Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap : invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut SUKSESI atau SERO.
Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan dinamis dengan lingkungan, terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuh-tumbuhan hingga terbentuk masyarakat yang vegetasi klimaks.
Dalam masyarakat masyarakat yang sudah stabil pun selalu terjadi perubahan, misalnya karena pohon-pohon yang tua tumbang dan mati, timbullah anakan pohon atau pohon-pohon yang yang selama itu hidup tertekan. Demikian, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan keadaan kepada keseimbanngan
- Mekanisme Fisiologi
Bentuk adaptasi dengan
mekanisme fisiologi terdapat dalam beberapa bentuk sebagai berikut :
- Osmoregulasi (pengaturan potensial osmose)
Tanaman
yang toleran terhadap salinitas dapat melakukan penyesuaian dengan menurunkan
potensial osmose tanpa kehilangan turgor. Untuk memperoleh air dari tanah
sekitarnya potensial air dalam cairan xilem harus sangat diturunkan oleh
tegangan. Pada beberapa halofita mampu menjaga potensial osmotik terus menjadi
lebih negatif selama musim pertumbuhan sejalan dengan penyerapan garam. Pada
halofita lainnya memiliki kemampuan mengatur penimbunan garam (Na+
dan Cl-) pada kondisi cekaman salinitas, misalnya tanaman bakau yang
mampu mengeluarkan 100% garam (Ball, 1988 dalam Salisbury and Ross,
1995).
Osmoregulasi
pada kebanyakan tanaman melibatkan sintesis dan akumulasi solute organik yang
cukup untuk menurunkan potensial osmotik sel dan meningkatkan tekanan turgor
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Senyawa-senyawa organik berbobot
molekul rendah yang setara dengan aktifitas metabolik dalam sitoplasma seperti
asam-asam organik, asam amino dan senyawa gula disintesis sebagai respon
langsung terhahadp menurunnya potensial air eksternal yang redah. Senyawa
organik yang berperan mengatur osmotik pada tanaman glikopita tingkat tinggi
adalah asam-asam organik dan senyawa-senyawa gula. Asam malat paling sering
menyeimbangkan pengambilan kation yang berlebihan. Dalam tanaman halofita,
oksalat adalah asam organik yang menyeimbangkan osmotik akibat kelebihan
kation. Demikian juga pada beberapa tanaman lainnya, akumulasi sukrosa yang
berkontribusi pada penyesuaian osmotik dan merupakan respon terhadap salinitas
(Harjadi dan Yahya, 1988 dalam Sipayung, 2003)
- Kompartementasi dan sekresi garam
Tanaman
halofita biasanya dapat toleran terhadap garam karena mempunyai kemampuan
mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transpor membran dan
kompartementasi. Garam disimpan dalam vakuola, diakumulasi dalam
organel-organel atau dieksresi ke luar tanaman. Pengeluaran garam pada
permukaan daun akan membantu mempertahankan konsentrasi garam yang konstan
dalam jaringan tanaman (Salisbury and Ross, 1995). Ada pula tanaman halofita yang
mampu mengeluarkan garam dari kelenjar garam pada permukaan daun dan menyerap
air secara higroskopis dari atmosfir (Mooney at al, 1980 dalam Salisbury
and Ross, 1995).
Banyak
halofita dan beberapa glikofita telah mengambangkan struktur yang disebut glandula
garam (salt glands) dari daun dan batang. Pada jenis-jenis mangrove
biasanya tanaman menyerap air dengan kadar salinitas tinggi kemudian
mengeluarkan atau mensekresikan garam tersebut keluar dari pohon. Secara khusus
pohon mangrove yang dapat mensekresikan garam memiliki kelenjar garam di daun
yang memungkinkan untuk mensekresi cairan Na+ dan Cl-.
Beberapa contoh mangrove yang dapat mensekresikan garam adalah Aegiceras,
Aegialitis, Avicennia, Sonneratia, Acanthus, dan Laguncularia.
- Integritas membran
Sistem
membran semi permeabel yang membungkus sel, organel dan kompartemen-kompartemen
adalah struktur yang paling penting untuk mengatur kadar ion dalam sel. Lapisan
terluar membran sel ataau plasmolemma memisahkan sitoplasma dan komponen
metaboliknya dari larutan tanah salin yang secara kimiawi tidak cocok. Membran
semi permeabel ini berfungsi menghalangi difusi bebas garam ke dalam sel
tanaman, dan memberi kesempatan untuk berlangsungnya penyerapan aktif atas
unsur-unsur hara essensial. Membran lainnya mengatur transpor ion dan solute
lainnya dari sitoplasma dan vakuola atau organel-organel sel lainnya termasuk
mitokondria dan kloroplas. Plasmolemma yang berhadapan langsung dengan tanah
merupakan membran yang pertama kali menderita akibat pengaruh salinitas. Dengan
demikian maka ketahanan relatif membran ini menjadi unsur penting lainnya dalam
toleransi terhadap garam (Harjadi dan Yahya, 1988 dalam Sipayung, 2003).
Terimakasih atas informasinya
BalasHapusirhamabdulazis271.student.ipb.ac.id