Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika, faktor internal yang mengitegrasikan berbagai sel, jeringan dan organ menjadi satu kesatuan struktural dan fungsional serta faktor lingkungan (Loveless, 1991). Faktor genetik tanaman meliputi umur tanaman, kondisi hormon dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, sedangkan faktor lingkungan meliputi cahaya matahari, suhu dan kelembaban, ketersediaan unsur hara dan air serta kompetisi antar tanaman (Crowder, 1986 ; Loveless, 1991).
Selain itu sistem budidaya suatu tanaman yang tepat melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.
Ton (2007) menjelaskan bahwa pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah berpengaruh terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan pengaturan yang tepat maka persaingan atau kompetisi antar individu maupun populasi dapat diatur sehingga tidak menghambat pertumbuhan tanaman.
Peran
Energi Cahaya Pada Pertumbuhan Tanaman
Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Alasan utamanya karena cahaya
menyebabkan fotosíntesis. Lagi pula, cahaya mempengaruhi perkembangan dengan
cara menyebabkan pototrofisme. Ada banyak efek lain dari cahaya yang tidak
berhubungan sama sekali dengan fotosíntesis; sebagian besar efek tersebut
mengendalikan wujud tumbuhan artinya, perkembangan struktur atau
morfogénesisnya (awal dari pembentukan wujudnya). Pengendalian morfogénesis
oleh cahaya disebut fotomorfogenesis (Sallisbury and Loss, 1995). Intensitas
cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pada tanaman tertentu jika menerima cahaya yang
berlebihan maka akan berpengaruh terhadap pembentukan buah atau umbi.
Sebaliknya berkurangnya radiasi sebagai akibat keawanan atau ternaung akan
mengurangi laju pembentukan buah atau umbi dan menyebabkan pertumbuhan
vegetatif berlebihan.
Cahaya sebagai sumber energi dan
terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu : intensitasnya,
kualitasnya dan fotoperiodesitasnya. Kualitas cahaya berpengaruh berbeda
terhadap proses-proses fisiologi tanaman. Tiap proses fisiologi di dalam
respon terhadap kualitas cahaya juga berbeda-beda sehingga di dalam
menganalisis komposisi cahaya untuk tiap-tiap proses fisiologi tersebut sangat
sukar. Tiap-tiap spesies tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-beda
terhadap tiap kualitas cahaya. Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran
matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang
penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini dikenal adanya tanaman hari
panjang, dan tanaman hari pendek. Beberapa kemungkinan beberapa spesies tanaman
dapat tumbuh baik di dalam situasi cahaya yang penuh jika spesies tanaman
tersebut memang membutuhkan cahaya yang tinggi dalam proses pertumbuhannya.
Tanaman-tanaman yang kekurangan cahaya sebagai faktor lingkungan hidupnya maka
gejala pertama yang tampak adalah defisiensi N. Selain itu pertumbuhan tanaman
cenderung akan lambat (Ton, 2007).
Peran Cahaya Pada Fotosíntesis
Fotosintesis merupakan proses
pemanfaatan energi matahari oleh tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast.
Dalam fotosintesis tiga macam reaksi yaitu reaksi fisik, reaksi fotokimia dan
reaksi kimia dan enzim. Pada reaksi fisik, karbón dioksida ditransfer dari
atmosfir ke dalam daun untuk dilarutkan dalam air. Pada reaksi fotokimia : 2-4%
radiasi yang diteriam digunakan untuk fotosintesis, dengan panjang gelombang
yang paling aktif pada bagian merah dan biru sfektrum warna. Pigmen klorofil
menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna
biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau
(500-600 nanometer) karena kedua gelombang cahaya tersebut paling efektif dalam
fotosintesis. Energi diserap oleh klorofil a dan b (dan beberapa pigmen pembantu)
dan diubah oleh molekul klorofil besar menjadi ikatan posfat bernergi tinggi
dalam molekul adenosie triphosfat (ATP).
Pada reaksi kimia dan enzim terjadi
banyak tahapan reaksi kimia dengan penggunaan enzim (Daniel et al,
1995). ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai
proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin
yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi
gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung
pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan
gelap/tanpa cahaya (Wikipedia, 2008).
Kecepatan fotosintesis dipengaruhi oleh
faktor tanaman dan lingkungan. Faktor-faktor tanaman meliputi tahap pertumbuhan
tanaman, perilaku stomata, umur daun, posisi pohon, posisi tajuk, perbedaan
genotipe, jenis daun (daun lebar/daun jarum). Adapun faktor lingkungan yang
mempengaruhi laju fotosintesis yaitu cahaya, suhu, konsentrasi CO2,
ketersediaan air dan nutrisi tanaman (Daniel et al, 1995). Cahaya
merupakan satu-satunya sumber energi yang diperlukan untuk fotosintesis tanaman
yang menjadi dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan tanamaan tersebut.
Intensitas cahaya yang sangat rendah akan sangat merugikan bagi tanaman. Oleh
karena itu pengaturan intensitas cahaya harus dijadikan pertimbangan dalam
konservasi jenis-jenis tertentu (Liu et al, 2006).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses
pertumbuhan tanaman, selain berperan dalam fotosíntesis, cahaya juga
mempengaruhi proses-proses fisiologi tanaman yang lain, misalnya sintesis
khlorofil, prilaku stomata, transpirasi, respirasi dan translokasi. Dengan
adanya cahaya tersebut maka kelangsungan proses-proses fisiologi tersebut dapat
berjalan dengan baik.
Peran Cahaya Pada Perkecambahan Biji
Cahaya memiliki peranan
yang sangat penting dalam perkecambahan biji pada beberapa jenis tanaman, baik
dalam merangsang atau menghambat perkecambahan biji tersebut. Biji-biji yang
untuk perkecambahannya sangat dipengaruhi cahaya dengan biji-biji yang light
sensitif. Berdasarkan pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji, tanaman
dapat dibedakan menjadi 1) tanaman yang perkecambahannya membutuhkan cahaya, 2)
tanaman yang berkecambah dengan baik pada keadaan intensitas tinggi, 3) tanaman
yang perkecambahannya terhambat dengan adanya cahaya dan 4) tanaman yang
perkecambahannya sangat berkurang bila kena cahaya. Biji
sebagian besar jenis yang memberikan respon terhadap cahaya adalah spesies liar
an kaya akan lemak, sedangkan sebagian besar biji tanaman terbudidaya tidak
memerlukan cahaya. Biji yang membutuhkan cahaya untuk berkecambah disebut
fotodormansi (Salisbury and Ross, 1995).
Hartman et al (1990)
menyampaikan bahwa banyak jenis yang memerlukan cahaya untuk berkecambah atau
biji fotodormansi. Biji tersebut akan gagal berkecambah tanpa adanya
pencahayaan yang cukup. Hal tersebut dipengaruhi oleh mekanisme biokimia
fitokrom dalam biji. Sebagian besar spesies di daerah temperate, tumbuhan
pionir di daerah tropika humida seperti eucalyptus dan spathodea memiliki biji
yang fotodormansi. Oleh karena itu untuk mengatasinya maka dalam perkecambahan
benih tersebut perlu dilakukan pencahayaan. Menurut Utomo (2006) benih dengan
dormansi cahaya akan berkecambah pada kondisi cahaya antara merah dan merah
jauh (far red) seperti sinar matahari langsung. Di alam rangsangan
cahaya untuk mengatasi dormansi cahaya selalu tersedia selama perkecambahan
yaitu dengan mengecambahkan benih dalam media yang terkena cahaya.Adapun benih
yang mengalami gangguan perkecambahan apabila dilakukan pada pencahyaan penuh
misalnya pada jenis mahoni (Swietenia macrophylla). Benih akan lambat
berkecambah, karena calon tunas tumbuh berputar/berpilin di dalam media sebagi
respon terhadap penyinaran matahari (Alrasjid dan Mangsud, 1973 dalam
Adinugraha, 1998).
Peran Cahaya Pada Pembentukan Bunga dan Buah
Pembungaan pada tanaman berkayu adalah
proses sangat kompleks yang meliputi banyak tahapan perkembangan. Karena
sifatnya yang perenial (berumur panjang/menahun), pohon harus berinteraksi
dengan kondisi lingkungan setiap waktu sepanjang tahun, dan pembungaan biasanya
dihubungkan dengan perubahan iklim. Proses pembungaan pada dasarnya merupakan
interaksi dari pengaruh dua faktor besar, yaitu faktor eksternal (lingkungan)
dan internal. Faktor eksternal (lingkungan) yang berpengaruh antara lain suhu,
cahaya, kelembaban dan status unsur hara, sedangkan faktor internal yaitu
fitohormon dan genetik (Daniel et al, 1995).
Faktor cahaya
berpengaruh terhadap pembungaan melalui dua cara yaitu intensitas cahaya dan
fotoperiodisitas (panjang hari). Intensitas cahaya merupakan sumber energi bagi
proses pembungaan. Pengurangan intensitas cahaya akan mengurangi inisiasi bunga
pada banyak spesies pohon. Peningkatan intensitas cahaya harian meningkatkan
produksi bunga (Lu, 2004). Manajemen kanopi untuk memaksimalkan penetrasi
cahaya dapat memberikan efek yang serupa. Kuncup bunga lebih banyak terbentuk
pada ujung cabang/ranting yang mendapatkan cahaya matahari penuh. Intensitas
cahaya yang tinggi dapat memacu pembungaan pada pinus dengan cara meningkatkan
suhu dalam primordia.
Fotoperiodisitas merupakan perbandingan antara lamanya waktu siang dan malam hari. Di daerah tropis panjang siang dan malam hampir sama. Makin jauh dari equator (garis lintang besar), perbedaan antara panjang siang dan malam hari juga makin besar. Sehubungan dengan fotoperiodisitas tersebut, pada daerah-daerah 4 musim, tanaman dapat dibedakan menjadi: tanaman berhari pendek, tanaman berhari panjang, tanaman yang butuh hari pendek untuk mengawali pembungaannya, namun selanjutnya butuh hari panjang untuk melanjutkan proses pembungaan itu dan tanaman yang dapat berbunga setiap waktu.
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis271.student.ipb.ac.id
Terima kasih ka, sangat bermanfaat untuk bhan referensi sya :)
BalasHapusDafus nya kok gak ada kak
BalasHapus