Selasa, 04 Juni 2013

Makalah Perlindungan tanaman : Aplikasi inteksida dan dampak yang ditimbulkannya

Oleh : Rahmat Hidayat
 L 131 08 121
.......................................

 

BAB I PENDAHULUAN

       1.1       Latar Belakang
Perlindungan tanaman merupakan salah satu yang terpenting di dalam usaha pertanian. Secara umum perlindungan tanaman mencakup tiga gatra antara lain perlindungan terhadap gangguan hama, gangguan penyebab penyakit dan gangguan gulma. Telah banyak usaha  yang dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem perlindungan hama baik yang sifatnya mekanis atau fisik, kimiawi, dan biologis. Tidak semua gangguan dapat diatasi dengan usaha mekanis atau fisik, demikian pula dengan pendekatan kimiawi. Bahkan perlindungan tanaman menggunakan senyawa kimia menimbulkan persoalan baru yang tidak mudah diatasi yaitu pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi hama dan penyakit terhadap bahan kimia yang digunakan.
Salah satu alternative lain untuk melakukan perlindungan tanaman adalah penggunaan pendekatan biologis dan bioteknologis. Pendekatan biologis dalam perlindungan tanaman yang dimaksud disini adalah seperti yang dikemukakan oleh Baker dan Cook pada tahun 1974, yaitu pengurangan kerapatan inokulum atau aktifitas yang menyebabkan penyakit oleh suatu patogen atau parasit dalam status aktif maupun dorman, oleh satu atau lebih jasad hidup, dikerjakan secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonisnya atau dnegan introduksi massal satu atau lebih jasad antagonis. Batasan semacam ini mencakup berbagai macam teknik baik yang bersifat konvensional maupun non-konvensional.
Pada awalnya manusia menggunakan bahan-bahan kimia untuk pengendalian lingkungannya dimulai dari Arsenit, insektisida botani (nikotin, pyrethrin, dan rotenone), dan minyak bumi. Insektisida organic sintetis yang pertama kali muncul adalah senyawa dinitro dan thiocyanat.  Ungkin yang paling nyata sebagai perintis untuk memproduksi berbagai insektisida adalah ditemukannya DDT.
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan insektisida mulai digunakan orang, yang pasti bahwa bahan yang tergolong insektisida (dalam arti fungsinya) yang digunakan pertama kali oleh manusia primitif ialah lumpur dan debu. Kedua bahan ini digunakan dengan cara membalurkannya keseluruh bagian tubuh sebagai pencegah gigitan serangga.
Catatan yang paling pertama mengenai tentang insektisida ialah penggunaan sulfur sebagai fumigan. Pada tahun 1994, suplai insektisida masih sangatlah terbatas, pada berbagai jenis saja seperti senyawa arsen, minyak petrol, nikotin, piretrum, rotenon, sulfur, gas hydrogen sianida dan kriolit.
Baru setelah perang dunia II dimulailah era zaman pestisida dengan penemuan-penemuan senyawa kimia dengan konsep baru, yakni dibuatnya senyawa-senyawa insektisida organic sintetis. Yang pertama kali dibuat secara komersil ialah DDT.
      1.2        Tujuan
     Tujuan makalah ini untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari suatu insektisida dan berdampak apa yang akan ditimbulkan setelah dari penggunaan insektisida tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan insektisida diindonesia secara nyata sekurang-kurangnya telah dilakukan 20 tahun yang lalu. Setelah timbul berbagai macam pengaruh akibat dari penggunaan insektisida ini, maka sangatlah perlu dipikirkan pengendalian serangga yang terintegrasi. Maksudnya adalah memelihara populasi serangga hama, tetap berada dibawah derajat perusakan yang tidak merugikan secara ekonomi, yaitu dengan sedikit mungkin pemakaian pestisida dengan tujuan memperkecil pengaruh terhadap keseimbangan biologi.
Salah satu kunci dari suatu pemberantasan hama secara terintegrasi ini adalah pertimbangan dari pola interaksi diantara hama, dan komponen lain didalam agro-ekosistem. Pengetahuan tentang interaksi komunitas didalam agroekosistem ini merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan dari pemberantasan hama secara terintegrasi. Walaupun diindonesia penelitian semacam ini masih baru, tetapi cukup memberikan harapan untuk mulai memperhatikan pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul akibat penggunaan insektisida. Karena penggunaan insektisida saja lebih rumit, selain harganya yang mahal pengaruh sampingannya merugikan, yaitu dengan timbulnya masalah baru, dapat diberikan contoh timbulnya resistensi serangga hama, terbunuhnya predator hama dan parasit-parasit hama.
Dengan dikembangkannya pemberantasan suatu hama secara terintegrasi ini, maka sistem pengendalian hama tersebut didasarkan atas prinsip ekologi, dengan demikian data biologi dan ekologi penting artinya (Eleven, 1976).
Telah banyaknya jenis insektisida yang telah beredar di Indonesia, sehingga hal yang semacam ini mengakibatkan perlu akan adanya banyak suatu penelitian terhadap inisektisida, agar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap organisme lain yang bukan sasaran.
Dipakainya insektisida untuk meninggikan produksi hasil panen tanaman adalah selayaknya bila tidak akan menggangu hewan tanah bukan sasaran baik yang langsung maupun tidak langsung, yang sangat berguna dalam membantu proses penyuburan tanah. Sehingga didalam pemakaian insektisida dapat dianjurkan searif mungkin agar untuk menghindarkan pengaruh yang merugikan yang mungkin timbul. invertebrate yang hidup didalam tanah dapat terbunuh tidak saja oleh zat kimia yang langsung disemprotkan ke tanah, akan tetapi juga yang datang dari penyemprotan yang ditujukan kepohon-pohon atau dapat pula yang datang dari daun tumbuh-tumbuhan yang baru disemproti, akibat tercuci oleh air hujan dan jatuh ke tanah.
Akumulasi zat kimia yang terjadi pada invertebrata dengan dosis dibawah sub letal dapat mempengaruhi predator hewan, karena hewan mangsanya masih dapat hidup dan aktif tetapi bagi predator dengan dosis tersebut dapat membunuh atau memberikan pengaruh pada aktivitas normalnya (Edwards dan Thompson, 1973).

BAB III  PEMBAHASAN

Setiap dari kegiatan yang berhubungan dengan suatu budidaya, maka tidak asing lagi terdengar yang namanya hama. Setiap hama memiliki daya rusak yang berbeda-beda. Ada hama yang memiliki potensi merusak sangat besar dan ada pula hama yang potensi merusaknya tidak terlalu besar yang ditimbulkan. Namun disamping itu ada juga yang disebut hama utama, hama sekunder, hama potensial, dan hama migrant. didalam pengendalian hama, kita mesti berkonsentrasi pada hama-hama yang daya rusaknya besar, terutama hama-hama utama.
Setelah kita mengetahui dari permasalahan yang telah dialami setiap kegiatan budidaya maka diperlukan adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu permasalahannya adalah hama. Hama yang menyebabkan hasil panen suatu produktivitas menjadi menurun, oleh sebab itu untuk mengatasi dan memberantas hama diperlukan ilmu pengetahuan seperti pengendalian hama terpadu, adapun pengendaliannya ini dapat berupa bagaimana cara mengaplikasikan suatu bahan kimia (insektisida, pestisida, herbisida, fungisida dan lain-lain)
Cara mengaplikasikan insektisida juga berpengaruh terhadap suatu hasil panen, jika didalam mengaplikasikannya tidak sesuai dengan anjuran dan waktu yang telah ditentukan maka hasil yang diperoleh sangatlah tidak sesuai dengan harapan.
Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang tepat untuk mengaplikasikan suatu insektisida. Waktu aplikasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektifitas insektisida yang diaplikasikan. Kerena pentingnya saat aplikasi suatu insektisida, maka ada yang berpendapat bahwa lebih baik terjadi sedikit kesalahan dalam cara aplikasinya dari pada kesalahan dalam penentuan waktu aplikasi.
Di lahan pertanian banyak organisme (serangga) lain yang tidak merugikan tanaman, bahkan beberapa diantaranya menguntungkan petani. Bila kita melakukan suatu aplikasi insektisida (penyemprotan) dengan secara sembarangan tidak sesuai dengan anjurannya, maka organisme nontarget pun akan dapat ikut terbunuh.
Aplikasi insektisida dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
1.   Aplikasi preventif
2.   Aplikasi dengan sistem sekunder
3.   Aplikasi kuratif
4.   Aplikasi berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi

Pada praktikum yang telah kami lakukan yaitu aplikasi insektisida, kami telah menggunakan aplikasi kuratif. Dimana aplikasi ini kebalikan dari aplikasi preventif. Aplikasi kuratif (termasuk aplikasi eradikatif) dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud untuk menghentikan serangan hama atau menurunkan populasi hama tersebut. Aplikasi kuratif banyak dilakukan dengan cara penyemprotan (termasuk mist blowing), fogging, fumigasi, injeksi dan sebagainya.
Penggunaan suatu insektisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan permasalahan hama yang semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder.
Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi kalau digunakan jenis insektisida yang lama atau kelompok dengan senyawa yang sama secara terus-menerus, terutama jika dosis yang digunakan tidak tepat (dosis subletal). Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus-menerus maka individu yang ada dalam tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan.

BAB IV PENUTUP

      4.1    Kesimpulan
Cara mengaplikasikan insektisida terhadap suatu tanaman  sangatlah penting sekali, Karena jika hal tersebut tidak diketahui secara lebih detail maka hasil dari suatu  kegiatan budidaya tidaklah diperoleh dengan maksimal. Walaupun cacing tanah juga berperan atau dapat, didalam memindahkan insektisida dari permukaan tanah ke dalam tanah dan mencampur adukannya dengan tanah sampai kedalaman 7,5 cm sehingga akan memperkecil toksisitas zat kimia tersebut terhaadap hewan permukaan tanah (Burges dan Raw). Setidaknya kita mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika mengaplikasikannya dengan secara sembarangan.
Selain cara mengaplikasikan yang menjadi suatu problem untuk kedepannya yaitu menghasilkan hasil yang maksimal dan menekan populasi hama, waktu mengaplikasikan juga menjadi salah satu faktor, karena jika hal ini tidak diperhatikan dengan sebaik-baiknya maka dampak yang akan ditimbulkan bisa dilihat sendiri.

     4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan, terutama pelajarilah terlebih dahulu bagaimana cara mengaplikasikan (penyemprotan) insektisida dan kapan waktunya, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor yang terpenting.

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Dr. ir. Baehaki,SE. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Penerbit Angkasa.    Bandung
Dr. Adianto, 1982. Biologi Pertanian Pupuk Kandang, Pupuk Organik Nabati, Dan Insektisida. Penerbit Alumni. Bandung
Sastroutomo Soetikno S, 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Yuwono Triwibowo, 2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University press,    Yogyakarta

1 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya

    irhamabdulazis21.student.ipb.ac.id

    BalasHapus

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???