Forester untad blog Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa (dominan) dari pada yang lain. Pohon-pohon tinggi dari stratum (lapisan) teratas mengalahkan atau menguasai pohon-pohon yang lebih rendah, dan merupakan jenis-jenis pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan. Misalnya, hutan hujan (rain forest) di Way kambas (Lampung) didominasi oleh jenis-jenis Shorea leprosula dan S. Ovalis. Kedua jenis ini bukan hanya terdapat pada stratum A (teratas) tetapi volume kayunyapun terbesar (Soerianegara, 1967)
Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropis adalah sewbagai berikut :
• Stratum A
Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 meter up. Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang (clear bole) tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai (seedling) hingga sapihan (sapling), perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
• Stratum B
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya pada umumnya kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
• Stratum C
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak cabang. Di hutan Way Kambas (Soerianegara, 1967) stratum A yang tingginya 30 m ke atas antara lain terdiri dari jenis pohon Shorea ovalis, S. Leprosula, Dipterocarpus gracilis, Canarium littorale, C.denticulatum, Horsfieldia glabra dan Albizia lebbeckioides. Stratum B (15 – 30 m) diisi oleh jenis-jenis Glochidion borneense, Tricalysia sp., Eugenia spp., Gluta renghas, Toona sureni, Irvingia malayana dan Terminalia citrina. Stratum C ( 5 -15 m) terdiri dari jenis-jenis Mallotus subpeltattus, Eurycoma longifolia, Baccaurea racemosa dan Antidesma spp. Batas-batas tinggi stratifikasi pohon itu akan berbeda pada keadaan tempat tumbuh dan komposisi hutan yang berlainan. Richards (1952) yang telah menyelidiki hutan-hutan hujan di Guyana, Nigeria dan Kalimantan Utara, menyatakan bahwa dalam hutan campuran (mixed rain forest) tinggi rata-rata stratum A dapat bervariasi antara 30 – 42 m, stratum B antara 18 – 27 m, dan stratum C antara 8 – 14 m. Antara stratum A dan B perbedaannya jelas karena terdapat diskontinyu tajuk yang vertikal, tetapi antara stratum B dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan tinggi dan bentuk pohon *) Di samping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-tumbuhan penutup tanah, yaitu :
• Stratum D
Lapisan perdu dan semak, tingginya 1 – 4 meter • Stratum E Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), tinggi 0 – 1 meter. Tidak semua hutan memiliki ketiga strata pohon tersebut di atas. Jadi ada hutan-hutan yang memiliki strata A – B atau A – C saja. Yang penting pula ialah peranan liana (tumbuhan memanjat) berkayu yang dapat merupakan bagian dari tajuik hutan. *) Karena pohon-pohon dari lapisan A tumbuh menjulang tinggi dari tajuk hutan seringkali disebut emergents. Sedangkan lapisan B yang merupakan tajuk yang paling tebal seringkali disebut tajuk hutan utama (main canopy atau main storey)
/p>
• Stratum A
Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 meter up. Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang (clear bole) tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai (seedling) hingga sapihan (sapling), perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
• Stratum B
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya pada umumnya kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
• Stratum C
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak cabang. Di hutan Way Kambas (Soerianegara, 1967) stratum A yang tingginya 30 m ke atas antara lain terdiri dari jenis pohon Shorea ovalis, S. Leprosula, Dipterocarpus gracilis, Canarium littorale, C.denticulatum, Horsfieldia glabra dan Albizia lebbeckioides. Stratum B (15 – 30 m) diisi oleh jenis-jenis Glochidion borneense, Tricalysia sp., Eugenia spp., Gluta renghas, Toona sureni, Irvingia malayana dan Terminalia citrina. Stratum C ( 5 -15 m) terdiri dari jenis-jenis Mallotus subpeltattus, Eurycoma longifolia, Baccaurea racemosa dan Antidesma spp. Batas-batas tinggi stratifikasi pohon itu akan berbeda pada keadaan tempat tumbuh dan komposisi hutan yang berlainan. Richards (1952) yang telah menyelidiki hutan-hutan hujan di Guyana, Nigeria dan Kalimantan Utara, menyatakan bahwa dalam hutan campuran (mixed rain forest) tinggi rata-rata stratum A dapat bervariasi antara 30 – 42 m, stratum B antara 18 – 27 m, dan stratum C antara 8 – 14 m. Antara stratum A dan B perbedaannya jelas karena terdapat diskontinyu tajuk yang vertikal, tetapi antara stratum B dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan tinggi dan bentuk pohon *) Di samping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-tumbuhan penutup tanah, yaitu :
• Stratum D
Lapisan perdu dan semak, tingginya 1 – 4 meter • Stratum E Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), tinggi 0 – 1 meter. Tidak semua hutan memiliki ketiga strata pohon tersebut di atas. Jadi ada hutan-hutan yang memiliki strata A – B atau A – C saja. Yang penting pula ialah peranan liana (tumbuhan memanjat) berkayu yang dapat merupakan bagian dari tajuik hutan. *) Karena pohon-pohon dari lapisan A tumbuh menjulang tinggi dari tajuk hutan seringkali disebut emergents. Sedangkan lapisan B yang merupakan tajuk yang paling tebal seringkali disebut tajuk hutan utama (main canopy atau main storey)
/p>
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis271.student.ipb.ac.id