Faktor-faktor yang mempengaruhi
Fotosintesa Tanaman
Oleh : Rahmat Hidayat
Di
antara faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi fotosintesa adalah umur dan
struktur daun, banyaknya stomata dan pembukaan stomata, kandungan chlorophyll,
susunan dan areal daun. Lobang stomata penting, terutama karena kebanyakan dari
CO2 yang dipakai dalam fotosintesa masuk melalui stomata. Penutupan stomata
akan disertai dengan pengurangan yang drastis dalam fotosintesa. Ini terutama
terjadi pada fotosintesa per satuan areal yang lebih tingii pada daun yang
terkena cahaya terang dari pada daun-daun pada naungan, sebagian oleh karena
permukaan dalamnya yang lebih besar.
Umur Daun-daun.
Output dari fotosintesa berbeda
menurut daun. Pada daun-daun yang amat muda jumlah output fotosintat lebih
rendah, hal ini terjadi karena sedikitnya jaringan daun dan konsentrasi
chlorophyll yang rendah. Fotosintesa biasanya meningkat dengan makin besarnya
umur daun sampai tercapai suatu tingkat kedewasaan, dan kemudian menurun
semakin bertambah umurnya. Daun-daun yang lebih tua terpaksa untuk bersaing
dengan daun-daun terminal, yang lebih muda untuk mendapatkan cahaya, air, dan
hara-hara mineral, dan keadaan ini mengakibatkan menurunnya kapasitas
fotosintesanya. Biasanya daun-daun yang lebih muda memproduksi sebagian besar
jumlah fotosintat. Berkurangnya fotosintesa karena bertambahnya umur biasanya
disertai dengan berkurangnya kandungan chlorophyll.
Struktur
dan Susunan Daun
Fotosintesa
berkorelasi dengan perbedaan dalam struktur daun yang dijumpai di antara spesies,
dan bahkan di antara daun-daun di berbagai bagian-bagian dari cabang yang sama.
Susunan daun dan kedudukannya penting terutama dalam hubungannya dengan
penyinaran oleh cahaya. Rupanya anakan-anakan Pinus kurang efisien di dalam
naungan daripada anakan-anakan jenis kayu keras oleh karena struktur daun jarum
yang lebih saling menaungi daripada daun-daun dari kebanayakan spesies
kayu-kayu keras.
Air Tanah
Air
tanah dapat menjadi suatu faktor penting dalam fotosintesa, oleh karena proses
fotosintesa menurun dengan adanya defisit air di dalam daun-daun. Oleh karena
hanya bagian yang amat kecil dari air yang diabsorbsi pohon-pohon dipakai
secara langsung dalam fotosintesa, maka air juga mempengaruhi fotosintesa
secara tidak langsung dengan jalan mempengaruhi penutupan stomata, menghalangi
pengambilan karbon dioksida. Dalam tanah
yang digenangi air, maka air gravitasi yang berlebih-lebihan akan menggantikan
udara dari pori-pori tanah, dan aerasi jelek yang terjadi akan menghalangi
pengambilan air oleh akar-akar tumbuh-tumbuhan, sehingga mengakibatkan
daun-daun menjadi kering, dan hal ini menyebabkan menurunnya proses
fotosintesa.
Kesuburan Tanah
Defisiensi
dari hara-hara mineral penting mempunyai efek-efek langsung dan tidak langsung
terhadap fotosintesa. Fotosintesa akan didiredusir secara langsung karena
berkurangnya sintesa chlorophyll yang seringkali disebabkan defisiensi hara
mineral, namun fotosintesa pun diredusir oleh berkurangnya areal daun, yang
mungkin disebabkan karena perubahan-perubahan dalam struktur daun dan bahkan
karena menurunnya aktivitas stomata. Pemberian pupuk, terutama unsur nitrogen
pada pohon-pohon appel dan Aleuritas ferdii telah memperlihatkan suatu kenaikan
dalam proses fotosintesa. Hal ini diakibatkan oleh karena bertambah besarnya
areal daun yang meningkatkan fotosintesa per satuan areal daun. Nitrogen dan
magnesium adalah komponen-komponen dari molekul chlorophyll dan suatu
defisiensi dari mineral-mineral ini akan menghalangi kelangsungan. Defisiensi
besi juga meredusir fotosintesa, oleh karena besi diperlukan untuk pembentukan
chlorophyll.
Karbon Dioksida
Karbon
dioksida terdapat dalam konsentrasi rendah di atmosfir dan dibutuhkan dalam
jumlah yang besar untuk fotosintesa, dan selanjutnya dikeluarkan dalam
kuantitas yang besar dalam respirasi tumbuh-tumbuhan serta hewan. Oleh karena
faktor-faktor ini maka jumlah dari gas ini di dalam udara pada setiaap saat
berubah-ubah dan berbeda-beda dari satu ke lain tempat. Rata-rata berisi
kira-kira 0,03 persen karbon dioksida.
Hujan
dan kabut akan mempertinggi kandungan karbon dioksida ini. Karbon dioksida akan
dikembalikan ke atmosfir yaitu apabila kayu atau serasah hutan menjadi busuk
atau dibakar. Karbon dioksida juga terus-menerus dikeluarkan oleh respirasi
organisme-organisme hidup. Karena itu pada umumnya tingkat karbon dioksida
lebih tinggi di dekat lantai hutan dimana perombakan bahan organik oleh
organisme tanah terjadi secara aktif. Dalam keadaan seperti ini persentase
karbon dioksida dapat meningkat sampai 0,18 persen dari volume udara. Oleh
karena respirasi juga dilakukan selama malam hari apabila fotosintesa berhenti,
maka konsentrasi karbon dioksida dalam hutan mencapai tingkatan yang tertinggi
pada malam hari.
Fotosintesa membutuhkan sejumlah besar karbon dioksida yang harus diambil oleh pohon-pohon dari atmosfir. Becker menaksir bahwa rata-rata 12 ton karbon dioksida diperlukan untuk menghasilkan kayu pada suatu areal hutan, suatu jumlah yang cukup besar. Maka jelaslah bahwa kebutuhan pohon akan karbon dioksida hanya dapat dipenuhi dengan pengambilan yang cepat dari gas ini melalui respirasi serta sirkulasinya kepada daun-daunan melalui peredaran udara. Sudah dapat diduga bahwa konsentrasi karbon dioksida di dalam hutan paling rendah adalah selama terjadi periode fotosintesa maksimum yaitu di siang hari. Jumlah karbon dioksida di udara yang mengelilingi tajuk-tajuk pohon (dari 0,03 sampai 0,04 persen) secara definitif membatasi fotosintesa. Pada konsentrasi-konsentrasi yang relatif begitu rendah, maka fotosintesa mempunyai kecenderungan untuk berubah secara linier dengan konsentrasi karbon dioksida. Di Eropa daun-daun jarum pinus ternyata dapat memprodusir fotosintesa sebanyak tiga kali lebih besar apabila kandungan karbon dioksidanya dipertinggi sampai 0,28 persen dari pada 0,09 persen.
Fotosintesa membutuhkan sejumlah besar karbon dioksida yang harus diambil oleh pohon-pohon dari atmosfir. Becker menaksir bahwa rata-rata 12 ton karbon dioksida diperlukan untuk menghasilkan kayu pada suatu areal hutan, suatu jumlah yang cukup besar. Maka jelaslah bahwa kebutuhan pohon akan karbon dioksida hanya dapat dipenuhi dengan pengambilan yang cepat dari gas ini melalui respirasi serta sirkulasinya kepada daun-daunan melalui peredaran udara. Sudah dapat diduga bahwa konsentrasi karbon dioksida di dalam hutan paling rendah adalah selama terjadi periode fotosintesa maksimum yaitu di siang hari. Jumlah karbon dioksida di udara yang mengelilingi tajuk-tajuk pohon (dari 0,03 sampai 0,04 persen) secara definitif membatasi fotosintesa. Pada konsentrasi-konsentrasi yang relatif begitu rendah, maka fotosintesa mempunyai kecenderungan untuk berubah secara linier dengan konsentrasi karbon dioksida. Di Eropa daun-daun jarum pinus ternyata dapat memprodusir fotosintesa sebanyak tiga kali lebih besar apabila kandungan karbon dioksidanya dipertinggi sampai 0,28 persen dari pada 0,09 persen.
Respirasi
Respirasi
penting karena aktivitas ini memberikan energi yang diperlukan untuk assimilasi
dan untuk proses-proses lainnya yang mempergunakan energi, seperti sintesa
lemak dan protein, absorpsi mineral, dan untuk pemeliharaan struktur dari
protoplasma. Pengetahuan tentang proses respirasi adalah penting untuk memahami
secara baik mengenai berbagai segi dari sifat-sifat tanaman. Seringkali
pertumbuhan akar dan perkecambahan biji terhalang karena adanya keadaan-keadaan
tanah yang membatasi respirasi. Respirasi sukar untuk didefinisikan dengan
tepat, dan dapat diartikan sebagai oksidasi dari bahan makanan di dalam sel-sel
hidup, yang disertai dengan pengeluaran enersi. Biasanya respirasi akan
disertai dengan pengambilan oksigen, pengeluaran karbon dioksida, dan penurunan
dalam berat kering. Respirasi terjadi terus menerus di dalam semua sel-sel
hidup dari tumbuh-tumbuhan, dan berjalan dengan amat cepat di dalam
daerah-daerah meristematis seperti kambium, ujung-ujung akar dan batang dan di
dalam daun-daun muda.
Temperatur dan Pertumbuhan Pohon
Pada
umumnya pertumbuhan meningkat kalau temperatur naik dan menurun apabila
temperatur turun. Namun kecepatan tumbuh ini tidak terus menerus bertambah
dengan naiknya temperatur, oleh karena pada suatu saat timbullah efek membahayakan
dan kecepatan tumbuh menurun.
Kerusakan karena temperatur tinggi dapat disebabkan karena kekeringan dan respirasi yang amat tinggi, sehingga konsumsi bahan makanan akan melebihi produksi oleh fotodintesa. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan karena efeknya terhadap semua metabolis seperti : digesti, translokasi, respirasi dan pembangunan protoplast baru dan bahan dinding sel. Temperatur yang tinggi juga memperbesar transpirasi, sehingga mengurangi turgor dan pertumbuhan, terutama di siang hari. Jadi pertumbuhan biasanya bertambah dengan meningkatnya temperatur sampai tercapai suatu temperatur tinggi kritis untuk suatu spesies, dan kemudian pertumbuhan menurun dengan cepat. Penurunan pertumbuhan mungkin disebabkan oleh respirasi berlebih-lebihan yang meredusir karbohidrat, karena penurunan fotosintesa, karena transpirasi berlebihan yang menyebabkan kelayuan atau kombinasi sebab-sebab tersebut.
Kerusakan karena temperatur tinggi dapat disebabkan karena kekeringan dan respirasi yang amat tinggi, sehingga konsumsi bahan makanan akan melebihi produksi oleh fotodintesa. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan karena efeknya terhadap semua metabolis seperti : digesti, translokasi, respirasi dan pembangunan protoplast baru dan bahan dinding sel. Temperatur yang tinggi juga memperbesar transpirasi, sehingga mengurangi turgor dan pertumbuhan, terutama di siang hari. Jadi pertumbuhan biasanya bertambah dengan meningkatnya temperatur sampai tercapai suatu temperatur tinggi kritis untuk suatu spesies, dan kemudian pertumbuhan menurun dengan cepat. Penurunan pertumbuhan mungkin disebabkan oleh respirasi berlebih-lebihan yang meredusir karbohidrat, karena penurunan fotosintesa, karena transpirasi berlebihan yang menyebabkan kelayuan atau kombinasi sebab-sebab tersebut.
Pengaruh dari Temperatur Rendah
Penurunan
temperatur akan memperlambat aktivitas fisiologis. Penurunan yang tiba-tiba
dari temperatur atau temperatur yang amat rendah seringkali menyebabkan
kerusakan yang serius. Temperatur adalah suatu faktor penting di daerah
pegunungan oleh karena hawa dingin (frost) merupakan suatu faktor pembatas bagi
kebanyakan spesies daerah tropis.
Pengaruh dari Temperatur Tinggi
Temperatur
yang tinggi seringkali menyebabkan pertumbuhan yang menurun dan luka-luka pada
pohon-pohon. Efek ini dapat diakibatkan oleh luka panas secara langsung atau
oleh karena gangguan metabolis yang berhubungan dengan respirasi yang amat
tinggi atau bahkan dengan pengeringan puncuk.
Efek-efek
langsung dari temperatur tinggi : Luka-luka panas yang langsung biasanya lebih
banyak terdapat pada anakan-anakan daripada pohon-pohon yang lebih tua.
Temperatur udara tinggi seringkali menyebabkan kerusakan-kerusakan batang.
Pengaruh-pengaruh
tak langsung dari temperatur tinggi : Temperatur tinggi dapat mengakibatkan
menurunnya pertumbuhan oleh karena kehilangan sejumlah besar karbohidrat
melalui respirasi yang sebetulnya dapat dipakai untuk pertumbuhan. Pertumbuhan
yang buruk dari anakan dipesemaian pada temperatur tinggi dapat diakibatkan
oleh keadaan tersebut di atas. Temperatur tinggi juga secara tak langsung dapat
mengurangi pertumbuhan dan menyebabkan mengeringnya daun-daun sebagai akibat
transpirasi tinggi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
DI TUNGGU KOMENTARNYA
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???