KEBUN JATI

Terletak di Desa Talaga Kecamatan Dampelas, dengan Luas 7 ha.

PANTAI BAMBARANO

Pantai berkarang indah ini terletak di Desa Sabang kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.

JEMBATAN PONULELE

Jembatan Kebanggan warga Palu ini berada diwilayah pantai talise menuju arah donggala.

TANJUNG KARANG

salah satu objek wisata pantai, yang terletak di ujung pantai Donggala, dengan suasana pantai yang terasa nyaman.

situs Tadulako dan Pokekea

situs sejarah ini berada di lembah Besoa, Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah..

Rabu, 08 Agustus 2012

Sejarah Fakultas Kehutanan UNTAD

Universitas Tadulako (UNTAD) didirikan pada tanggal 8 Mei 1963 berstatus swasta dan mendapat status terdaftar pada tanggal 12 September 1964  dengan nomor: 94/B-SWT/P/1964 yang meliputi: Fakultas Peternakan, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sosial Politik. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1966, dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 1 tahun 1966, Universitas Tadulako ditetapkan sebagai universitas negeri dengan status cabang Universitas Hasanuddin (UNHAS) di Palu dan berakhir  tanggal 18 Agustus 1981, bersamaan dengan pelantikan Rektor Pertama UNTAD, sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang berdiri sendiri.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 36 Tahun 1981, tanggal 14 Agustus 1981, maka Fakultas Peternakan pada waktu itu berubah menjadi Fakultas Pertanian dengan dua jurusan, yaitu Jurusan Budidaya Pertanian dengan Program Studi Agronomi dan Jurusan Peternakan dengan Program Studi Produksi Ternak. Selanjutnya pada tahun 2002 Fakultas Pertanian bertambah jurusannya menjadi empat dengan hadirnya Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 42 /DIKTI/KEP/2002 tanggal 19 Agustus 2002 dan Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan berdasarkan  SK Dirjen Dikti Nomor: 43/DIKTI/KEP/2002 tanggal 19 Agustus 2002. Kemudian tahun 2005 Fakultas Pertanian bertambah lagi jurusannya yaitu dengan hadirnya Jurusan Kehutanan sebagai jurusan yang kelima.
Universitas Tadulako sejak berdirinya tanggal 18 Agustus 1981 hingga akhir tahun 2009 memiliki sebanyak tujuh fakultas yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, dan Fakultas MIPA. Sejak tahun 2010 tepatnya tanggal 18 Januari 2010 diresmikan fakultas kedelapan yaitu Fakultas Kehutanan. Sehingga sejak awal Januari 2010 Universitas Tadulako memiliki sebanyak delapan fakultas.  Sejak itu Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian resmi berpisah dengan Fakultas Pertanian karena meningkatnya status jurusan kehutanan menjadi Fakultas Kehutanan.
Perjalanan proses terselenggaranya Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako membutuhkan waktu yang relatif lama. Sejak berdirinya Program Studi Manajemen Hutan (S-1) tahun 1999, diikuti berdirinya Program Studi Pembinaan Hutan (D-2) tahun 2002, Program Studi Budidaya Hutan (S-1) tahun 2003, dan Program Studi Manajemen Survei dan Pemetaan Hutan (D-1) tahun 2004, berhasil diwadahi oleh satu manajemen jurusan yaitu Jurusan Kehutanan pada tahun 2005. Selama lima tahun terselenggaranya Jurusan Kehutanan, pada tahun 2009 berhasil ditingkatkan statusnya menjadi Fakultas Kehutanan sesuai dengan Surat Persetujuan/Rekomendasi Dirjen DIkti Departemen Pendidikan Nasional R.I. Nomor 559/D/T/2009 tanggal 16 April 2009 tentang Pembukaan Fakultas Kehutanan pada Universitas Tadulako yang mana dalam surat tersebut mengamanatkan kepada Rektor untuk membuat surat keputusan pembukaan Fakultas Kehutanan pada Universitas Tadulako, dan pada tanggal 14 Desember 2009 Rektor Membentuk Fakultas Kehutanan sesuai SK. Rektor Nomor: 5182/H28/KP/2009 tanggal 14 Desember 2009 tentang Pembentukan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako.  Selanjutnya pada tanggal 18 Januari 2010, Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako diresmikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, pada tanggal 18 Januari 2010 dilantik pula pengelola Fakultas Kehutanan untuk pertama kalinya yaitu Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III.
Kelayakan akademik pembukaan Fakultas Kehutanan pada Universitas Tadulako didukung oleh kehadiran beberapa Program Studi, mulai program studi diploma satu (D-1), diploma studi dua (D-2), hingga program studi sarjana (S-1). Program-program studi dimaksud adalah:
  1. Program Studi Manajemen Hutan (S-1) berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 186/DIKTI/KEP/99 tanggal 20 April 1999. Pada tahun 2002 Prodi Manajemen Hutan menyelenggarakan Program Non-Reguler (S-1).
  2. Program Studi Budidaya Hutan (S-1) berdasarkan Surat Izin Dirjen Dikti No. 185/D/T/2003 tanggal 30 Januari 2003.
  3. Program Studi Diploma Dua (D-2) Pembinaan Hutan berdasarkan Surat Izin Dirjen Dikti No. 935/D/T/2002 tanggal 15 Mei 2002.
  4. Program Studi Diploma Satu (D-1) Survei dan Pemetaan Hutan berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan dengan Surat Keputusan Rektor No. 3124/J28/PG/2004.
  5. Mulai Tahun 2007, Program Studi Manajemen Hutan telah mengalami perubahan nama menjadi Program Studi Kehutanan sesuai dengan Surat Keputusan DIKTI No. 163/DIKTI/Kep/2007, tanggal 29 Nopember 2007.
  6. Jurusan Kehutanan berdiri sejak tanggal 25 Juli 2005 berdasarkan SK. Dirjen Dikti Nomor 39/Dikti/Kep/2005.
Selama selang waktu sembilan bulan, sejak persetujuan Dirjen Dikti hingga SK. Rektor tentang pembentukan Fakultas Kehutanan UNTAD adalah waktu yang relatif cukup lama untuk mempersiapkan Jurusan Kehutanan UNTAD menjadi Fakultas Kehutanan. Selama waktu tersebut berbagai kegiatan persiapan yang telah dilakukan sbb.:
  1. Sosialisasi kepada seluruh civitas Jurusan Kehutanan UNTAD (dosen, dan mahasiswa) melalui tatap muka langsung pada Bulan Agustus 2009. Dipimpin langsung oleh Rektor.
  2. Sosialisasi dan Penandatanganan MoU Tridharma (pendidikan, penelitian, pengabadian pada masyarakat) antara Univesitas Mulawarman (UNMUL) dengan UNTAD yang dihadiri oleh Rektor UNMUL, Rektor UNTAD, PR IV UNMUL, Direktur Pascasarjana UNMUL, PR I UNTAD, PR IV UNTAD, Ketua Jurusan Kehutanan UNTAD, Dosen dan Mahasiswa Kehutanan UNTAD pada bulan September 2009.
  3. Sosialisasi kepada SILVA Indonesia yang difasilitasi oleh Mahasiswa SILVA Indonesia cabang UNTAD melalui kegiatan Seminar Nasional Hutan Kota Berbasis Ekowisata di Auditorium UNTAD, yang dihadiri oleh PR IV UNTAD, PD III Faperta UNTAD, Ketua Jurusan Kehutanan UNTAD, Sekjen SILVA Indonesia (Universitas Lampung), SILVA Indonesia Cabang (UNTAD, UNHAS, UNGOR, UNSRAT, IPB, UGM, UNMUL, Univ. Satria Makassar, UNISMUH Palu), Dinas Kehutanan Sulteng, Dinas terkait di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, pada bulan Nopember 2009.
  4. Pembentukan Panitia Persiapan Pembentukan Fakultas Kehutanan UNTAD; SK. Dekan Fakultas Pertanian UNTAD. Bulan September 2009.
  5. Penyusunan Dokumen Naskah Akademik Pembentukan Fakultas Kehutanan UNTAD yang ditandatangani dan diusulkan oleh Dekan Fakultas Pertanian UNTAD pada Bulan September 2009 kepada Rektor UNTAD.
  6. Penyiapan sarana dan prasarana berupa; ruang perkuliahan, praktikum (laboratorium dan hutan pendidikan UNTAD), ruang perkantoran (Dekan, Pembantu Dekan I, II dan II, Administrasi), ruang kerja dosen, dan fasilitas lainnya, serta pembenahan ruang perkuliahan.
  7. Rapat pertemuan pengalihan sebagian asset kepada Fakultas Kehutanan yang telah lama dimanfaatkan/dikelola Prodi/Jurusan Kehutanan yaitu sejak tahun 1996/1997 melalui bantuan dana Loan ADB 1253 INO berupa; ruang kuliah dan laboratorium, serta pengalihan mahasiswa dan dosen kehutanan UNTAD. Rapat Pertemuan difasilitasi oleh Rektor cq. PR I UNTAD diwakili Kepala BAU UNTAD pada bulan Desember 2009. Hasil rapat menjadi kesepakatan bersama seluruh peserta rapat. Rapat dihadiri oleh Kepala BAAK UNTAD, Kepala BAU UNTAD. Pembantu Dekan I dan Pembantu Dekan II Fakultas Pertanian UNTAD, Ketua Jurusan Kehutanan dan tiga dosen kehutanan (DR. Ir. Hamzari, M,Sc; Naharuddin, S.Pd, M.Si; Ir. Elhayat Labiro, MP).
  8. Sosialisasi terbentuknya Fakultas Kehutanan UNTAD melalui penyampaian undangan peresmian Fakultas Kehutanan UNTAD kepada Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota), Ketua DPRD Sulteng dan Kabupaten/Kota, SKPD terkait se Provinsi Sulteng, UPT-UPT Departemen Kehutanan di Sulteng, Lembaga non-pemerintah (lembaga usaha kehutanan, lembaga konsultan, Kadinda, APHI, LSM), Fahutan UNHAS dan UNMUL.
  9. Peresmian Fakultas Kehutanan (FAHUTAN) UNTAD oleh Gubernur Prov. Sulteng, serta Pelantikan Dekan dan Pembantu Dekan (I,II,III) oleh Rektor UNTAD pada tanggal 18 Januari 2010.
Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE
niversitas Tadulako (UNTAD) didirikan pada tanggal 8 Mei 1963 berstatus swasta dan mendapat status terdaftar pada tanggal 12 September 1964 dengan nomor: 94/B-SWT/P/1964 yang meliputi: Fakultas Peternakan, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sosial Politik. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 1966, dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 1 tahun 1966, Universitas Tadulako ditetapkan sebagai universitas negeri dengan status cabang Universitas Hasanuddin (UNHAS) di Palu dan berakhir tanggal 18 Agustus 1981, bersamaan dengan pelantikan Rektor Pertama UNTAD, sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang berdiri sendiri.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 36 Tahun 1981, tanggal 14 Agustus 1981, maka Fakultas Peternakan pada waktu itu berubah menjadi Fakultas Pertanian dengan dua jurusan, yaitu Jurusan Budidaya Pertanian dengan Program Studi Agronomi dan Jurusan Peternakan dengan Program Studi Produksi Ternak. Selanjutnya pada tahun 2002 Fakultas Pertanian bertambah jurusannya menjadi empat dengan hadirnya Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 42 /DIKTI/KEP/2002 tanggal 19 Agustus 2002 dan Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 43/DIKTI/KEP/2002 tanggal 19 Agustus 2002. Kemudian tahun 2005 Fakultas Pertanian bertambah lagi jurusannya yaitu dengan hadirnya Jurusan Kehutanan sebagai jurusan yang kelima.
Universitas Tadulako sejak berdirinya tanggal 18 Agustus 1981 hingga akhir tahun 2009 memiliki sebanyak tujuh fakultas yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, dan Fakultas MIPA. Sejak tahun 2010 tepatnya tanggal 18 Januari 2010 diresmikan fakultas kedelapan yaitu Fakultas Kehutanan. Sehingga sejak awal Januari 2010 Universitas Tadulako memiliki sebanyak delapan fakultas. Sejak itu Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian resmi berpisah dengan Fakultas Pertanian karena meningkatnya status jurusan kehutanan menjadi Fakultas Kehutanan.
Perjalanan proses terselenggaranya Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako membutuhkan waktu yang relatif lama. Sejak berdirinya Program Studi Manajemen Hutan (S-1) tahun 1999, diikuti berdirinya Program Studi Pembinaan Hutan (D-2) tahun 2002, Program Studi Budidaya Hutan (S-1) tahun 2003, dan Program Studi Manajemen Survei dan Pemetaan Hutan (D-1) tahun 2004, berhasil diwadahi oleh satu manajemen jurusan yaitu Jurusan Kehutanan pada tahun 2005. Selama lima tahun terselenggaranya Jurusan Kehutanan, pada tahun 2009 berhasil ditingkatkan statusnya menjadi Fakultas Kehutanan sesuai dengan Surat Persetujuan/Rekomendasi Dirjen DIkti Departemen Pendidikan Nasional R.I. Nomor 559/D/T/2009 tanggal 16 April 2009 tentang Pembukaan Fakultas Kehutanan pada Universitas Tadulako yang mana dalam surat tersebut mengamanatkan kepada Rektor untuk membuat surat keputusan pembukaan Fakultas Kehutanan pada Universitas Tadulako, dan pada tanggal 14 Desember 2009 Rektor Membentuk Fakultas Kehutanan sesuai SK. Rektor Nomor: 5182/H28/KP/2009 tanggal 14 Desember 2009 tentang Pembentukan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Selanjutnya pada tanggal 18 Januari 2010, Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako diresmikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, pada tanggal 18 Januari 2010 dilantik pula pengelola Fakultas Kehutanan untuk pertama kalinya yaitu Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III.
Kelayakan akademik pembukaan Fakultas Kehutanan pada Universitas Tadulako didukung oleh kehadiran beberapa Program Studi, mulai program studi diploma satu (D-1), diploma studi dua (D-2), hingga program studi sarjana (S-1). Program-program studi dimaksud adalah:
Ø Program Studi Manajemen Hutan (S-1) berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 186/DIKTI/KEP/99 tanggal 20 April 1999. Pada tahun 2002 Prodi Manajemen Hutan menyelenggarakan Program Non-Reguler (S-1).
Ø Program Studi Budidaya Hutan (S-1) berdasarkan Surat Izin Dirjen Dikti No. 185/D/T/2003 tanggal 30 Januari 2003.
Ø Program Studi Diploma Dua (D-2) Pembinaan Hutan berdasarkan Surat Izin Dirjen Dikti No. 935/D/T/2002 tanggal 15 Mei 2002.
Ø Program Studi Diploma Satu (D-1) Survei dan Pemetaan Hutan berdasarkan Surat Ijin Penyelenggaraan dengan Surat Keputusan Rektor No. 3124/J28/PG/2004.
Ø Mulai Tahun 2007, Program Studi Manajemen Hutan telah mengalami perubahan nama menjadi Program Studi Kehutanan sesuai dengan Surat Keputusan DIKTI No. 163/DIKTI/Kep/2007, tanggal 29 Nopember 2007.
Ø Jurusan Kehutanan berdiri sejak tanggal 25 Juli 2005 berdasarkan SK. Dirjen Dikti Nomor 39/Dikti/Kep/2005.
Selama selang waktu sembilan bulan, sejak persetujuan Dirjen Dikti hingga SK. Rektor tentang pembentukan Fakultas Kehutanan UNTAD adalah waktu yang relatif cukup lama untuk mempersiapkan Jurusan Kehutanan UNTAD menjadi Fakultas Kehutanan. Selama waktu tersebut berbagai kegiatan persiapan yang telah dilakukan sbb.:
Ø Sosialisasi kepada seluruh civitas Jurusan Kehutanan UNTAD (dosen, dan mahasiswa) melalui tatap muka langsung pada Bulan Agustus 2009. Dipimpin langsung oleh Rektor.
Ø Sosialisasi dan Penandatanganan MoU Tridharma (pendidikan, penelitian, pengabadian pada masyarakat) antara Univesitas Mulawarman (UNMUL) dengan UNTAD yang dihadiri oleh Rektor UNMUL, Rektor UNTAD, PR IV UNMUL, Direktur Pascasarjana UNMUL, PR I UNTAD, PR IV UNTAD, Ketua Jurusan Kehutanan UNTAD, Dosen dan Mahasiswa Kehutanan UNTAD pada bulan September 2009.
Ø Sosialisasi kepada SILVA Indonesia yang difasilitasi oleh Mahasiswa SILVA Indonesia cabang UNTAD melalui kegiatan Seminar Nasional Hutan Kota Berbasis Ekowisata di Auditorium UNTAD, yang dihadiri oleh PR IV UNTAD, PD III Faperta UNTAD, Ketua Jurusan Kehutanan UNTAD, Sekjen SILVA Indonesia (Universitas Lampung), SILVA Indonesia Cabang (UNTAD, UNHAS, UNGOR, UNSRAT, IPB, UGM, UNMUL, Univ. Satria Makassar, UNISMUH Palu), Dinas Kehutanan Sulteng, Dinas terkait di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, pada bulan Nopember 2009.
Ø Pembentukan Panitia Persiapan Pembentukan Fakultas Kehutanan UNTAD; SK. Dekan Fakultas Pertanian UNTAD. Bulan September 2009.
Ø Penyusunan Dokumen Naskah Akademik Pembentukan Fakultas Kehutanan UNTAD yang ditandatangani dan diusulkan oleh Dekan Fakultas Pertanian UNTAD pada Bulan September 2009 kepada Rektor UNTAD.
Ø Penyiapan sarana dan prasarana berupa; ruang perkuliahan, praktikum (laboratorium dan hutan pendidikan UNTAD), ruang perkantoran (Dekan, Pembantu Dekan I, II dan II, Administrasi), ruang kerja dosen, dan fasilitas lainnya, serta pembenahan ruang perkuliahan.
Ø Rapat pertemuan pengalihan sebagian asset kepada Fakultas Kehutanan yang telah lama dimanfaatkan/dikelola Prodi/Jurusan Kehutanan yaitu sejak tahun 1996/1997 melalui bantuan dana Loan ADB 1253 INO berupa; ruang kuliah dan laboratorium, serta pengalihan mahasiswa dan dosen kehutanan UNTAD. Rapat Pertemuan difasilitasi oleh Rektor cq. PR I UNTAD diwakili Kepala BAU UNTAD pada bulan Desember 2009. Hasil rapat menjadi kesepakatan bersama seluruh peserta rapat. Rapat dihadiri oleh Kepala BAAK UNTAD, Kepala BAU UNTAD. Pembantu Dekan I dan Pembantu Dekan II Fakultas Pertanian UNTAD, Ketua Jurusan Kehutanan dan tiga dosen kehutanan (DR. Ir. Hamzari, M,Sc; Naharuddin, S.Pd, M.Si; Ir. Elhayat Labiro, MP).
Ø Sosialisasi terbentuknya Fakultas Kehutanan UNTAD melalui penyampaian undangan peresmian Fakultas Kehutanan UNTAD kepada Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota), Ketua DPRD Sulteng dan Kabupaten/Kota, SKPD terkait se Provinsi Sulteng, UPT-UPT Departemen Kehutanan di Sulteng, Lembaga non-pemerintah (lembaga usaha kehutanan, lembaga konsultan, Kadinda, APHI, LSM), Fahutan UNHAS dan UNMUL.
Peresmian Fakultas Kehutanan (FAHUTAN) UNTAD oleh Gubernur Prov. Sulteng, serta Pelantikan Dekan dan Pembantu Dekan (I,II,III) oleh Rektor UNTAD pada tanggal 18 Januari 2010.
 

Selasa, 07 Agustus 2012

devenisi hutan

Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Dari definisi hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi :
  • Suatu kesatuan ekosistem
  • Berupa hamparan lahan
  • Berisi sumberdaya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
  • Mampu memberi manfaat secara lestari.
Keempat ciri pokok dimiliki suatu wilayah yang dinamakan hutan, merupakan rangkaian kesatuan komponen yang utuh dan saling ketergantungan terhadap fungsi ekosistem di bumi. Eksistensi hutan sebagai subekosistem global menenpatikan posisi penting sebagai paru-paru dunia (Zain, 1996).
Sedangkan    kawasan hutan lebih lanjut dijabarkan dalam Keputusan
Menteri Kehutanan    No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status    dan fungsi    kawasan hutan, yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.
Dari definisi dan penjelasan tentang
kawasan hutan, terdapat unsur-unsur meliputi :
  • suatu wilayah tertentu
  • terdapat hutan atau tidak tidak terdapat hutan
  • ditetapkan pemerintah (menteri) sebagai kawasan hutan
  • didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat.
Dari unsur pokok yang terkandung di dalam definisi kawasan hutan, dijadikan dasar pertimbangan ditetapkannya wilayah-wilayah tertentu sebagai kawasan hutan. Kemudian, untuk menjamin diperolehnya manfaat yang sebesar besarnya dari hutan dan berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat serta berbagai faktor pertimbangan fisik, hidrologi dan ekosistem, maka luas wilayah yang minimal harus dipertahankan sebagai kawasan hutan adalah 30% dari luas daratan.
Berdasarkan kriteria pertimbangan pentingnya kawasan hutan, maka
sesuai dengan peruntukannya menteri menetapkan kawasan hutan menjadi :
  • wilayah yang berhutan yang perlu dipertahankan sebagai hutan tetap
  • wilayah tidak berhutan yang perlu dihutankan kembali dan dipertahankan sebagai hutan tetap.
Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya dengan kriteria dan pertimbangan tertentu, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 5 ayat (2), sebagai berikut :
  • Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam dan Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam), dan Taman Buru.
  • Hutan Lindung
  • Hutan Produksi
Sumber :
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Dephutbun RI. Jakarta.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dephutbun RI. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Jakarta.
Fathoni, t. 2003. 22 Lokasi Hutan dan Lahan akan Dikembangkan Menjadi Social Forestry. http://www.fwi.or.id/Info terkin i
Reksohadiprodjo, s., Brodjonegoro.    2000.    Ekonomi Lingkungan.    BPFE
Yogyakarta. Edisi Kedua. Yogyakarta.
Sumarna, K. 2001. Deskripsi empat Jenis Pohon untuk Pengembangan Hutan Rakyat. http://mofrinet.cbn.net.id/informasi/litbang/Hasil/buletin/2001/2-  1-b. HTM
Zain, AS. 1996. Hukum lingkungan Konservasi Hutan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Zain, AS. 1997. Aspek Pembinaan kawasan Hutan dan stratifikasi Hutan Rakyat. Penerbit Rineka cipta. Jakarta.

hutan kemasyarakatan

Hutan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Peranan hutan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat direalisasikan dalam bentuk antara lain :

A.    Hutan Kemasyarakatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan No. 677/Kpts-II/1998, hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang dicadangkan atau
ditetapkan oleh menteri untuk dikelola oleh masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan dengan tujuan pemanfaatan hutan secara lestari sesuai dengan fungsinya dan menitikberatkan kepentingan mensejahterakan masyarakat.
Pengusahaan hutan kemasyarakatan bertumpu pada pengetahuan, kemampuan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri (Community Based Forest Manajemen). Oleh karena itu prosesnya berjalan melalui perencanaan bawah-atas, dengan bantuan fasilitasi dari pemerintah secara efektif, terus menerus dan berkelanjutan. (Dephutbun, 1999).
Pengusahaan hutan kemasyarakatan dikembangkan berdasarkan keberpihakan kepada rakyat khususnya rakyat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan, dengan prinsip-prinsip :
a. Masyarakat sebagai pelaku utama
b. Masyarakat sebagai pengambil keputusan
c. Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat.
d. Kepastian hak dan kewajiban semua pihak
e. Pemerintah sebagai fasilitator dan pemandu program
f. Pendekatan    didasarkan    pada    keanekaragaman    hayati    dan
keanekaragaman budaya
Berdasarkan jenis komoditas, pengusahaan hutan kemasyarakatan memiliki pola yang berbeda untuk setiap status kawasan hutan, disesuaikan dengan fungsi utamanya :
a. Pada kawasan hutan produksi dilaksanakan dengan tujuan utama untuk memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu serta jasa lingkungan, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk di usa ha ka n.
b. Pada kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan tujuan utama tetap menjaga fungsi perlindungan terhadap air dan tanah (Hidrologis), dengan memberi pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan non kayu dan jasa rekreasi, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan. Tidak diperkenankan pemungutan hasil hutan kayu.
c. Pada kawasan pelestarian alam, dilaksanakan dengan tujuan utama untuk perlindungan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang pada hakekatnya perlindungan terhadap plasma nutfah. Oleh karena itu pada kawasan ini kegiatan hutan kemasyarakatan terbatas pada pengelolaan jasa lingkungan khususnya jasa wisata.
Menurut Kepala pusat informasi Kehutanan, untuk tahun 2003 ditetapkan 22 lokasi yang tersebar di 17 provinsi dengan luas masing-masing 2.500 hektar. Lokasi yang menjadi pengembangan hutan kemasyarakatan ini merupakan bekas HPH/HTI, taman nasional, areal HPH/HTI aktif, hutan lindung, serta lokasi pemberdayaan masyarakat yang telah dikembangkan sebelumnya (Fathoni, 2003).
B. Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0.25 ha. Penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan, dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang (Dephutbun, 1999).
Penanaman pepohonan di tanah milik masyarakat oleh pemiliknya, merupakan salah satu butir kearifan masyarakat dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Dengan semakin terbatasnya kepemilikan tanah,
peran hutan rakyat bagi kesejahteraan masyarakat semakin penting. Pengetahuan tentang kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungannya untuk dipadukan dengan pengetahuan jenis-jenis pohon yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil yang diharapkan oleh pemilik lahan, merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan hutan rakyat.
Pada hutan ini dilakukan penanaman dengan mengkombinasikan tanaman perkayuan dengan tanaman pangan/palawija yang biasa dikenal dengan istilah agroforestry. Pola pemanfaatan lahan seperti ini banyak manfaatnya, antara lain:
a. Pendapatan per satuan lahan bertambah
b. Erosi dapat ditekan
c. Hama dan penyakit lebih dapat dikendalikan
d. Biaya perawatan tanaman dapat dihemat
e. Waktu petani di lahan lebih lama.
Ada beberapa tanaman perkayuan yang dikembangkan di hutan rakyat, seperti : Sengon (Paraserianthes falcataria), kayu putih (Melaleuca leucadendron), aren (Arenga pinata), Sungkai (Peronema canescens), Akasia (Acacia sp.), Jati putih (Gmelina arborea), Johar (Cassia siamea), Kemiri (Aleurites moluccana), kapuk randu (Ceiba petandra), Jabon (Anthocepallus cadamba), Mahoni (Swietenia macrophylla), bambu (Bambusa), mimba (Azadirachta indica), cemara pantai (Casuarina equisetifolia), dan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Dari beberapa jenis pohon tersebut, menurut Sumarna (2001) terdapat 4 pohon serba guna karena memiliki kemampuan beradaptasi diberbagai kondisi tapak, cepat tumbuh, dan menghasilkan banyak produk, seperti kayu bakar berkualitas tinggi, kayu pertukangan berdiameter kecil, dan pakan ternak. Pohon tersebut adalah : akasia (Acacia auriculiformis), mimba (Azadirachta indica), cemara pantai (Casuarina equisetifolia), dan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Ampas biji mimba setelah diekstraksi merupakan pupuk yang mengandung hara tanaman beberapa kali lipat lebih banyak dari pupuk kandang.
Sumber :
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Dephutbun RI. Jakarta.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dephutbun RI. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2001. Keputusan Menteri Kehutanan No. 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan. Jakarta.
Fathoni, t. 2003. 22 Lokasi Hutan dan Lahan akan Dikembangkan Menjadi Social Forestry. http://www.fwi.or.id/Info terkin i
Reksohadiprodjo, s., Brodjonegoro.    2000.    Ekonomi Lingkungan.    BPFE
Yogyakarta. Edisi Kedua. Yogyakarta.
Sumarna, K. 2001. Deskripsi empat Jenis Pohon untuk Pengembangan Hutan Rakyat. http://mofrinet.cbn.net.id/informasi/litbang/Hasil/buletin/2001/2-  1-b. HTM
Zain, AS. 1996. Hukum lingkungan Konservasi Hutan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Zain, AS. 1997. Aspek Pembinaan kawasan Hutan dan stratifikasi Hutan Rakyat. Penerbit Rineka cipta. Jakarta.

sekilas tentang DAS

Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau/laut (Manan, 1979). DAS merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979). Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan fisik yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai berikut :
  • Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkanair hujan ke laut atau danau melalui satu sungai utama
  • Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi atas beberapa DAS.
  • Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam (tanah, vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan pengguna sumberdaya yang ada.
  • Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.
Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Coarak atau pola DAS dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS. Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut :
  • DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama. DAS atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba yang berbeda.
  • DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.
  • Das Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu. DAS merupakan kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Mangundikoro (1985) mengemukakan Sub-DAS merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan mere sap atau mengalir melalui sungai. Manusia dengan aktivitasnya dan sumberdaya tanah, air, flora serta fauna merupakan komponen ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi dan berinterdependensi. Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) berarti pengelolaan sumberdaya alam dapat pulih (renewable resources) yang meliputi tanah, air dan vegetasi (Manan, 1977). Sheng (1968) mengatakan bahwa dalam pengelolaan DAS ada tiga unsur pokok, yaitu air, lahan dan pengelolaan atau manipulasi. Unsur lahan disini adalah semua komponen dari suatu unit geografis dan atmiosfir (tanah, air, batuan dan atmosfir). Oleh karena itu pengertian DAS disini adalah pengelolaan daru lahan untuk produk air dengan kuantitas optimum, pengaturan produk air dan stabilitas tanah yang  maksimum.
Al-Rasyd dan Samingan (1980) mengatakan bahwa dalam pengelolaan DAS, orientasi pengelolaan seharusnya kepada konservasi tanah dan air dengan penekanan kepada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Titik sentral dalam hasil pengelolaan ini adalah kondisi tata air yang baik dan dicerminkan oleh penyediaan tata air yang cukup sepanjang waktu, baik kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat dicapai dengan mengelola unsur yang berperan penting, yaitu tanah dan vegetasi tanpa melupakan unsur lainnya. Dengan demikian pengelolaan DAS merupakan upaya menjaga keseimbangan dan berfungsinya unsur-unsur tersebut dengan baik sesuai dengan syarat yang diperlukan. Upaya pokok yang dilakukan dalam pengelolaan DAS adalah melakukan (i) pengelolaan lahan melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas; (ii) pengelolaan air melalui pengembangan sumberdaya air; (iii) pengelolaan vegetasi khususnya pengelolaan hutan yang memiliki fungsi perlindungan terhadap tanah dan air; dan (iv) pembinaan kesadaran manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana.
Stalling (1957) mengatakan tujuan pengelolaan DAS adalah melakukan prinsip konservasi tanah dan air untuk produksi air (kuantitas dan kualitas) serta pemeliharaan tanah (pencegahan erosi dan banjir). Ini menunjukkan bahwa muara dari pengelolaan DAS adalah mewujudkan kondisi optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga memberikan manfaat yang maksimal dan berkelanjutan bagi kesejahteraan manusia. Peningkatan kesejahteraan manusia sangat tergantung kepada bentuk pengelolaan sumber-sumber daya alam yang terdapat di dalam DAS (Nasoetion dan Anwar, 1981)
Pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen dan input alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan baik di tempat (on site) maupun di luar (off-site). Secara ekonomi ini berarti bentuk dari proses produksi dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen dan input alam serta hasil ekonomi berupa nilai dari outputnya (Hulfschmidt, 1985).
Tujuan pengelolaan DAS secara ringkas adalah :
(a) menyediakan air, mengamankan sumber-sumber air dan mengatur pemakaian air;
(b) menyelamatkan tanah dari erosi serta meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah;
(c) meningkatkan pendapatan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu diperhatikan aspek-aspek seperti :
  1. Aspek fisik teknis yaitu pemolaan tata guna lahan sebagai prakondisi dalam mengusahakan dan menerapkan teknik atau perlakuan yang tepat sehingga pengelolaan DAS akan memberikan manfaat yang optimal dan kelestarian lingkungan tercapai
  2. Aspek manusia, yaitu mengembangkan pengertian, kesadaran sikap dan kemauan agar tindakan dan pengaruh terhadap sumberdaya alam di DAS dapat mendukung usaha dan tujuan pengelolaan
  3. Aspek institusi yaitu menggerakkan aparatur sehingga struktur dan prosedur dapat mewadahi penyelenggaraan pengelolaan DAS secara efektif dan efisien
  4. Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundangan yang mengatur penyelenggaraan pengelolaan DAS
 

jenis-jenis pohon peneduh

Pohon Peneduh halaman rumah

Banyak penduduk Indonesia saat ini berdomisili di perkotaan atau perumahaan pinggiran kota seperti di Bekasi, Tangerang, Gresik, Sidorjo dan Cikarang dengan suhu udara yang sangat panas. Dengan semakin banyaknya urbanisasi ke perkotaan, maka rumah menjadi semakin mahal dan berukuran kecil.

Udara yang panas bisa diatasi dengan memasang AC, namun AC tidak selamanya bagus, karena meskipun dingin, udara yang dihembuskan kering dengan kelembaban rendah sehingga kulit menjadi kering dan lebih cepat keriput. Yang perlu dilakukan adalah menanam pohon peneduh yang rindang, bukan pohon hias yang tumbuh ramping seperti pohon palem, karena pohon peneduh dapat menciptakan suasana lingkungan perumahan yang asri dan sejuk, menenangkan dan membuat anda betah tinggal di rumah


Informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber, terdapat kriteria-kriteria dalam memilih jenis pohon peneduh untuk halaman rumah, yaitu:
  1. Penyerap gas CO2, Timbal serta menghasilkan Oksigen.
  2. Tinggi pohon lebih dari 3 meter, namun tidak lebih dari 12 meter. Perumahan-perumahan saat ini, biasanya menyediakan halaman untuk area tanaman dengan lebar 3x3 meter.
  3. Rimbun dengan kerapatan daun yang bisa menutupi sinar matahari.
  4. Tajuk luas atau mampu menutupi area yang luas.
  5. Perawatan mudah.
  6. Pertumbuhan agak cepat, namun tetap saja harus menunggu sekitar 3 tahun.
  7. Daun tidak mudah rontok.
  8. Ranting tidak mudah patah bila tertiup angin kencang.
  9. Ranting atau cabang tidak berukuran terlalu besar, karena berbahaya bila tumbang  dan menimpa orang yang ada di bawahnya atau genteng rumah.
  10. Akar kuat menghujam ke dalam tanah sehingga pohon tidak mudah tumbang bila tertiup angin kencang.
  11. Akar tidak timbul ke permukaan sehingga merusak lantai dan tembok rumah atau trotoar.
  12. Serbuk sarinya tidak bersifat alergi bagi penderita asma.
  13. Disukai burung-burung.

Dari hasil perbandingan dan pengalaman mengamati pohon di halaman dan komplek perumahan, maka pohon yang sesuai untuk halaman perumahan dengan luas 3x3 meter adalah

1. Pohon Tanjung (gambar di atas), meskipun batang yang tidak terlalu besar dan belum terlalu tinggi,  namun sangat rindang dengan tajuk luas dan tumbuh secara simetris. Daun tidak mudah rontok, Ranting tidak terlalu besar dan tidak mudah patah. Pohon ini bisa mencapai tinggi 15 meter (data wikipedia), meskipun sangat jarang ditemui. Penulis pernah melihat pohon Tanjung yang sudah sangat besar di pintu utara / belakang ITB, jalan Dayang Sumbi, namun untuk bisa mencapai sebesar itu, pemiliknya mungkin sudah menjadi buyut, kebanyakan penulis menjumpai pohon ini setinggi 4-10 meter saja dan bertajuk lebar, berbeda dengan pohon angsana, mahoni, beringin yang bisa mencapai tinggi 30-40 meter, jadi sangat sesuai ditanam di halaman perumahan yang kecil.


2. Pohon Kiara Payung yang mempunyai nama ilmiah Fellicium Decipiens, adalah pohon tropis yang berasal dari Afrika Timur dan India Selatan. Meskipun tergolong pohon tropis, orang-orang di luar negeri biasa menyebutnya sebagai Japanese Fern Tree. Pohon ini sangat saya rekomendasikan sebagai pohon peneduh di halaman rumah karena
  • Pohon ini sangat rindang dan bertajuk sangat luas, bahkan mengalahkan pohon-pohon lainnya.
  • Pohon ini paling tinggi hanya 30-35 feet / 11 meter saja (data di internet), namun penulis sering menemui pohon ini hanya setinggi 4-8 meter.
  • Ranting atau cabang pohon tidak terlalu besar. Ranting yang terlalu besar sangat berbahaya jika tumbang tertiup angin kencang. Sekedar info saja, cabang pohon yang besar tidak menjamin kekuatannya dalam menopang ranting-ranting kecil dan daun, terutama saat bertiup angin kencang.
  • Batang utama pohon tidak terlalu besar seperti Pohon Tanjung dan Pohon Mangga.
  • Kemampuannya dalam menyerap gas CO2 (riset Endes N. Dahlan) berada diurutan ke-5 di bawah pohon Trembesi, Cassia, Kenanga, Pingku dan Beringin. Sedangkan pohon-pohon lain yang banyak di tanam di jalan seperti Pohon Mahoni ada di urutan ke-8, Pohon Johar ke-13, Pohon Akasia ke-18, Pohon Tanjung ke-19 serta Pohon Angkasa ke-25.
  • Pertumbuhan daun dari pohon Kiara Patung berbentuk bulat dan simetris secara otomatis tanpa perlu pemangkasan seperti jenis tanaman pagar teh-tehan. Tanaman pagar teh-tehan harus anda pangkas agar pertumbuhannya simetris dan teratur seperti halnya rambut anda.
  • Sangat indah dari aspek estetika, sehingga desainer lanskap taman merekomendasikan pohon Kiara Payung sebagai pohon peneduh di beberapa hotel-hotel, bersama-sama pohon tanjung dan pohon sawo kecik.  
Pohon kiara payung tidak pernah penulis temukan di Jakarta Utara maupun di sepanjang perjalanan tol Bekasi Timur sampai Cawang, begitu juga sepanjang perjalanan tol Bekasi Timur sampai pintu tol Kopo Bandung. Penulis hanya melihat satu pohon Kiara Payung sebelum masuk pintu tol Bekasi Timur. Pohon ini ternyata banyak penulis jumpai di kota Bandung, seperti di terminal Leuwi Panjang, sebagian jalan Dago (tidak banyak), sedangkan di ITB hanya dijumpai di sekitar fakultas SBM (Sekolah Bisnis Manajemen) ITB.

3. Pohon Mangga, Pohon ini paling banyak ditanam di komplek perumahan saya karena dapat tumbuh dengan cepat, rimbun, buah bisa dimakan, akar ke dalam tanah, tidak kepermukaan yang dapat merusak lantai dan tembok. Pohon ini umumnya mempunyai tinggi 4-10 meter  karena ditanam dari cangkokan bukan dari biji. Sebenarnya pohon ini bisa tinggi 10-40 meter dengan lebar batang yang cukup besar. Pada saat pertumbuhan, perlu bagi anda untuk memangkas beberapa ranting karena pertumbuhan mereka tidak simetris dan perlu diatur. Beberapa jenis pohon mangga seperti harum manis memiliki sedikit ranting-ranting kecil (kurang rimbun), karena cabangnya sedikit namun tumbuh terus sehingga kadang pertumbuhan cabang melengkung dan turun ke bawah karena tidak kuat menahan beban, apalagi saat berbuah. Usahakan memilih jenis pohon mangga lain seperti indramayu, manalagi atau lainnya. (Pengalaman pribadi).

4. Pohon Jambu air (Syzygium aquenum) atau orang barat biasa menyebutnya sebagai Water Apple. Pohon Jambu adalah pohon spesies asli Asia Tenggara. Pohon ini adalah pilihan kedua saya setelah pohon Kiara Payung sebagai tanaman peneduh di halaman rumah anda. Pohon perdu ini memiliki persyaratan yang baik, yaitu:
  • Tinggi pohon maksimal hanya 12 meter, namun sering dijumpai sekitar 4-10 meter.
  • Batang utama tidak terlalu besar, tidak sebesar pohon mangga.
  • Bertajuk lebat dan pertumbuhannya cepat seperti pohon Mangga sedangkan pohon Kiara payung dan Pohon Tanjung pertumbuhannya agak lambat.
  • Bunga disukai kupu2 sehingga banyak ulat pada pohon. Banyaknya ulat juga mengundang burung-burung untuk datang. Menurut saya burung lebih suka pohon jambu daripada pohon mangga karena lebih sering membuat sarang di pohon ini.
Spesies jambu air sebenarnya banyak dan kadang sulit dibedakan. Contoh spesies yang mirip namun berbeda adalah Jambu air Semarang (Syzygium Samarangense) dan Jambu Bol (Syzygium Malaccense). Jambu biji dan Jambu mede bukan dari genus yang sama dengan Jambu air  karena bentuk terlihat dari bentuk daunnya yang berbeda. Jambu biji juga tidak berdaun lebat seperti jambu air sehingga tidak cocok ditanam sebagai pohon peneduh perumahan.

Saat membeli pohon, perhatikan hal berikut ini:
  1. Pilih pohon yang berukuran agak besar, meskipun mahal tidak apa-apa, karena menunggu pohon tumbuh 50 cm pada masa awal pertumbuhan akan sangat lama sekali.
  2. Pilih pohon yang sehat, tidak terdapat hama atau jamur yang melekat pada daun atau ranting. Pohon jambu air sangat rentan terhadap serangan hama terutama ulat karena ulat sangat menyukai cita rasa "daun" pohon Jambu.
  3. Pilih pohon dengan tunas bagian atas tidak terpotong. Kalau dalam kondisi terpotong, kemungkinan tunas baru akan tumbuh bercabang dan kesamping.
  4. Untuk peneduh, disarankan memilih pohon berasal dari biji, bukan cangkok. Kalau dari cangkokan, pohon akan buru-buru berbuah sehingga pertumbuhannya tidak maksimal (tidak terlalu tinggi).
  5. Jangan memangkas ranting atau daun pada pohon saat usia pohon masih terlalu muda karena daun yang lebat akan mempercepat proses fotosintesis dan pertumbuhan pohon, baik tumbuh ke samping maupun ke atas. Pangkaslah pohon bagian bawah bila pohon sudah mencapai tinggi 3 meter agar pohon menjadi semakin tinggi. 
Dengan menanam pohon di rumah, maka kita telah berkontribusi menciptakan lingkungan yang lebih asri dan sejuk, mengurangi polusi dan gas rumah kaca, serta menyimpan cadangan air tanah. 

Materi Survival Dasar

Dalam melakukan perjalanan Alam terbuka, seorang Petualang perlu membekali diri dengan pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Mengapa Ada Survival ?
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain : Keadaan alam (cuaca dan medan), Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan), Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan), Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak., antara lain : mental ,kurang lebih 80% kesiapan kita dalm survival terletak dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
• Keadaan alam (cuaca dan medan)
• Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
• Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman
2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
- Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
• Mengkoordinasi anggota
• Melakukan pertolongan pertama
• Melihat kemampuan anggota
• Mengadakan orientasi medan
• Mengadakan penjatahan makanan
• Membuat rencana dan pembagian tugas
• Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
• Membuat jejak dan perhatian
• Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental
2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi
Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong
3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria
4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya
6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian
Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam
c. Shelter buatan
Syarat bivak :
Hindari daerah aliran air
Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
Bukan sarang nyamuk/serangga
Bahan kuat
Jangan terlalu merusak alam sekitar
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
• Obat nyamuk, autan, dll
• Bunga kluwih dibakar
• Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
• Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
• Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
• Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
• Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
• Jangan dipijit-pijit
• Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
• Teteskan air tembakau pada lintahnya
• Taburkan garam di atas lintahnya
• Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
• Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
• Letakkan cabe merah pada jalan semut
• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
• Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
• Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
• Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
• Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
• Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
• Perangkap model menggantung
• Perangkap tali sederhana
• Perangkap lubang jerat
• Perangkap menimpa
• Apace foot share
Bahan :
• tali/kawat
• Umpan
• Batang kayu
• Cabang pohon
Membaca Jejak
Jenis :
• Jejak buatan : dibuat oleh manusia
• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
• Jenis binatang yang lewat
• Arah gerak binatang
• Besar kecilnya binatang
• Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
• Kotoran yang tersisa
• Pohon atau ranting yang patah
• Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan
Makanan
Patokan memilih makanan :
• Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
• Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
• Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
• Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
• Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
• Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
• Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
• Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya :
• Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
• Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu
Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
• Belalang
• Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
• Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Mengandung racun : penyu laut
• Mengandung bau yang khas : sigung
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
• Perlengkapan memancing
• Pisau
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti
• dll

contoh LOG BOOK PKM

LOG BOOK
PELAKSANAAN PROGRAM  PKM-P TAHUN 2012

Judul Kegiatan

PEMANFAATAN EKSTRAK MAJEMUK TUMBUHAN
UNTUK PENGENDALIAN ULAT BAWANG
Spodoptera exigua Hubner.  (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)
PADA SENTRA PERTANAMAN BAWANG MERAH
DI KECAMATAN SIGI BIROMARU







Oleh :
Rahmat Hidayat







UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2012
CATATAN HARIAN  PROGRAM  KREATIFITAS MAHASISWA PKM-P TAHUN 2012



Judul Kegiatan

PEMANFAATAN EKSTRAK MAJEMUK TUMBUHAN
UNTUK PENGENDALIAN ULAT BAWANG
Spodoptera exigua Hubner.  (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)
PADA SENTRA PERTANAMAN BAWANG MERAH
DI KECAMATAN SIGI BIROMARU



Pelaksana Kegiatan :

Nyoman anandari, Kamaria, Dedis Latif

No

Tanggal
Kegiatan
Catatan
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
27 Februari 2012
Penandatanganan kontrak pelaksanaan PKM-P yang dirangkaikan dengan Sosialisasi mengenai pelaksanaan kegiatan    PKM-P.
Dilaksanakan di ruang Senat Universitas Tadulako yang diikuti seluruh mahasiswa beserta dosen pembimbing kegiatan PKM-P yang telah lolos seleksi

2.
27 Februari 2012
Pertemuan dengan Tim pelaksana guna akan membahas persiapan untuk kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di Kampus Universitas Tadulako

3.
28 Februari 2012
Konsultasi dengan dosen pembimbing PKM-P
Untuk terlaksana kegiatan dengan baik maka melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing guna membicarakan mekanisme kerja kegiatan PKM-P

4.
29 Februari 2012
Mengurus Administrasi/izin untuk penggunaan Laboraturium
Untuk menggunakan Laboratorium perlu adanya izin dari pihak pengelolah Laboraturium, dalam pengurusannya dibantu oleh dosen pembimbing.

5.
01  Maret 2012
Koordinasi dengan tim

Adanya kesepakatan dalam tim untuk pembagian tugas pencarian bahan yang dibutuhkan guna lebih mengefisienkan waktu

6.
02 Maret 2012
Persiapan alat
Mempersiapkan kotak/ box untuk tempat perbanyakan C. cephalonica.
Tabung/ pipa untuk peneluran

7.
04 Maret 2012

Persiapan Bahan

Mencari/ mengumpulkan larva C. cephalonica dari gudang penyimpanan.

8.
08 Maret 2012
Persiapan Bahan
Membeli pakan untuk perbanyakan C.cephalonica (pur ayam + jagung giling)

9.
09 Maret 2012


Persiapan Bahan
Mencampur bahan + larva C.cephalonica dalam kotak perbanyakan yang di lakukan di Laboratorium HPT UNTAD

10.
12 Maret 2012

Perbanyakan


Meletakkan sepasang ngengat C.cephalonica ke tabung/ pipa peneluran.

11.
14 Maret 2012


Perbanyakan

Telur yang dihasilkan diletakkan kembali ke kotak perbanyakan.

12.
18 Maret 2012

Perbanyakan

Imago C.cephalonica dari kotak perbanyakan di ambil dan dimasukkan kembali ke tabung peneluran.

13.
20 Maret 2012


Perbanyakan

Telur yang dihasilkan sebagian di letakkan kembali ke kotak.

14.
01 April 2012
Perbanyakan
Imago C.cephalonica dari kotak perbanyakan di ambil dan dimasukkan kembali ke tabung peneluran.

15.
03 April 2012
Perbanyakan
Telur yang dihasilkan sebagian di letakkan kembali ke kotak perbanyakan dan sebagian lagi di simpan untuk pakan Trichogramma sp.

16.
05 April 2012
Perbanyakan
Imago C.cephalonica dari kotak perbanyakan di ambil dan dimasukkan kembali ke tabung peneluran.

17.
07 April 2012
Perbanyakan
Telur yang dihasilkan sebagian di letakkan kembali ke kotak perbanyakan dan sebagian lagi di simpan untuk pakan Trichogramma sp.

18.
12 April 2012

Pengambilan sampel
Mengambil sampel telur S.innotata dari lapangan.

19.
13 April 2012
Pemisahan Telur S.innotata
Meletakkan sampel telur S.innotata yang diperoleh ke dalam tabung reaksi.


20.
15 April 2012
Pengamatan
Melakukan pengamatan terhadap sampel telur S.innotata

21.
19 April 2012
Perbanyakan
Meletakkan sepasang imago C.cephalonica dari kotak perbanyakan ke tabung peneluran.

22.
23 April 2012
Pengambilan sampel
Mengambil sampel telur S.innotata dari lapangan

23.
24 April 2012
Pemisahan telur S.innotata
Meletakkan sampel telur S.innotata yang diperoleh ke dalam tabung reaksi.

24.
27 April 2012
Pengamatan
Mengamati Parasitoid yang kelur dari telur S.innotata.

25.
30 April 2012
Pengamatan
Membuat pias-pias telur C.cephalonica untuk pakan Trichogramma sp.

26.
03 Mei 2012
Pengamatan
Mengidentifikasi Parasitoid telur Trichogramma sp.

27.
06 Mei 2012
Pengamatan
Mengidentifikasi parasitoid telur Trichogramma sp.

28.
09 Mei 2012
Pengamatan
Mengidentifikasi parasitoid telur Trichogramma sp.

29.
12 Mei 2012
Pelaporan
Pembuatan laporan kemajuan