KONSEP ILMU PENYAKIT HUTAN
1.Penyebab Penyakit
Penyakit tanaman
hutan dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor biotik (sesuatu yang
hidup) maupun abiotik (sesuatu yang tidak hidup). Dalam pengertian umum dapat
dinyatakan bahwa penyebab penyakit pada tanaman adalah pengganggu
(pest), sedangkan penyebab penyakit adalah patogen (pathogen). Dalam pengertian
luas, patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan
agen yang menyebabkan penderitaan (sakit). Tanaman hutan yang sakit disebut tanaman inang. Proses interaksi antara
organisme penyebab penyakit dengan tanaman inang disebut penyakit
biotik. Penyakit biotik bersifat menular
atau infeksius. Organisme penyebab penyakit
biotik ini disebut patogen, yang dapat berupa virus,
bakteri, fungi, nematoda, dan tumbuhan parasit. Proses interaksi tanaman dengan
faktor lingkungan (fisik, kimia) yang tidak menguntungkan tanaman disebut penyakit abiotik. Penyakit abiotik sifatnya tidak
menular atau non-infeksius , dan
lingkungan penyebabnya disebut fisiopath. Orang awam
sering juga tidak membedakan antara patogen dan parasit. Dalam pengertian luas,
parasit (para = dekat + situs = tempat) merupakan
organisme yang hidup bersama dengan organisme lain spesies dan mengambil
haranya dengan cara absorbsi. Oleh karena itu dalam ilmu penyakit tumbuhan,
parasit dan patogen merupakan dua istilah yang berbeda. Patogen lebih
ditekankan kepada efek menimbulkan penderitaan, sedangkan parasit lebih
ditekankan pada pengambilan hara. Bakteri Rhizobium dan
jamur mikoriza merupakan contoh organisme parasit bukan
patogen. Mereka hidup bersama tanaman dan mengambil sebagian hara untuk
kehidupannya dari tanaman tetapi mereka tidak menimbulkan penderitaan kepada
tanaman inangnya karena Rhizobium dan mikoriza memberi
imbalan hara lain kepada tanaman inang. Hubungan ini disebut sebagai simbiose mutualisme.
2. Konsep timbulnya penyakit
Setiap
kita atau siapapun menderita sakit, selalu timbul pertanyaan ‘dari mana
timbulnya penyakit tersebut’? Oleh karena itu, timbulnya penyakit hutan juga
dipertanyakan dari mana penyakit hutan timbul?. Timbulnya penyakit sangat
bervariasi, tergantung kepada faktor-faktor pendukung dan yang
melakukan analisis (diagnosis).
Penyakit
akan timbul jika terjadi interaksi antara tumbuhan yang rentan dengan pengganggu
yang ganas dalam kondisi lingkungan yang mendukung interaksi. Lingkungan yang
mendukung interaksi merupakan lingkungan yang menekan kehidupan tanaman tetapi
mendukung untuk kehidupan patogen.
Beberapa
ahli menganggap bahwa konsep segi tiga penyakit ini hanya berlaku untuk
ekosistem hutan liar atau ekosistem tumbuhan tanpa campur tangan manusia. Unsur
lingkungan yang mendukung interaksi sendiri dapat berfungsi sebagai penyebab
penyakit tanaman (fisiopat).
Ketiga
unsur dalam konsep segi tiga penyakit ini antara yang satu dengan lainnya
saling mempengaruhi.
Untuk
dapat terjadi interaksi, maka tumbuhan harus dalam kondisi rentan (susceptible),
pengganggu bersifat ganas (virulen), dan lingkungan mendukung perkembangan
kehidupan pengganggu atau lingkungan melemahkan tanaman. Berat ringannya
penyakit atau hasil interaksi ditentukan oleh tingkat kerentanan inang,
keganasan (virulensi) patogen, dan kesesuaian lingkungan, yang pada skema
digambarkan sebagai panjang sisi segitiga, dan hasil interaksi digambarkan
sebagai luas segi tiganya. Dalam konsep segi tiga penyakit tersebut,
pengendalian penyakit tanaman mempunyai tiga sasaran pokok, yaitu: mengusahakan
tanaman menjadi tidak rentan, pengganggu tidak ganas, dan lingkungan pertanaman
menjadi tidak sesuai untuk perkembangan pengganggu, tetapi lebih sesuai untuk
kebutuhan tanaman. Oleh karena itu konsep segi tiga penyakit dapat dinyatakan
juga bahwa : penyakit akan terjadi jika tanaman rentan berinteraksi dengan pengganggu
ganas dalam lingkungan yang menguntungkan perkembangan pengganggu tetapi
melemahkan tanaman
2.2
Konsep Segi empat penyakit
Penyakit
akan timbul jika terjadi interaksi antara tumbuhan yang rentan dengan patogen
yang ganas dalam kondisi lingkungan yang mendukung interaksi, akibat campur
tangan manusia
Gambar
Skema interaksi pada konsep segi empat penyakit
Pada ekosistem
pertanian, perubahan kerentanan tanaman, keganasan pengganggu, dan lingkungan
disebabkan karena akibat campur tangan manusia. Oleh karena itu, manusia
menjadi faktor yang ikut menyusun timbulnya penyakit pada tanaman. Manusia
berusaha mengelola hutan dengan berbagai macam rekayasa untuk memodifikasi
ketiga faktor tersebut. Oleh karena itu konsep segi empat penyakit menyatakan
bahwa: penyakit akan terjadi jika tanaman rentan berinteraksi dengan patogen
virulen dalam lingkungan yang menguntungkan perkembangan pengganggu, karena
adanya campur tangan manusia. Dengan demikian pengendalian penyakit tanaman
pada konsep segi empat penyakit ini ditujukan untuk empat sasaran, yaitu
tanaman, pengganggu, lingkungan dan manusia. Ketiga sasaran pertama menggunakan
langkah yang sama dengan yang ada pada konsep segi tiga penyakit, sedangkan
sasaran manusia ditujukan untuk mengatur manusia agar tidak melakukan tindakan
yang mengakibatkan terjadinya interaksi ketiga faktor dalam konsep segi tiga
penyakit.
Salah satu bentuk peraturan yang berhubungan
dengan hal ini tercantum dalam undang- undang atau peraturan karantina
tumbuhan. Undang-undang maupun Peraturan Karantina Tumbuhan pada prinsipnya
mengatur keluar masuknya tumbuhan dari dan ke daerah atau negara lain.
Pelaksanaan pengendalian penyakit tanaman melalui sasaran manusia tidak hanya
peraturan karantina tumbuhan saja, tetapi masih banyak lagi, misalnya: melatih
petani untuk menggunakan bahan kimia yang tidak menimbulkan bertambah ganasnya
pengganggu, memberi penyuluhan kepada petani untuk dapat mengolah tanah yang
mampu menciptakan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pengganggu, dan
lain-lain.
2.3. Konsep Piramida penyakit
Pada konsep
piramida penyakit menyatakan bahwa penyakit akan menjadi berkembang dan mungkin
mewabah jika tanaman rentan berinteraksi dengan patogen virulen dalam waktu
yang cukup lama dan dalam lingkungan yang menguntungkan Gambar Skema interaksi
pada perkembangan pengganggu, karena konsep Piramida adanya tindakan manusia penyakit
Hasil interaksi
antara unsur-unsur yang mendukung timbulnya penyakit bersifat dinamis atau
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu hasil interaksi
akhir akan sangat ditentukan oleh unsur waktu (t). Dengan demikian, skema
konsep dinamika unsur-unsur ini menjadi berbentuk limas atau piramida.
Jika dirinci,
konsep ini ada dua macam, yaitu konsep pada ekosistem hutan yang tanpa campur
tangan manusia dan ekosistem hutan industri yang di dalamnya terdapat campur tangan
manusia. Oleh karena itu, dua konsep limas tersebut dapat berupa limas segi
tiga (tetrahedron) dan limas segi empat(biasa kita
sebut piramida saja.
Pengendalian
penyakit tanaman dalam konsep piramida penyakit, mempunyai lima sasaran pokok,
yaitu: tanaman, pengganggu, lingkungan, manusia, dan waktu. Contoh perlindungan
tanaman menggunakan sasaran waktu antara lain: menanam tanaman berumur genjah,
menanam tanaman pada waktu pengganggu sedang tidak ganas.
1.Serangan
patogen, yang dapat berupa virus, bakteri, fungi, nematoda, dan tumbuhan
parasit
2.Kondisi
lingkungan yang tidak optimum untuk kehidupan tanaman hutan
3.Serangkaian
faktor abiotik dan biotik yang saling berinteraksi dan menjadi faktor
predisposisi yang mengakibatkan dominasi salah satu faktor yang menekan
kehidupan tanaman
4.Tidak
adanya mikroorganisme simbion sehingga melemahkan kondisi kehidupan tanaman
atau menjadi faktor predisposisi.
3.Perubahan
fisik tanaman sakit
Penyakit
tanaman hutan dapat dikenali dengan cara mengamati respon tanaman terhadap
serangan patogen. Respon tanaman ini berupa perubahan- perubahan morfologi atau
fisiologi yang ditunjukan oleh tanaman inang. Perubahan-perubahan
morfologi maupun fisiologi yang dapat kita lihat dan kita amati dengan mata
disebut gejala (symptom). Perubahan-perubahan
tersebut mengakibatkan terganggunya kemampuan tanaman untuk menyerap (absorbsi)
dan mengirimkan hara dan air, sehingga tanaman mengalami penurunan
fotosintesis, penurunan kemampuan reproduksi, atau mengalami penyakit fisiologi
lainnya. Penyakit-penyakit ini dapat mengakibatkan penyakit
pertumbuhan, misalnya gagal tumbuh sehat (unthriftness), kerdil, penurunan
produksi, atau timbul gejala spesifik berupa bercak, puru, kematian jaringan,
perubahan warna, mosaik dan lain-lain.
Gejala
penyakit tanaman dibedakan menurut beberapa cara dan terminologi yang
digunakan. Gejala yang ditunjukkan suatu penyakit dapat hanya setempat atau
menyeluruh. Gejala yang timbul hanya setempat atau hanya terbatas pada daerah
tertentu saja di bagian tubuh tanaman disebut gejala lesional atau lokal,
sedangkan gejala yang timbul pada seluruh tubuh tanaman disebut sistemik
sistemik. Gejala juga dapat timbul hanya di bagian tanaman yang diserang
patogen dan dapat pula terjadi di luar tempat patogen menyerang. Gejala yang
timbul di tempat patogen menyerang disebut gejala primer dan gejala yang timbul
di luar tempat patogen menyerang disebut gejala sekunder. Gejala sekunder
biasanya timbul akibat gejala primer. Sebagai ilustrasi misalnya: patogen
menyerang akar mengakibatkan busuk akar. Busuk akar merupakan gejala lokal yang
hanya terjadi di akar saja dan sekaligus sebagai gejala primer karena busuknya
terjadi di tempat patogen menyerang. Akibat akarnya busuk, maka penyerapan air
dan hara oleh akar terganggu sehingga bagian atas tanaman kekurangan air dan
layu. Gejala layu yang timbul seperti demikian disebut gejala sekunder.
Gejala
yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan di dalam sel-sel
bagian tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu gejala yang ditunjukkan oleh
tanaman yang sakit juga dapat dibedakan berdasarkan perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam sel atau pada sekumpulan sel yang bersangkutan, yaitu
sebagai berikut :
1.Nekrotik
yaitu
tipe gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan fisik atau kematian pada sel,
bagian sel, atau jaringan. Gejala yang termasuk tipe nekrotik antara lain:
a.Kanker
(canker) atau mati kulit batang, cabang, atau akar, dan pada bagian yang mati
tersebut terbentuk cekungan dan retakan.
b.Klorotik
yaitu kerusakan kloroplas yang mengakibatkan bagian- bagian tanaman yang dalam
keadaan normal berwarna hijau menjadi menguning. Klorotik seringkali mendahului
gejala nekrotik sehingga lama kelamaan berwarna coklat. Terdapat juga klorotik
yang mengelilingi nekrotik disebut ‘halo’
c.Lodoh
(dumping-off) yaitu rebahnya tanaman yang masih
sangat muda (kecambah, semai) karena akar atau pangkal batangnya membusuk.
Berdasarkan saat terjadinya pembusukan dalam kaitannya dengan kemunculan semai
ke atas permukaan tanah,
d.Eksudasi
(bleeding) yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman. Berdasarkan macam cairan
yang dikeluarkan ada yang disebut gumosis yaitu keluarnya gom (blendok),
lateksosis yaitu keluarnya lateks, dan resinosis yaitu keluarnya resin.
e.Layu
(wilting) yaitu kondisi daun atau tunas yang melemah karena kehilangan turgor.
Layu biasanya terjadi karena adanya penyakit pada berkas pembuluh atau
kerusakan akar sehingga proses proses penguapan menjadi tidak seimbang dengan
pengangkutan air
f.Mati
ujung (dieback) yaitu kematian ranting, cabang atau daun- daun yang dimulai
dari ujung meluas ke pangkal.
2.Hipotropik,
hipoplastik, atau hipoplasia
Tipe
hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya hambatan atau
terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sebagian atau seluruh jaringan
tanaman akibat serangan patogen. Contoh gejala yang termasuk tipe hipoplastik
yaitu:
1. Kerdil
(atropik) yaitu gejala yang diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan sehingga
seluruh bagian tubuh tanaman ukurannya menjadi lebih kecil darim ukuran normal.
2. klorosis
umum yaitu gejala yang disebabkan oleh kurang atau tidak terbentuknya klorofil
akibat racun patogen, kekurangan mineral, pencemaran udara,
kekurangan air, atau karena bahan kimia.
3. Etiolasi
yaitu pertumbuhan memanjang yang berlebihan yang diikuti oleh terhambatnya
pembentukan daun, klorofil dan bunga karena kekurangan cahaya.
3.Hipertropik
atau hiperplastik
Tipe
hiperplastik, yaitu tipe gejala yang diakibatkan karena adanya pertumbuhan
jaringan yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan yang biasa.
Contoh kerusakan yang termasuk tipe hiperplastik antara lain yaitu:
1. withes
broom (sapu setan), yaitu gejala berkembangnya tunas- tunas aksiler yang
biasanya laten menjadi berkas ranting-ranting yang
rapat.
2. tunas
air (proplepsis),
3. tumor
(gall, cecidia), yaitu pembengkakan setempat pada jaringan tanaman sehingga
terbentuk bintil atau benjolan setempat. Ada dua macam sesidia, yaitu
fitosesidia jika disebabkan oleh serangan patogen dan zoosesidia jika
disebabkan oleh serangan hewan.
4. Tanda penyakit
Beberapa
macam penyakit tanaman tertentu sering menunjukan gejala yang sama, sehingga
dengan memperhatikan gejala saja kita tidak dapat menentukan diagnose yang
pasti. Penyimpangan yang ditunjukan oleh struktur yang dibentuk oleh patogen
pada gejala biasanya kita sebut tanda (sign), misalnya keluar lendir, badan
buah, dan serbuk (powder).
Peran faktor-faktor penyebab pada proses timbulnya
penyakit
Suatu
organisme dinyatakan sebagai patogen jika memenuhi kriteria yang ditentukan
dalam prosedur pembuktian penyebab penyakit, yang disebut ‘postulat Koch’,
yaitu:
1. Organisme
dengan tanaman inang membentuk asosiasi yang tetap dan menunjukan gejala
tertentu.
2. Organisme
yang berasosiasi dapat dipisahkan (diisolasi) dari jaringan inang dan dapat
ditumbuhkan pada medium kultur
3. Organisme
yang sudah dipisahkan dari inangnya jika ditularkan (diinokulasikan) pada
tanaman sejenis yang masih sehat, maka tanaman akan menjadi sakit dengan gejala
yang sama dengan gejala pada asosiasi pertama.
4. Organisme
pembentuk gejala kedua ini dapat dipisahkan lagi dari tanaman tertular dan
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan organisme
yang ditularkan.
Menurut
konsep timbulnya penyakit dinyatakan bahwa ada interaksi antara inang,
patogen, lingkungan, dan manusia yang
saling mendukung dalam waktu yang cukup untuk terjadinya
penyakit. Oleh karena itu, kemungkinan penyakit akan timbul dan berkembang
apabila:
·
Kerentanan tanaman inang
(I)
meningkat atau ketahanannya menurun
·
Virulensi (keganasan) patogen
(P)
meningkat
·
Bambang Purnomo, 2006. Konsep Ilmu
Penyakit Hutan.Faperta,Unib 8
·
Kondisi lingkungan
(L)
mendekati tingkat optimum untuk pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran
patogen.
·
Meningkatnya campur tangan manusia
(M)
yang mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem hutan
·
Rentang waktu
(t)
yang menguntungkan interaksi inang-patogen, lingkungan, dan campur
tangan manusia berlangsung cukup lama.
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???