat. Ungkin yang paling nyata
sebagai perintis untuk memproduksi berbagai insektisida adalah ditemukannya
DDT.
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan insektisida mulai
digunakan orang, yang pasti bahwa bahan yang tergolong insektisida (dalam arti
fungsinya) yang digunakan pertama kali oleh manusia primitif ialah lumpur dan
debu. Kedua bahan ini digunakan dengan cara membalurkannya keseluruh bagian
tubuh sebagai pencegah gigitan serangga.
Catatan yang paling pertama mengenai tentang insektisida
ialah penggunaan sulfur sebagai fumigan. Pada tahun 1994, suplai insektisida
masih sangatlah terbatas, pada berbagai jenis saja seperti senyawa arsen,
minyak petrol, nikotin, piretrum, rotenon, sulfur, gas hydrogen sianida dan
kriolit.
Baru setelah perang dunia II dimulailah era zaman pestisida
dengan penemuan-penemuan senyawa kimia dengan konsep baru, yakni dibuatnya
senyawa-senyawa insektisida organic sintetis. Yang pertama kali dibuat secara
komersil ialah DDT.
1.2
Tujuan
Tujuan makalah
ini untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari suatu insektisida dan berdampak
apa yang akan ditimbulkan setelah dari penggunaan insektisida tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan insektisida diindonesia secara nyata
sekurang-kurangnya telah dilakukan 20 tahun yang lalu. Setelah timbul berbagai macam
pengaruh akibat dari penggunaan insektisida ini, maka sangatlah perlu
dipikirkan pengendalian serangga yang terintegrasi. Maksudnya adalah memelihara
populasi serangga hama, tetap berada dibawah derajat perusakan yang tidak
merugikan secara ekonomi, yaitu dengan sedikit mungkin pemakaian pestisida
dengan tujuan memperkecil pengaruh terhadap keseimbangan biologi.
Salah satu kunci dari suatu pemberantasan hama secara
terintegrasi ini adalah pertimbangan dari pola interaksi diantara hama, dan
komponen lain didalam agro-ekosistem. Pengetahuan tentang interaksi komunitas
didalam agroekosistem ini merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan dari
pemberantasan hama secara terintegrasi. Walaupun diindonesia penelitian semacam
ini masih baru, tetapi cukup memberikan harapan untuk mulai memperhatikan
pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul akibat penggunaan insektisida. Karena
penggunaan insektisida saja lebih rumit, selain harganya yang mahal pengaruh
sampingannya merugikan, yaitu dengan timbulnya masalah baru, dapat diberikan
contoh timbulnya resistensi serangga hama, terbunuhnya predator hama dan
parasit-parasit hama.
Dengan dikembangkannya pemberantasan suatu hama secara
terintegrasi ini, maka sistem pengendalian hama tersebut didasarkan atas
prinsip ekologi, dengan demikian data biologi dan ekologi penting artinya
(Eleven, 1976).
Telah banyaknya jenis insektisida yang telah beredar di
Indonesia, sehingga hal yang semacam ini mengakibatkan perlu akan adanya banyak
suatu penelitian terhadap inisektisida, agar untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap organisme lain yang bukan sasaran.
Dipakainya insektisida untuk meninggikan produksi hasil
panen tanaman adalah selayaknya bila tidak akan menggangu hewan tanah bukan
sasaran baik yang langsung maupun tidak langsung, yang sangat berguna dalam
membantu proses penyuburan tanah. Sehingga didalam pemakaian insektisida dapat
dianjurkan searif mungkin agar untuk menghindarkan pengaruh yang merugikan yang
mungkin timbul. invertebrate yang hidup didalam tanah dapat terbunuh tidak saja
oleh zat kimia yang langsung disemprotkan ke tanah, akan tetapi juga yang
datang dari penyemprotan yang ditujukan kepohon-pohon atau dapat pula yang
datang dari daun tumbuh-tumbuhan yang baru disemproti, akibat tercuci oleh air
hujan dan jatuh ke tanah.
Akumulasi zat kimia yang terjadi pada invertebrata dengan
dosis dibawah sub letal dapat mempengaruhi predator hewan, karena hewan
mangsanya masih dapat hidup dan aktif tetapi bagi predator dengan dosis
tersebut dapat membunuh atau memberikan pengaruh pada aktivitas normalnya
(Edwards dan Thompson, 1973).
BAB III PEMBAHASAN
Setiap dari kegiatan yang berhubungan dengan suatu budidaya,
maka tidak asing lagi terdengar yang namanya hama. Setiap hama memiliki daya
rusak yang berbeda-beda. Ada hama yang memiliki potensi merusak sangat besar
dan ada pula hama yang potensi merusaknya tidak terlalu besar yang ditimbulkan.
Namun disamping itu ada juga yang disebut hama utama, hama sekunder, hama
potensial, dan hama migrant. didalam pengendalian hama, kita mesti berkonsentrasi
pada hama-hama yang daya rusaknya besar, terutama hama-hama utama.
Setelah kita mengetahui dari permasalahan yang telah dialami
setiap kegiatan budidaya maka diperlukan adanya solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut, salah satu permasalahannya adalah hama. Hama yang
menyebabkan hasil panen suatu produktivitas menjadi menurun, oleh sebab itu
untuk mengatasi dan memberantas hama diperlukan ilmu pengetahuan seperti
pengendalian hama terpadu, adapun pengendaliannya ini dapat berupa bagaimana
cara mengaplikasikan suatu bahan kimia (insektisida, pestisida, herbisida,
fungisida dan lain-lain)
Cara mengaplikasikan insektisida juga berpengaruh terhadap
suatu hasil panen, jika didalam mengaplikasikannya tidak sesuai dengan anjuran
dan waktu yang telah ditentukan maka hasil yang diperoleh sangatlah tidak
sesuai dengan harapan.
Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untuk
mengaplikasikan suatu insektisida. Waktu aplikasi merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan efektifitas insektisida yang diaplikasikan. Kerena
pentingnya saat aplikasi suatu insektisida, maka ada yang berpendapat bahwa
lebih baik terjadi sedikit kesalahan dalam cara aplikasinya dari pada kesalahan
dalam penentuan waktu aplikasi.
Di lahan pertanian banyak organisme (serangga) lain yang
tidak merugikan tanaman, bahkan beberapa diantaranya menguntungkan petani. Bila
kita melakukan suatu aplikasi insektisida (penyemprotan) dengan secara
sembarangan tidak sesuai dengan anjurannya, maka organisme nontarget pun akan
dapat ikut terbunuh.
Aplikasi insektisida dibagi menjadi beberapa bagian antara
lain :
1. Aplikasi preventif
2. Aplikasi dengan sistem sekunder
3. Aplikasi kuratif
4. Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi
Pada praktikum yang telah kami lakukan yaitu aplikasi
insektisida, kami telah menggunakan aplikasi kuratif. Dimana aplikasi ini
kebalikan dari aplikasi preventif. Aplikasi kuratif (termasuk aplikasi
eradikatif) dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud untuk
menghentikan serangan hama atau menurunkan populasi hama tersebut. Aplikasi
kuratif banyak dilakukan dengan cara penyemprotan (termasuk mist blowing), fogging, fumigasi,
injeksi dan sebagainya.
Penggunaan suatu insektisida yang tidak bijaksana akan
menyebabkan permasalahan hama yang semakin kompleks, banyak musuh alami yang
mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya
resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder.
Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi kalau digunakan
jenis insektisida yang lama atau kelompok dengan senyawa yang sama secara
terus-menerus, terutama jika dosis yang digunakan tidak tepat (dosis subletal).
Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus-menerus maka individu
yang ada dalam tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cara
mengaplikasikan insektisida terhadap suatu tanaman sangatlah penting sekali, Karena jika hal tersebut
tidak diketahui secara lebih detail maka hasil dari suatu kegiatan budidaya tidaklah diperoleh dengan
maksimal. Walaupun cacing tanah juga berperan atau dapat, didalam memindahkan
insektisida dari permukaan tanah ke dalam tanah dan mencampur adukannya dengan
tanah sampai kedalaman 7,5 cm sehingga akan memperkecil toksisitas zat kimia
tersebut terhaadap hewan permukaan tanah (Burges dan Raw). Setidaknya kita
mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika mengaplikasikannya dengan secara
sembarangan.
Selain
cara mengaplikasikan yang menjadi suatu problem untuk kedepannya yaitu
menghasilkan hasil yang maksimal dan menekan populasi hama, waktu
mengaplikasikan juga menjadi salah satu faktor, karena jika hal ini tidak
diperhatikan dengan sebaik-baiknya maka dampak yang akan ditimbulkan bisa
dilihat sendiri.
4.2 Saran
Saran
yang dapat penulis berikan, terutama pelajarilah terlebih dahulu bagaimana cara
mengaplikasikan (penyemprotan) insektisida dan kapan waktunya, karena hal
tersebut merupakan salah satu faktor yang terpenting.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto
Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Dr.
ir. Baehaki,SE. Insektisida Pengendalian
Hama Tanaman. Penerbit Angkasa.
Bandung
Dr.
Adianto, 1982. Biologi Pertanian Pupuk
Kandang, Pupuk Organik Nabati, Dan Insektisida. Penerbit Alumni. Bandung
Sastroutomo
Soetikno S, 1992. Pestisida Dasar-Dasar
dan Dampak Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Yuwono
Triwibowo, 2006. Bioteknologi Pertanian.
Gadjah Mada University press,
Yogyakarta
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis21.student.ipb.ac.id