KEBUN JATI

Terletak di Desa Talaga Kecamatan Dampelas, dengan Luas 7 ha.

PANTAI BAMBARANO

Pantai berkarang indah ini terletak di Desa Sabang kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.

JEMBATAN PONULELE

Jembatan Kebanggan warga Palu ini berada diwilayah pantai talise menuju arah donggala.

TANJUNG KARANG

salah satu objek wisata pantai, yang terletak di ujung pantai Donggala, dengan suasana pantai yang terasa nyaman.

situs Tadulako dan Pokekea

situs sejarah ini berada di lembah Besoa, Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah..

Tampilkan postingan dengan label inventarisasi hutan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inventarisasi hutan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 September 2020

MANFAAT BUAH PALA UNTUK KESEHATAN (Myristica fragrans)

 


(Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji telah menjadi komoditas perdagangan yang penting sejak masa Romawi.

Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius “Si Tua”. Semenjak zaman eksplorasi Eropa tersebar luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). 

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya.

Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.

Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14 persen. Bubuk rempah ini dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

Selain itu, tanaman ini juga kaya akan manfaat. Diantaranya dapat dijadikan bahan tambahan obat pengusir nyamuk. Dagingnya yang mengandung banyak nutrisi dapat dijadikan bahan dasar pembuatan berbagai jenis makanan dan minuman (manisan, sirup dan permen).

Biji dan fulinya sering dijadikan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri. Begitu juga dengan daunnya. Namun pada daging buahnya pun sering dijadikan bahan baku minyak atsiri.

Tanaman rempah ini secara umum dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar 0-700 mdpl dengan kebutuhan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2000–3500 mm/tahunnya dan kelembapan udara sekitar 50-80 persen.

Tanaman ini dapat tumbuh biasanya hingga ketinggian pohon 5-15 meter atau bahkan dapat mencapai 30 meter. Pohon ini cocok tumbuh pada suhu udara sekitar 20-30oC dengan struktur tanah tempat tumbuhnya memiliki rentang yang cukup besar yaitu dari tanah padat hingga berpasir.

Berikut beberapa manfaat bagi kesehatan:

1.   Insomnia

Buahnya mengandung magnesium yang tinggi. Magnesium adalah mineral yang sangat penting dalam tubuh dalam mengurangi ketegangan saraf bahkan merangsang pelepasan serotonin, yaitu hormon yang menciptakan rasa rileks.

Serotonin berubah menjadi melatonin di otak, yang merupakan pendorong tidur, sehingga membantu seseorang menghilangkan insomnia atau kegelisahan di malam hari.

2.   Detoks Racun

Dapat bertindak sebagai tonik, yaitu zat yang bisa mengeluarkan racun-racun tubuh. Oleh sebab itu, mampu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Buah pala dapat membantu menghilangkan racun yang tersimpan atau terakumulasi di hati dan ginjal. Manfaat buah pala ini mampu membuat organ-organ tubuh bersih dari racun yang tersimpan, misalnya aja seperti alkohol, obat-obatan, polusi, atau makanan.

Selain itu, senyawa aktif yang terkandung di dalamnya dapat membantu melarutkan batu ginjal dan meningkatkan fungsi dari ginjal dan hati.

3.   Menyehatkan Kulit

Manfaat buah pala dalam menjaga kesehatan dan kecantikan kulit, belum sepenuhnya dipahami. Namun obat herbal dan tradisional sudah lama menggunakannya. Biasanya, buah pala dioleskan pada kulit dengan dicampur oleh air atau madu.

Buah pala juga mampu mengurangi peradangan dan iritasi pada kulit, meningkatkan kelembapan kulit, serta mengurangi bekas jerawat, cacar atau bisul.

4.   Mengontrol Tekanan Darah

 

Kandungan mineral dalam buah pala efektif dalam menjaga fungsi organ. Kalium yang terkandung dalam buah pala, dapat membantu meregangkan pembuluh darah, sehigga dapat mengurangi tekanan darah dan menurunkan ketegangan pada sistem kardiovaskular.

5.   Menjaga Kesehatan Tulang

Kalsium yang terdapat dalam buah pala dapat meningkatkan kesehatan tulang kamu yang memiliki peran pada perbaikan dan pertumbuhan, juga mengurangi gejala osteoporosis.

6.   Mencegah Anemia

Kandungan zat besi dapat meningkatkan jumlah sel darah merah kamu dan mengurangi kemungkinan kamu terkena gejala kekurangan zat besi atau anemia.

7.   Meningkatkan Imunitas Tubuh dan Mengobati Influenza

Buah pala mengandung vitamin C yang dapat meningkatkan sistem imun yang ada di dalam tubuh kamu. Selain itu, Influenza juga bisa dihilangkan dan diredakan menggunakan buah pala.

Hal itu dikarenakan di dalam buah pala terdapat kandungan asam oleanolat. Asam oleanolat merupakan senyawa yang ada di dalam makanan maupun minuman. Asam tersebut tidak beracun dan juga bersifat sebagai antivirus. Virus influenza pun bisa dihilangkan.

8.   Melancarkan Pencernaan

Serat yang terdapat pada buah pala dapat merangsang proses pencernaan dengan mendorong gerakan peristaltik pada otot polos usus.

Selain itu, merangsang sekresi berbagai cairan lambung dan usus yang memudahkan proses pencernaan. Kandungan serat pada buah pala juga dapat membantu masalah pencernaan seperti diare, sembelit, dan perut kembung. Semoga Bermanfaat!


Selasa, 01 September 2020

jenis metode penyuluh kehutanan

 


Metode penyuluhan kehutanan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan kehutanan kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.

Metode penyuluhan kehutanan erat kaitannya dengan metode belajar oranag dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para masyarakat menengah kebawah. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.

 

Tujuan Pemilihan Metode Penyuluhan kehutanan

            Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar mengajar seseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal inI dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya memperoleh hasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan 83% melalui indera penglihat.

            Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu prosesuntuk mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:

1)      Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yangditawarkan oleh penyuluh

2)      Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginanuntuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatuyang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

3)      Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yangtelah diketahui informasinya secara lebih lengkap.

4)      Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala keciluntuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yanglebih luas.

5)      Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan berdasarkanpenilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.

 

Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah:

1)      agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yangtepat dan berhasil guna,

2)      agar kegiatan penyuluhan kehutanan yang dilaksanakanuntuk menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku yang dapat berdayaguna dan berhasilguna.

Penggolongan metode Penyuluhan

Pada prinsipnya metoda penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam pendekatannya:

A. Penggolongan  dari Segi Komunikasi

Metoda penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :

1.        Metoda-metoda yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.

2.        Metoda-metoda yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media).

 

B. Penggolongan  berdasarkan indera penerima

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1.      Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

2.      Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran kehutanan melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.

3.      Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya:

1.      Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)

2.      Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)

3.      Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)

 

C. Penggolongan Berdasarkan Pendekatan  Kepada Sasaran

a)      Metode berdasarkan pendekatan perorangan   

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.Contohnya :

a.       Kunjungan ke rumah masyarakat, ataupun petani berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.

b.      Surat menyurat secara perorangan.

c.       Demonstrasi pilot.

d.      Belajar perorangan, belajar praktek.

e.       Hubungan telepon

b)      Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran Contohya :

a.    pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.

b.    Perlombaan.

c.    Demonstrtasi cara/hasil.

d.    Kursus tani.

e.    Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.

f.     Karyawisata.

g.    Hari lapangan petani (farm field day).

Ciri khusus metode kelompok :

a. Menjangkau lebih banyak sasaran

b. Penyatuan pengalaman petani

c. Memperkuat pembentukan sikap petani

d. Pertemuan dapat diulang

e. Keterlibatan petani bisa lebih aktif

c)      Metode berdasarkan pendekatan massal

Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya.

            Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.

Contohya :

a.    Rapat (pertemuan umum)

b.    Siaran pedesaan melalui Radio/TV

c.    Pemuatan film/slide

d.    Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebgainya)

e.    Pemasangan Foster dan Spanduk

f.     Pertunjukan Kesenian

Beragamnya metode penyuluhan bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian metode yang ada, tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:

Tabel 2. Keuntungan dan kerugian metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal

Metode

Keuntungan

Kerugian

Penyuluhan perorangan

  Waktu lebih efisien

 Adanya persiapan yang mantap

  Komunikasi tersamar

  Sifatnya lebih formal

  Pengaruhnya relatif sukar

 Relatif lebih mudah diukur mengorganisasikan

Penyuluhan kelompok

     Relatif lebih efisien.

     Komunikator tidak tersamar

     Masalah pengorganisasian

 Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok bersama

    Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas diskusi

  Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis

Penyuluhan massal

  Tidak terlalu resmi, pertanian massal

     Penuh kepercayaan

     Langsung dapat dirasakan

     Memakan waktu lebih banyak

     Biaya lebih besar

      Bersifat kurang efisien pengaruhnya

 

D. Metode Penyuluhan lainnya

a)      Metode Partisipatif

Metode penyuluhan kehutanan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".

Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan kehutanan, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada masyarakat agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan metode penyuluhan kehutanan partisipatif, para penyuluh kahutanan akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi kehutanan setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh kehutanan, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan kehutanan di lapangan.

 

b)      Metode penyuluhan berbasis ICT

Kementerian kehutanan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM kehutanan pada tahun 2010 melakukan model penyuluhan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui cyber extension. Secara singkat dapat dikatakan bahwa cyber extension merupakan sistem informasi penyuluhan kehutanan melalui media internet (berbasis TIK) yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi kehutanan bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran pelaku usaha.

Perkembangan TIK seperti komputer dan teknologi komunikasi, khususnya internet dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang tersebar di antara yang menguasai informasi dan yang tidak.  Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah, memperbesar partisipasi secara langsung dari ”used-to-be-silent-public” (masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi, meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak bersuara (perempuan) dan kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan dan peluang pendapatan untuk wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes 2007).

Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi) kehutanan yang dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak mencukupi.  Hal ini memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada masyarakat dan agen penyuluh sangat terbatas karena beberapa faktor, di antaranya adalah: staf universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti yang terlibat, politisi, pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang memainkan peranan dalam proses promosi inovasi kehutanan tersebut.  Konsekuensinya, inovasi  yang terpadu hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor, yang dapat mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk memperbaiki kinerja kolektif.  Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi kehutanan.

 


PERAN PENYULUH KEHUTANAN DALAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN INDONESIA

 

Mengingat bahwa penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan non formal dan bahwa pendidikan merupakan proses yang diharapkan membawa kepada perubahan perilaku yang diinginkan, karenanya diperlukan beragam cara untuk menciptakan situasi belajar yang baik. Cara-cara menciptakan situasi belajar tersebut secara populer disebut dengan metode penyuluhan. Metode-metode penyuluhan ini merupakan pendekatan dasar untuk melakukan pendekatan, mendorong dan mempengaruhi anggota masyarakat petani untuk belajar (Leagans 1960; Dahama dan Bhatnagar 1980).


Pemberdayaan masyarakat sebenarnya sangat erat hubungannya dengan empowerwnent. Pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu, bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum.


Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para masyarakat di pedesaan sudah semestinya diperhatikan. Kenyataannya kehidupan para masyarakat di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah. Mereka buta akan pendidikan, teknologi, sehingga produksi yang mereka lakukan kurang maksimal. masyarakat di desa sangat menginginkan perubahan. Para masyarakat di desa tidak dapat melakukan perubahan karena terbentur pada keadaan mereka sendiri, mereka kurang menguasai ilmu-ilmu yang dapat memajukan kesejahteraan mereka. 


Pada masa pembangunan seperti sekarang ini, pemerintah sangat memperhatikan pendidikan bagi mereka. Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah pendidikan non formal yang praktis, mudah diterapkan dalam usaha-usaha produksi produk kehutanan. Untuk menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan masyarakat akan kemampuan mereka yang selama ini kurang berdaya diperlukan adanya seorang pekerja masyarakat. Seorang pekerja masyarakat ini bisa disebut juga sebagai penyuluh.


Peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu:

1) menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil  pembangunan,

2) memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan,

3) memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan

4) memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya.


Menurut Tonny (2003), peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam empat peran, yaitu :

(1) peran fasilitator (Facilitative Roles),

(2) peran pendidik (Educational Roles),

(3) peran utusan atau wakil (Representasional Roles),

(4) peran teknikal (Technical Roles).

Peranan fasilitator yang dilakukan oleh pekerja pengembangan masyarakat antara lain sebagai orang yang mampu membantu masyarakat agar masyarakat mau berpartisipasi dalam kegiatan kehutanan, orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi masyarakat, mampu memberikan dukungan, mampu memberikan fasilitas kepada masyarakat.


Seorang penyuluh juga harus mampu dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat tani. Memberikan proses belajar yang terus menerus agar menumbuhkan kesadara. Penyuluh juga memberikan informasi, dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Fungsi lain adalah untuk mengembangkan masyarakat, penyuluhan berperan sebagai utusan atau wakil yang berkaitan dengan interaksi pekerja pengembangan masyarakat melalui penggunaan media, hubungan masyarakat, jaringan antara pekerja pengembangan masyarakat dan pekerja yang relevan, dan berbagi pengalaman dan pengetahuan baik secara formal maupun informal antara pekerja pengembangan masyarakat dan antara masyarakat.


Fungsi penyuluhan lainnya adalah menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan masyarakat tersebut. Fungsi penyuluhan dapat dianggap sebagai penyampai dan penyesuaian program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga program-program masyarakat kehutanan yang disusun dengan itikad baik akan berhasil dan mendapat partisipasi masyarakat


Fungsi penyuluhan yang terakhir adalah fungsi pemberian pendidikan dan bimbingan yang berkelanjutan, yang artinya penyuluhan tidak akan berhenti begitu saja ketika mengetahui bahwa masyarakat di tempat mereka berikan pendidikan, ternyata telah dapat melakukan perubahan. Namun, penyuluh tetap membantu mereka ke arah yang lebih baik lagi.

 


jenis-jenis media penyuluh kehutanan

 
















Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan kehutanan adalah penyampaian informasi kehutanan kepada penggunanya. Informasi kehutanan tersebut bisa disampaikan secara langsung dengan tatap muka atau tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan kehutanan.

Penggunaan media penyuluhan kehutanan  akan membantu memperjelas informasi yang disampaikan kepada penggunanya, karena dapat lebih menarik, lebih interaktif, dapat mengatsi batasan ruang, waktu dan indera manusia. Agar informasi yang disampaikan bisa lebih jelas dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka informasi tersebut perlu dikemas sesuai dengan karakteristik dari setiap media yang digunakan ( Zakaria. A, 2002).

 

Media penyuluhan kehutanan adalah segala bentuk benda yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan penyuluhan kehutanan. Media penyuluhan kehutanan berguna untuk mengefektifkan komunikasi antar sumber informasi dan penerima (komunikan).

Media penyuluhan kehutanan disebut juga sebagai alat bantu penyuluhan kehutanan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dicium dengan maksud untuk memperlacar komunikasi.

Landasan teoritis pentingnya penggunaan media penyuluhan kehutanan adalah:

1). Peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku merupakan hasil suatu proses belajar dalam    kegiatan penyuluhan kehutanan, yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh efektivitas media penyuluhan kehutanan.

2). Efektivitas penggunaan media penyuluhan kehutanan sangat ditentukan oleh benyakanya indera penerimaan yang terlibat. Semakin banyak indera yang digunakan, penyampaian pesan penyuluhan kehutanan semakin mudah dimengerti. Berikut tabel yang menujukan perbedaan penerimaan materi penyuluhan dengan menggunakan berbagai indera menurut Zakaria, A. (2002):

Cara penerimaan Informasi yang diingat setelah 3 hari :

Hanya lewat pendengaran 10%

Hanya lewat penglihatan 20%

Mendengar dan melihat 40%

Mendengar, melihat dan melakukan 70%

Jenis media yang tersedia sangat banyak dan berkembang terus dengan kemajuan teknologi. Media dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara, tapi yang penting bukanlah klasifikasinya, tetapi bagaimana media itu dapat digunakan secara tepat. Setiap media mempunyai karakteritik yang berbeda. Media yang paling efektif dikondisi tetentu, belum tentu efektif pada kondisi yang lain (Darmawan, dkk. 2005).  Masing-masing golongan media itu mempunyai keunggulan dan kelemahan serta karakteristik yang berbeda.( Zakaria, A. 2002).


Berdasarkan jumlah sasaran menurut Darmawan dkk. (2005), dibadakan menjadi media masa dan media antar perorangan. Lebih terinci lagi media dikelompokan berdasarkan bentuknya menurut Soeharto, N.P. (2005), menjadi :

Media Penyuluhan Cetak

Media Penyuluhan Audio

Media Penyuluhan Audio Visual

Media Penyuluhan Obyek Fisik

Karakteristik Umum Media Penyuluhan:

Media Massa, karakteristik umum:

Menjangkau banyak orang, tetapi tingkat pengaruhnya rendah

Menjangkau khalayak baru dan hanya sebatas pada tingkat kesadaran

Bertujuan untuk memperkenalkan program atau pesan diwilayah tertentu

Media Antar Perorangan, karakteristik umum:

Biasanya diperlukan untuk merubah sikap atau perilaku

Mempunyai pengaruh besar terhadap sedikit orang

Memungkinkan adanya pertanyaan dan umpan balik

Media Audio/Video, karakteristik umum:

Dapat digunakan oleh perorangan atau kelompok

Memerlukan peralatan

Memungkinkan penayangan suatu demontrasi, gerakan dan warna Beberapa indera bisa terlibat

 

 


Minggu, 12 Januari 2020

contoh laporan penataan blok kawasan hutan TAHUN 2019



I.             PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai paru-paru dunia dan system penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat.

Kondisi hutan dilihat dari penutupan lahan/vegetasi mengalami perubahan yang cepat dan dinamis, sesuai perkembangan pembangunan dan perjalanan waktu. Banyak faktor yang mengakibatkan perubahan tersebut, antara lain pertambahan penduduk dan pembangunan di luar sektor kehutanan yang sangat pesat dan memberikan pengaruh besar terhadap meningkatnya kebutuhan akan lahan seperti pembukaan lahan untuk kebun masyarakat baik skala besar maupun skala kecil dan kegiatan okupasi hutan laninnya serta eksploitasi hasil-hasil hutan baik secara legal maupun illegal. Menyadari akan hal tersebut dan dalam meningkatkan sinergi antara pembangunan kehutanan dan pembangunan non kehutanan.
Penataan batas areal penanaman jabon dan gaharu pada perlindungan di UPT  Dolago Tanggunung mengacu pada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Tata batas dalam wilayah KPH dilaksanakan untuk kepastian blok yang dilakukan dengan tahapan :
1.    Persiapan peta tata batas, berdasarkan hasil pembagian blok dan petak yang telah dipetakan;
2.    Penyiapan trayek-trayek batas;
3.    Pelaksanaan penataan batas berdasarkan trayek batas;
4.    Penyajian peta tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP, berdasarkan hasil penataan batas.
Berdasarkan hal tersebut, UPT  Dolago Tanggunung akan melaksanakan kegiatan penataan Blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas wilayah UPT KPH Dolago Tanggunung.

1.2.   Maksud dan Tujuan

Maksud pelaksanaan kegiatan penataan antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL adalah terpasangnya tanda/pal batas di tingkat tapak di lapangan sehingga terwujudnya pengelolaan hutan yang efisien dan lestari.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kepastian batas, letak dan posisi antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas Wilayah Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala.

1.3.   Dasar Pelaksanaan

1.    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2.    Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
3.    Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
4.    Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);
5.    Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
6.    Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.43/Menhut-II/2013 tentang Penataan Penggunaan Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan kawasan Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan pada KPH dan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus;
7.    Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.44/MENHUT-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan , sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.62/MENHUT-II/2013;
8.    Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/MENHUT-II/2013 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6188/Kpts-II/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemantapan Kawasan Hutan;
9.    Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 757/Kpts-II/1999 tanggal 23 September tentangf Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di wilayah Sulawesi Tengah;
10. Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.740/MENLHK-UPT KPH/HPL.0/2/2017 tentang Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Dolago Tanggunung (Unit V) Di Kabupaten Donggala  dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah: :
11. Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.79/MENHUT-II/2010tentang Wilayah Penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Sulawesi Tengah;
12. Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.755/MENHUT-II/2012 tentang Penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Dolago Tanggunung;
13. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.6/VII-KUH/2011 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan Hutan;
14. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012 tentang petunjuk teknis tata hutan dan rencana pengelolaan hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP);
15.  Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-OPD) Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 012.d/DPA-OPD/BPKAD/2019  Tanggal 23 April 2019 .
16. Surat Perintah Tugas Kepala UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Dolago Tanggunung Provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 094/03.55/TU  tanggal 08-20 Juli 2019 .

1.4.   Ruang Lingkup dan Sasaran

Ruang lingkup kegiatan ini  terdiri dari :
1.           Persiapan, berupa penyusunan Rencana Kerja dan Peta Trayek Batas.
2.           Penataan Batas, meliputi :
a.    Pengukuran
b.    Pembuatan rintis batas
c.    Pemancangan dan penomoran pal batas
d.    Pemasangan papan-papan pengumuman.
3.           Penetapan areal kerja ke dalam unit pengelolaan hutan.
4.           Pemetaan.
5.           Pembuatan dan Penandatanganan Berita Acara Hasil Pengukuran dan Pemancangan Pal Batas penataan blok.
Sasaran dari kegiatan ini adalah antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dalam kawasan Hutan Lindung di wilayah Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala.

II. GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1     Kondisi Kawasan Hutan pada Blok/Petak
a.      Lokasi (Letak dan Luas)
Berdasarkan Geografis  ,Kecamatan Sindue , Kabupaten Donggala terletak pada posisi 119° 57' 27" BT dan 0° 39' 21" LS dengan  batas-batas sebagai berikut: 

a.    Sebelah Utara Dengan Kecamatan Sindue Tombusabora
b.    Sebelah Timur Dengan Kabupaten Parigi Moutong
c.    Sebelah Selatan Dengan Kecamatan Labuan
d.    Sebelah Barat Dengan Selat Makasar

b.      Aksesibilitas (Transportasi)
Aksesibilitas adalah tingkat  keterjangkauan suatu wilayah dari ke suatu daerah atau kawasan tertentu, baik melalui darat, laut  maupun udara. Keterjangkauan juga diartikan kemudahan untuk mencapai suatu lokasi berdasarkan  kondisi sarana dan prasarana, alat transportasi,  lama waktu tempuh, dan sebagainya.

c.      Kondisi Sosial Ekonomi
1.    Kependudukan
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu Yang Lalu
Jenis Kegiatan
Jenis Kelamin / Sex
Jumlah / Total
Type of Activite
Laki-Laki /
Perempuan / Female

Male




1.       Penduduk Usia Kerja
95.798
91.422
187.220
Working Age Population (15+)
2.       Angkatan Kerja
80.940
28.619
109.559
Economocally Active
3.       Bekerja / Working
77.766
27.346
105.112
4.       Pengangguran / Unemployment *)
3.174
1.273
4.447
5.       Bukan Angkatan Kerja /
13.743
51.458
71.498
Not Economically Active
6.       Sekolah / Attending School
1.564
2.498
4.897
7.       Mengurus Rumah tangga / House keeping
1.213
50.765
65.213
8.       Lainnya / Others
9.653
3.907
15.341
9.       TPAK / LFPR (%)
84,49
31,3
58,52
10.    Tingkat Pengangguran Terbuka / Unemployment Rate (%)
2,92
4,35
5,06

2.2     Keadaan Fisik Lapangan
a.    Topografi
Keadaan topografi tanah bervariasi dari daratan, perbukitan dan pegunungan. Ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0-500 m. Kecamatan sindue dilalui beberapa sungai besar dan kecil, sungai Toaya dengan panjang 25 km adalah salah satu sungai besar yang ada di kecamatan Sindue.

b.    Geologi dan Tanah
Lokasi Blok Inti HL pada Kecamatan Sindue  Kabupaten Donggala memiliki tipe Geologi Granit Kombuno dan jenis tanaha termasuk dalam golongan Podsolik merah kuning.

c.    Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifatnya sedemikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah teersebut. DAS dalam fungsinya adalah untuk menampung air yang berasal dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya dan pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut, daerah sekitar sungai, meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air dan semua curah hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai.

d.    Iklim
Iklim pada Kecamatan Sindue memiliki Iklim Tropis dengan kondisi curah hujan ± 1300-1500 mm/Tahun

e.    Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan pada lokasi Blok Inti HL Kecamatan Sindue   Kabupaten Donggala yaitu berupa  Hutan lahan kering sekunder, Hutan Lahan Kering Primer, dan semak belukar.

 
III. PELAKSANAAN

3.1       Persiapan
Persiapan yang dilakukan oleh Tim sebelum pelaksanaan penataan blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL, yaitu :
1.      Penyiapan Administrasi kegiatan berupa : SPT, SPPD, Surat Pemberitahuan kepada Instansi terkait, Peta Kerja Skala 1:25.000/ 1:50.000, dll.
2.      Koordinasi dengan Instansi dan pihak terkait lainnya
3.      Penyiapan bahan dan peralatan yang akan digunakan antara lain:
A.   Peralatan yang digunakan
- GPS (Global Position System)
- Kompas
- Tali Ukur
- Kamera     
- Alat tulis menulis
- Parang
- Linggis
- Peta Rencana Kerja
B.   Bahan :
- Bahan Makanan
- Obat – obatan
- Camping Unit
- Peralatan Masak
- Personal Use
- Kuas
- Cat

3.2       Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Penataan blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dilaksanakan di wilayah Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala selama 12 (dua belas) hari kerja, terhitung mulai tanggal 08 Juli 2019 , sesuai Surat Perintah Tugas (SPT) dari Kepala UPT KPH Dolago Tanggunung.

3.3       Organisasi Kerja

a.    Kegiatan penataan blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dalam kawasan Hutan Produksi pada UPT  Dolago Tanggunung di Desa Saloya dilaksanakan oleh 1 (satu) regu pelaksanaan dengan panjang trayek batas sepanjang 10 (sepuluh) Km.
b.    Regu dipimpin oleh 1 orang ketua regu yang bertugas bertanggung jawab dalam pelaksanaan di lapangan baik penyelesaian administrasi keuangan maupun pelaksanaan tata batas dan penyelesaian laporan, serta sebagai tenaga teknis pengukuran batas blok dan petak.
c.    Masing-masing ketua regu memiliki 1 (satu) orang anggota regu dengan tugas;
-       1 orang tenaga teknis pemancangan trayek batas blok dan pemasangan pal batas blok
d.    Jumlah Buruh sebanyak 6 (enam) orang dengan uraian tugas masing-masing 2 (dua) orang tukang rintis, 1 (satu) orang pengukur,  2 (dua) orang pengangkut dan pemasangan pal batas dan 1 (satu) orang tukang masak dan bongkar pasang tenda.
e.    Bahan kerja yang digunakan oleh tim/regu pelaksana penataan batas blok/petak adalah :
1.    Surat Perintah Tugas (SPT)
2.    Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
3.    Peta Kerja Skala 1 : 25.000 / 1 : 50.000
f.     Peralatan kerja yang digunakan oleh tim/regu pelaksana penataan batas blok/petak adalah :
1.    Bahan Makanan/Logistik
2.    Instrumen theodolite (T0/T1) dan bak ukur
3.    Kompas SHUNTO
4.    Global Positioning System (GPS)
5.    Kamera
6.    Camping Unit dan Bahan Perlengkapan Lapangan Tim/Regu (Personal Use)
7.    Alat Tulis dan Obat-Obatan

3.4       Metode/Teknik
a.  Metode pengukuran menggunakan poligon kompas untuk mendapatkan data : azimuth magnetis, jarak miring dan sudut miring yang dicatat pada buku ukur termasuk didalamnya skets hasil pengukuran dengan skala 1 : 10.000.
b.  Rumus jarak datar adalah Jd = dm.Cos²α
    Jd         = Jarak datar
    Dm       = jarak miring
    Α           = sudut miring
c.  Koreksi boussole dilakukan sebelum pengukuran di lapangan.  Penetuan koreksi boussole adalah sebagai berikut :
1.    Dalam hal penataan batas di lapangan menggunakan theodolite T0, maka sebelum dimulai pengukuran di lapangan besaran koreksi boussole dari alat ukur yang digunakan;
2.    Azimuth matahari yang teliti dilakukan dengan pengamatan matahari sebanyak 3 seri dan masing-masing seri pengamatan dilakukan 4 teropong tegak (biasa) dan 2 pengukuran pada teropong terbalik (luar biasa);
3.    Penentuan besaran koreksi boussole yang akan digunakan, ditetapkan berdasarkan :
-     Nilai rata-rata dari 3 seri pengamatan, apabila hasil hitungan antara seri satu dengan yang lainnya tidak berbeda jauh;
-     Dipilih salah satu seri pengamatan yang secara teknis dianggap terbaik, apabila hasil hitungan dari amsing-masing seri pengamatan sangat berbeda jauh.
d.  Penggunaan koreksi boussole :
-     Pada penataan batas buatan : azimuth-azimuth yang tercantum dalam rencana penataan batas/instruksi kerja harus dikurangi dengan besaran koreksi boussole, demikian sebaliknya dalam penggambaran peta hasil ukuran;
-     Pada penataan batas alam (sungai, tepi danau, tepi laut/pantai, jalan raya, batas tanaman) yang pada dasarnya trayek di lapangan berbeda dengan rencana penataan batas dan intruksi kerja penataan batas, maka azimuth-azimuth hasil pengukuran di lapangan (azimuth magnetis) harus ditambah besaran koreksi boussole pada waktu perhitungan koordinat dan penggambaran petanya.
e.  Penentuan azimuth awal :
1.    Dalam hal penataan batas menggunakan T1 (bukan Theodolite Kompas) maka pada salah satu sisi polygon harus dilakukan pengamatan matahari untuk menetukan azimuth dari sisi tersebut.  Titik-titik dimana harus dilakukan pengamatan matahari tersebut disesuaikan dengan  keperluan teknis pengukuran
2.    Penentuan titik awal penataan batas areal kerja izin pemanfaatan hutan/areal kerja persetujuan prinsip/areal kelola dimulai dari titik awal tertentu sesuai dengan ketentuan pada rencana penataan batas dan instruksi kerja penataan batas.
f.   Pengukuran trayek batas dilakukan sesuai dengan ketentuan trayek pada rencana penataan batas dan instruksi kerja penataan batas.
g.  Apabila menggunakan T0 (Theodolite Kompas), dalam penerapan di lapangan azimuth-azimuth yang tercantum pada rencana penataan batas dan instruksi kerja penataan batas dan instruksi kerja penataan harus dikurangi dengan besaran koreksi boussole dari alat ukur tersebut, demikian pula sebaliknya pada waktu pemetaannya.
h.  Pengukuran orientasi dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan keadaan di atas peta kerja dengan keadaan di lapangan.  Pengukuran orientasi dilakukan dengan metode poligon kompas, dilakukan pengkuran memancar atau perpotongan ke muka.
i.    Apabila diperlukan, pengukuran melambung dapat dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.

3.5       Susunan Tim Pelaksana
Pelaksanaan penataan blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dilaksanakan oleh tim yang dibentuk berdasarkan
Sesuai Surat Perintah Tugas Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Dolago Tanggunung Provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 094/03.55/TU  tanggal 08-20 Juli 2019.terdiri dari :
a)       Hendrik Allolayuk, S.Hut, sebagai Ketua Tim
b)       Abd. Radjab Dg.Mapato, sebagai anggota dengan tugas sebagai juru ukur dan pengawas (pembuatan rintis batas, pembuatan pal batas dan pemancangan dan penomoran pal batas).

Dalam pelaksanaan di lapangan Tim dibantu oleh tenaga buruh yang direkrut dari masyarakat sekitar lokasi kegiatan (Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala).


IV.          HASIL PELAKSANAAN

4.1     Hasil Penataan Blok Tahun 2019

a.      Garis Ikatan dan Panjang batas keliling
Kegiatan awal dalam pengukuran adalah dengan menetapkan lokasi yang akan dijadikan sebagai areal kerja melalui penetapan titik ikatan pada titik pasti (sungai, pal batas, sempadan sungai, jalan atau titik-titik triangulasi yang ditemukan di lapangan dan terlukis dalam peta).

Pada pengukuran ini, Tim mengambil titik ikatan dari percabangan Sungai yang berada pada koordinat 119° 51' 54.1" BT dan 0° 30' 30.5" LS selanjutnya dari titik ikatan tersebut diukur menuju titik awal (starting point) atau Pal 243 (Blok/243) yaitu pada koordinat 119° 52' 09.3" BT dan 0° 30' 26.6" LS, titik ini merupakan titik awal pengukuran. Jarak dari titik ikatan ke titik awal pengukuran sepanjang + 477,91 m ke arah azimuth 74°.

Selanjutnya dari titik awal pengukuran (BLOK/243) menuju Titik/Pal berikutnya (BLOK/242) dan Pal-pal batas lokasi berikutnya (BLOK/241, BLOK/244, dst) mengikuti batas paling luar lokasi areal kerja yang sudah diidentifikasi.
Hasil Penataan Blok Inti HL Tahun 2019  dilakukan poligon pada posisi Titik/Pal awal pengukuran. Keseluruhan panjang penataan Blok Inti HL adalah sepanjang + 10.000 meter (10 km).
Data hasil Penataan Blok Inti HLTahun 2019  lebih jelasnya dapat dilihat pada Tally Sheet Hasil Penataan Blok, yang merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari Laporan Hasil Pelaksanaan Penataan Blok Inti HL Tahun 2019   di Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala dan menjadi lampiran dari laporan ini.
c)       Rintis Batas
Rintisan batas keliling dibuat selebar + 2 meter dengan menebas batang-batang pohon kecil dan semak belukar, sehingga menyerupai jalur/lorong batas yang jelas di lapangan.

d)       Jenis, Jumlah, Ukuran dan Teknis Pemasangan Pal
Pal batas keliling lokasi menggunakan Pal batas dari bahan kayu keras (kelas awet II yang berasal dari lokasi tersebut, pengerjaannya menggunakan mesin chain saw, dengan spesifikasi : berbentuk segi empat berukuran 15 cm x 15 cm panjang 130 cm.
Jumlah Pal Batas Blok Inti HL adalah sebanyak 100 Buah Pal (sesuai pengadaan dari pihak kegiatan) masing-masing Pal Batas dipasang dengan jarak 100 meter.
Teknis pemasangan pal batas yaitu pal sepanjang 130 cm tersebut ditanam dalam tanah sepanjang  ± 60 cm dan yang timbul dipermukaan tanah adalah setinggi ±70 cm, setelah pal batas terpasang maka dilakukanlah penomoran pal batas.
Penomoran penataan blok didahului pengecetan ujung pal sepanjang 10 cm dicat warna merah dan bagian berikut ke bawah dibuat leher/cekuk sepanjang 15 cm berbentuk segiempat sebagai tempat penomoran
 
4.2     Pembuatan Peta dan Dokumentasi
Peta hasil Penataan Blok Tahun 2019  dibuat dengan proses digital dari GPS ke sistem komputer dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000, dibuat berdasarkan data hasil pengukuran dilapangan yang dilengkapi dengan nomor azimuth masing-masing pal sesuai yang terbaca dalam GPS juga memuat informasi-informasi sesuai kaidah-kaidah perpetaan/kartografi yang berlaku.
Peta hasil Penataan Blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL  Tahun 2019  ini merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari laporan hasil Penataan Blok Tahun 2019 , dan menjadi lampiran dari laporan ini.

Dokumentasi kegiatan di lapangan terhadap hasil Penataan Blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL Tahun 2019  juga merupakan dokumen dan menjadi bagian lampiran dari Laporan Hasil Penataan Blok Tahun 2019  di Kabupaten Donggala.

4.3     Pembuatan dan Penandatanganan Berita Acara Penataan Blok Tahun 2019 .
Berita Acara merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dari kegiatan Penataan Blok Tahun 2019  dan menjadi bagian lampiran dari Laporan Hasil Pelaksanaan Penataan Blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL  Tahun 2019  di Kabupaten Donggala.


V.           KESIMPULAN DAN SARAN

5.1     Kesimpulan
Dari hasil  Penataan Blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL  Tahun 2019  dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.      Lokasi Penataan Blok Tahun 2019  berada di dalam kawasan hutan lindung termasuk di dalam wilayah administratif Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. Keseluruhan panjang penataan Blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL adalah  +10.000 meter (10 km).
b.      Jumlah pal batas Penataan Blok Inti HLsebanyak 100 Pal dengan jarak antar pal 100 meter dengan spesifikasi berbentuk segi empat, ukuran 15 cm x 15 cm x 130 cm, ditanam sedalam ± 60 cm dan muncul dipermukaan tanah ± 70 cm, pada bagian atas pal sepanjang 10 cm dicat warna merah dan bagian berikut ke bawah dibuat leher/cekuk sepanjang 15 cm berbentuk segiempat sebagai tempat penomoran.
c.      Pelaksanaan penataan blok antara Blok Inti HL dan Blok Pemanfaatan HL dari rencana trayek batas sepanjang 10 (sepuluh) Km, pal yang terpasang sebanyak 100 buah pal dengan jarak antar pal 100 meter hal ini dikarenakan topografi lokasi yang curam sehingga tim penataan blok melakukan sedikit perubahan trayek berdasarkan kondisi di lapangan.
5.2     Saran
Permasalahan di sekitar lokasi berupa perambahan kawasan hutan, dan adanya kegiatan penambangan emas dalam hal ini pembukaan lahan hutan oleh masyarakat dijadikan lahan kebun, maka perlu sosialisasi dan penataan kembali batas-batas kawasan sehingga masyarakat mengerti bahwa kawasan tersebut adalah kawasan hutan yang berfungsi untuk tata air dan perlindungan terhadap banjir dan longsor.



TERIMA KASIH.