Jenis-jenis
media tanam (Organik dan Anorganik)
Oleh: RAHMAT HIDAYAT
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya.
Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya. berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.
BAHAN ORGANIK
Media tanam yang
termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme
hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau
kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul
dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah
mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga
memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi
udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Beberapa jenis bahan organik yang dapat
dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos, moss,
sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.
a.
Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.
b. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
c. Kompos
Kompos merupakan media
tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau
limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan
dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu
mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik,
kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam
penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam
kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut
dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil (
ondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama
tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam hal memperbaiki
kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk
digunakan sebagai media tanam yaitu Yang telah mengalami pelapukan secara
sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam
kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu
ruang.
d. Moss
Moss yang dijadikan
sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak
dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa
penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga
sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat
air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk
hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam
organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun-daunan kering.
e. Pupuk kandang
Pupuk
organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan
kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam.
Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain
itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu
merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih
mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi
kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan
hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan
sebagai media tanam.
Pupuk
kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan
steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk
kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau
cendawan yang dapat merusak tanaman.
f. Sabut kelapa (coco
peat)
Sabut kelapa atau coco
peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media
tanam. Sabut kelapa untuk media tanam, sebaiknya berasal dari buah kelapa tua
karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa
sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah.
Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain
itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit.
Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di
dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian
fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatya
yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa
sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung
unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K),
natrium (N), dan fosfor (P).
g. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit
biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan
bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan
sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam,
keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi
dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar
untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah
mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan
karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun,
sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Sementara kelebihan
sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk,
merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal
atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam
padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.
h. Humus
Humus adalah segala
macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber
energi jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa jaringan
asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus
berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil)
Humus sangat membantu
dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang
tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang
kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika
terjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga
memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu
menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam
perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah
dan pasir.
BAHAN ANORGANIK
Bahan anorganik adalah
bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan
batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai
hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan
ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan
menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm),
pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat
(berukuran kurang dari 2u. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari
bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik
yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan
batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
a.
Gel
Gel atau hidrogel
adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi
tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien
karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau
memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna
sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh
karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias
yang diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir semua jenis
tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan
anthurium. Namun, gel tidak cocok untuk tanaman hias berakar keras, seperti
adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel
dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar tanaman
yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nursery lebih
memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak
jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.
Keunggulan lain dari
gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang gel
digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang
berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.
b. Pasir
Pasir sering digunakan
sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini,
pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian
benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya
yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang
dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot
pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki
pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan
cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap
proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau
angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan
sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir
seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain,
seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis
tanaman.
Pasir pantai atau semua
pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis
pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media tanam, kendati pasir
tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam
dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman,
seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya
mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
c.
Kerikil
Pada dasarnya,
penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang tidak jauh berbeda dengan pasir.
Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir.
Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara
hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan
udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil
memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan
cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.
Seiring kemajuan
teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil sintesis
cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga
memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan
kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain
itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat
mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.
d. Pecahan batu bata
Pecahan batu bata juga
dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik
lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya,
ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat kecil, seperti
kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya
serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik. Selain itu,
ukuran yang semakin kecil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di
sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin
hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu
terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk
kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Walaupun miskin unsur
hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan
batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki
kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan
pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.
e. Spons (floralfoam)
Para hobiis yang
berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering memanfaatkan spons
sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spons sangat ringan
sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun
ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau
disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat menegakkan
tanaman.
Kelebihan lain dari
media tanam spons adalah tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara
esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya
tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur. Oleh karena itu, jika spons
sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya
segera diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya
tersebut, spons sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga
potong (cutting flower) yang penggunaannya cenderung hanya sementara waktu
saja.
f. Tanah liat
Tanah liat merupakan
jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur.
Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil
(pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar
(pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat.
Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara.
Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air
gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat
sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah
liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan
bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok
dijadikan sebagai media penyemaian, cangkok, dan bonsai.
g. Vermikulit dan perlit
Vermikulit adalah media
anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan Halium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan Halium. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Berbeda dengan
vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan serta memiliki
kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media
tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan
meningkatkan daya serap air.
Penggunaan vermikulit
dan perlit sebagai media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik
untuk mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.
h. Gabus (styrofoam)
Styrofoam merupakan
bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya, styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya, styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.
Sekarang, beberapa
nursery menggunakan styrofoam sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan
porousitas media tanam. Jntuk keperluan ini, styrofoam yang digunakan dalam
bentuk yang sudah dihancurkan sehingga menjadi bola-bola kecil, berukuran
sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam membuatnya
menjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh semut.
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???