Jumat, 23 Agustus 2013

Bentuk Pola Tanam Dalam Sistem Agroforestry

[FORESTER UNTAD BLOG]..
Agroforestry adalah bentuk atau sistem penggunaan lahan, dimana pemakai lahan dapat memperoleh hasil tanaman pangan atau tanaman agronomi lain, tanaman pakan ternak dan hasil kayu, secara simultan, serta dapat melestarikan sumberdaya lahan tersebut. Dalam sistem agroforestry ada beberapa pola tanam, diantaranya adalah bentuk pola tanam tiga strata, multistorey cropping, alley cropping, dan sebagainya (Sutidjo, 1986).
Salah satu pola tanam yang populer dari sistem agroforestry yang mempunyai ciri produktivitas tinggi dan dapat diterapkan pada kondisi lingkungan yang luas adalah pola tanam tumpangsari berlorong atau lebih dikenal dengan istilah alley cropping.
Anonim (2003) mengatakan, Alley cropping adalah suatu cara pemeliharaan lahan berlereng dengan menanam tanaman lorong atau pagar, yang dari tanaman tersebut kita tidak hanya mengurangi resiko erosi melainkan kita juga memperoleh manfaat lain dari tanaman lorong tersebut, misalnya mulsa (sisa-sisa tanaman yang sangat cepat membusuk dan menjadi penyubur lahan), bahkan mungkin tanaman lorong dapat digunakan sebagai makanan ternak.
Selanjutnya, Kang et al., (1984) menuliskan, Alley cropping merupakan salah satu sistem agroforestry yang menanam tanaman semusim atau tanaman pangan di antara lorong-lorong yang dibentuk oleh pagar tanaman pohonan atau semak.  Tanaman pagar dipangkas secara periodik selama pertanaman untuk menghindari naungan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman pangan/semusim.  Leucaena leucocephala merupakan jenis pohon leguminosa yang pertama diuji dalam sistem Alley cropping dan menyusul Glinsidia sepium.
Menurut Haryati (2003) dalam memilih jenis leguminosa yang akan diintroduksikan, selain dipilih tanaman yang sesuai dengan agroekosistem setempat, mempunyai pengaruh negatif yang rendah, juga harus sesuai dengan tujuan utama (prioritas masalah) yang akan dipecahkan, misalnya :
-         Jika erosi menjadi masalah utama, maka Flemingia congesta menjadi pilihan utama dalam Alley cropping.
-         Jika pakan ternak menjadi masalah utama, maka Gliricidia sepium dan atau Calliandra calothyrsus menjadi pilihan atau dikombinasikan dengan Flemingia congesta.
-         Jika tanah alkalin kuat, atau solum tanah <50 cm di atas batu kapur, maka Gliricidia sepium yang dipilih.
-         Jika ketinggian tempat >500 m dari permukaan laut, maka Calliandra calothyrsus menjadi pilihan utama dan sebagai alternatif Gliricidia sepium atau Flemingia congesta.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini sangat efektif mengendalikan erosi.  Di Filipina, Alley cropping dapat menurunkan erosi sebanyak   62 %, yang terdiri atas 48 % disebabkan oleh pengaruh penutupan tanah oleh mulsa,     8 % disebabkan oleh perubahan profil tanah dan 4 % oleh penanaman secara kontour (Haryati, 2003). 

1 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya

    irhamabdulazis271.student.ipb.ac.id

    BalasHapus

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???