Oleh : Forester Untad Blog
seorang ibu lagi menanam bibit mangrove
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan
juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi
yang ada.
Dalam
ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah
pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan
sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan
panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber
daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber
daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di
dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai
sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan
pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset
yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut
meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem
pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun
ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena
menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen
ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Ekosistem
hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan
kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat
khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mnegenai pengertian hutan mangrove,
ciri-ciri, fungsi dan manfaat serta luasan hutan mangrove di dunia khususnya di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Hutan Mangrove
Hutan Mangrove berasal dari kata
mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan
bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang
tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar
muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas
dari genangan di saat kondisi air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi
mayoritas pesisir pantai di daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh
tumbuhan mangrove pada daerah pasang surut pantai berlumpur khususnya di
tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik.
Tumbuhan mangrove bersifat unik
karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di
laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di
tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu
di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam menyeimbangkan
kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Hutan mangrove sangat berbeda dengan
tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan
merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang luar
biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap
kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini
membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada
duanya.
Kita sering menyebut hutan di
pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih
tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah ‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti
istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan
yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau
yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang
hidup di dalamnya.
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang
rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan
lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim
seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun
mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih
bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan
baik di air tawar. Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga,
bakteri dan fungi. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove
Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis
terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit.
2.2.
Ciri-ciri Hutan Mangrove
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri
fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang
rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan
lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim
seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun
mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih
bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan
baik di air tawar.
Hal ini terlihat pada jenis
Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang
tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di
sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di
Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini
jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas.
Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh
secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis
yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat
berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya
terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hutan Mangrove berasal dari kata
mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan
bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang
tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar
muara sungai.
Hutan mangrove sangat berbeda dengan
tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan
merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang luar
biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap
kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini
membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada
duanya.
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri
fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang
rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan
lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim
seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun
mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih
bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan
baik di air tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Eddy, Syaiful. 2008. Pengelolaan Potensi Hutan Mangrove
Secara Berkelanjutan. Palembang. Jurusan Biologi FMIPA Universitas PGRI
Palembang.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Hutan Mangrove.
(a.n). [online]. http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm.
(Rabu, 9 November 2011)
Hutan Bakau Hutan Mangrove; Definisi
dan Fungsi. (alamendah). [online]. http://alamendah.files.wordpress.com
(Rabu, 9 November 2011)
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan
Mangrove. (a.n). [online]. http://ekologi-hutan.blogspot.com
(Rabu, 9 November 2011)
Hutan Mangrove Indonesia, Sumber
Daya Alam Yang Terlupakan. (a.n). [online]. http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/hutan-mangrove-indonesia-sumber-daya.html
(Rabu, 9 November 2011)
Hutan Mangrove dan Luasannya di
Indonesia. (a.n). [online]. http://mbojo.files.wordpress.com (Rabu, 9
November 2011)
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???