Makalah Hama dan Penyakit Tanaman Kehutanan
Oleh : Rahmat Hidayat
BAB
I PENDAHULUAN
latar belakang
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh
pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika,
serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting (Wikipedia; 2010)
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan
sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat
diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada
lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal
seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan
fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan
global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu
kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya
berjuta tanaman.
Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan dan satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan penyidikan. Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk :
Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan dan satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan penyidikan. Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk :
a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan yang disebabkan
oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama serta
penyakit.
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Serangan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan tepat
maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu, serangan
hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas standing stock
yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu,
menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi pada
kenampakan estetika hutan.
Dengan demikian perlu adanya pembahasan mengenai hama dan
penyakit tanaman kehutanan yang kemudian dapat diambil solusi pengendaliannya.
Juga sebagai salah satu usaha untuk pengembangan peningkatan produktifitas
hutan yang diharapkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan lingkungan
yang tetap lestari dan berkesinambungan.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
HAMA dan PENYAKIT PADA TUMBUHAN
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang
tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri,
atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan
memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan
beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.
Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat
harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan
dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu
disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit.
Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya
diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat
mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama
hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering
terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh
yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi
tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya
binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi
memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan
menjadi hama pertanian.
1. HAMA
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan
sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang
tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
a.
Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para
petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya
adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi.
Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak.
Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia.
Tikus sangat aktif di malam hari.
Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang
disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang
membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani
adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan
biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering
berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah
tersebut diserang tikus.
b)
Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang
tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama
wereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :.
c) Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama
yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang
sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair.
Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu
akan berwarna kehitam – hitaman.
d)
Ulat
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang
indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika
menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada
fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada
malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya
saja.
e)
Tungau
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun
untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada
daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun
– daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
2.
PENYAKIT TUMBUHAN
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak
jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh
mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat
disebabkan oleh virus.
1.
Jamur
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang
menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun,
bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh
angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
2.
Bakteri
Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan.
Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh,
baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama –
kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan
menggunakan bakterisida.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit
yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration
atau CVPD).
3.
Virus
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan
dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya
karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan
yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak –
bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus)
yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk.
Penularan melalui perantara serangga.
4.
Alga (Ganggang)
Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat
menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya
diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang
diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu
kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat
kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga
cukup merugikan
BAB III PEMBAHASAN
1. Hama Ulat Jati (Hyblaea puera & Pyrausta machaeralis)
Hama ini menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar
bulan Nopember – Januari. Daun-daun yang terserang berlubang-lubang dimakan
ulat. Bila ulat tidak banyak cukup diambil dan dimatikan. Bila tingkat serangan
sudah tinggi, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan
menggunakan insektisida.
2. Hama Uret (Phyllophaga sp)
Hama ini biasanya menyerang pada bulan Pebruari – April.
Uret merupakan larva dari kumbang. Larva ini aktif memakan akar tanaman baik
tanaman kehutanan (tanaman pokok dan sela) maupun tanaman tumpangsari (padi,
palawija, dll) terutama yang masih muda, sehingga tanaman yang terserang
tiba-tiba layu, berhenti tumbuh kemudian mati. Jika media dibongkar akar
tanaman terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret.
Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan hama
uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi
mati. Serangan hama uret di lapangan berfluktuasi dari tahun ke tahun, umumnya
bilamana kasus-kasus serangan hama uret tinggi pada suatu tahun, maka pada
tahun berikutnya kasus-kasus kerusakan/serangan menurun.
3. Hama Tungau Merah (Akarina)
Hama ini biasanya menyerang pada bulan Juni – Agustus.
Gejala yang timbul berupa daun berwarna kuning pucat, pertumbuhan bibit
terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan oleh cairan dari tanaman/terutama pada
daun dihisap oleh tungau. Bila diamati secara teliti, di bawah permukaan daun
ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran ± 0,5 mm) dan terdapat
benang-benang halus seperti sarang laba-laba. Pengendalian hama tungau dapat
dilakukan dengan menggunakan akarisida.
4. Hama kutu putih/kutu lilin
Hama ini biasa menyerang setiap saat. Bagian tanaman yang
diserang adalah pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun yang terserang
menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna putih
berukuran kecil. Langkah awal pengendalian berupa pemisahan bibit yang sakit
dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah mengkayu, batang dapat
dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit
dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka
dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan akarisida.
5. Hama Lalat Putih
Hama lalat putih merupakan serangga kecil bertubuh lunak.
Lalat putih ini bukan lalat sejati, tetapi masuk dalam Ordo Homoptera. Hama ini
berkembang sangat cepat secara eksponensial. Lalat putih betina dapat
menghasilkan 150 – 300 telur sepanjang hidupnya. Waktu yang dibutuhkan dari
tingkat telur sampai dengan dewasa siap bertelur hanya sekitar 16 hari. Lalat
putih dapat menyebabkan luka yang serius pada tanaman dengan mencucuk mengisap
cairan tanaman sehingga menyebabkan layu, kerdil, atau bahkan mati. Lalat putih
dewasa dapat juga mentransmisikan beberapa virus dari tanaman sakit ke tanaman
sehat.
Lalat putih sering sangat sulit dikendalikan. Lokasi hama
yang berada di permukaan bawah daun membuatnya sulit bagi insektisida untuk
mencapai posisi hama. Hama lalat putih juga dengan cepat dapat mengembangkan resistensi
ke insektisida yang digunakan untuk melawan mereka. Suatu jenis insektisida
yang efektif untuk lalat putih pada suatu kasus kerusakan pada suatu waktu,
dapat tidak efektif untuk aplikasi di lokasi dan waktu yang berbeda.
Tahap telur dan pupa lebih tahan terhadap insektisida dibandingkan tahapan dewasa dan nimfa. Konsekuensinya eradikasi (pengendalian) populasi lalat putih biasanya memerlukan 4 – 5 kali penyemprotan dengan interval penyemprotan 5 – 7 hari. Pengendalian biologi dapat diterapkan untuk melawan lalat putih. Lalat putih memiliki musuh alami sejumlah predator dan parasitoid. Kerusakan parah pada bibit di persemaian (JPP) terutama terjadi pada semai ukuran < 10 cm, terparah terjadi pada semai < 5 cm.
Tahap telur dan pupa lebih tahan terhadap insektisida dibandingkan tahapan dewasa dan nimfa. Konsekuensinya eradikasi (pengendalian) populasi lalat putih biasanya memerlukan 4 – 5 kali penyemprotan dengan interval penyemprotan 5 – 7 hari. Pengendalian biologi dapat diterapkan untuk melawan lalat putih. Lalat putih memiliki musuh alami sejumlah predator dan parasitoid. Kerusakan parah pada bibit di persemaian (JPP) terutama terjadi pada semai ukuran < 10 cm, terparah terjadi pada semai < 5 cm.
6. Penyakit Layu – Busuk Semai
Serangan penyakit pada persemaian terjadi pada kondisi
lingkungan yang lembab, biasanya pada musim hujan. Berdasarkan karakteristik
serangannya, penyakit yang muncul pada persemaian dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
serangan penyakit dipicu oleh kondisi lingkungan yang
lembab.
Gejala yang timbul biasanya bibit busuk. Penanganan secara
mekanis dapat dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil daun, serta pemindahan
bibit ke open area, dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban.
serangan penyakit dipicu oleh hujan malam hari/dini hari
pada awal musim hujan (penyakit embun upas).
Gejala yang timbul berupa daun layu seperti terkena air
panas. Serangan penyakit ini umumnya muncul pada saat pergantian musim dari
musim kemarau ke musim penghujan, saat hujan pertama turun yang terjadi pada
malam hari atau dini hari pada awal musim hujan. Serangan penyakit terutama
pada bibit yang masih muda, jumlah bibit yang terserang relatif banyak, cepat
menular melalui sentuhan atau kontak daun, dan bersifat mematikan.
7. Hama rayap
Serangan dapat terjadi pada tanaman jati muda pada musim
hujan yang tidak teratur dan puncak kemarau panjang. Pada kasus serangan di
puncak kemarau disebabkan rendahnya kelembaban di dalam koloni rayap sehingga
rayap menyerang tanaman jati muda. Prinsip pengendaliannya dengan mencegah
kontak rayap dengan batang/perakaran tanaman
8. Hama penggerek batang/oleng-oleng
(Duomitus ceramicus)
Duomitus ceramicus merupakan sejenis ngengat, telurnya
menetas antara bulan Maret – April, aktif pada malam hari. Setelah kawin
ngengat betina bertelur pada malam hari dan diletakkan pada celah kulit batang.
Telur berwarna putih kekuningan atau kuning gelap, bentuk silinder, panjang
0,75 cm. Telur diletakkan berkelompok pada bekas patahan cabang atau luka-luka
di kulit batang. Stadia telur ± 3 minggu.
Larva menetas pada bulan Mei, hidup dalam kulit pohon,
selanjutnya menggerek kulit batang menuju kambium dan kayu muda, memakan
jaringan kayu muda. Larva pada tingkat yang lebih tua membuat liang gerek yang
panjang, terutama bila pohon jati kurang subur. Pada tempat gerekan terjadi
pembentukan kallus (gembol). Larva menggerek batang dengan diameter 1 – 1,5 cm,
panjang 20 – 30 cm dan bersudut 90 °. Kotoran larva dari gerekan kayu
dikeluarkan dari liang gerek. Fase larva sangat lama antara April – September.
Selanjutnya larva masuk ke stadium
pupa, tidak aktif, posisinya mendekati bagian luar liang gerek. Fase pupa
berlangsung antara September – Pebruari. Seluruh siklus hidupnya, dari stadia
telur sampai menjadi ngengat memerlukan waktu ± 1 tahun.
9. Hama penggerek pucuk jati
Serangan ulat penggerek pucuk jati (shoot borer) menyerang
tanaman jati muda. Gejala awal berupa pucuk apikal jati muda tiba-tiba menjadi
layu, kemudian menjadi kering. Panjang pucuk yang mati antara 30 – 50 cm.
Pengamatan pada tanaman yang mati diketahui bahwa terdapat
lubang gerekan kecil (± 2 mm) di bawah bagian yang layu/kering. Ulat penggerek
pucuk berwarna kemerahan dengan kepala berwarna hitam; dibelakang kepala
terdapat cincin kuning keemasan.
Akibat putusnya titik tumbuh apikal maka akan menurunkan
kualitas batang utama. Ujung batang utama yang mati akan keluar tunas-tunas
air/cabang-cabang baru.
10. Hama Kutu Putih
(Pseudococcus/mealybug)
Kutu putih/kutu sisik (famili Coccidae, ordo Homoptera) yang
pernah dilaporkan menyerang tanaman jati antara lain : Pseudococcus hispidus
dan Pseudococcus (crotonis) tayabanus.
Kutu ini mengisap cairan tanaman tumbuhan inang. Waktu serangan terjadi pada musim kering (kemarau). Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas yang lebih panjang. Telur-telurnya diletakkan menumpuk yang tertutup oleh tawas.
Kutu ini mengisap cairan tanaman tumbuhan inang. Waktu serangan terjadi pada musim kering (kemarau). Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas yang lebih panjang. Telur-telurnya diletakkan menumpuk yang tertutup oleh tawas.
Kerusakan pada tanaman jati muda dapat terjadi bilamana
populasi kutu tinggi. Kerusakan yang terjadi antara lain : daun mengeriting,
pucuk apikal tumbuh tidak normal (bengkok dan jarak antar ruas daun memendek).
Gangguan kutu ini akan menghilang pada musim penghujan.
Namun demikian kerusakan tanaman muda berupa bentuk-bentuk cacat tetap ada. Hal
tersebut tentunya sangat merugikan regenerasi tanaman yang berkualitas.
Kutu-kutu ini memiliki hubungan simbiosis dengan semut
(Formicidae), yaitu semut gramang (Plagiolepis [Anaplolepis] longipes) dan
semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) yang memindahkan kutu dari satu
tanaman ke tanaman lain.
11. Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid
Putih)
Kasus serangan hama kupu putih dalam skala luas pernah
terjadi pada tanaman jati muda di KPH Banyuwangi Selatan pada musim kemarau
tahun 2006. Serangga ini hinggap menempel di batang muda dan permukaan daun
bagian bawah. Jumlah individu serangga tiap pohon dapat mencapai puluhan sampai
ratusan individu.
Hasil identifikasi serangga, diketahui bahwa serangga yang
menyerang tanaman jati muda ini adalah dari kelompok peloncat tumbuhan
(planthopper) flatid warna putih (famili Flatidae, ordo Homoptera/Hemiptera).
Dari kenampakan serangga maka kupu putih yang menyerang jati ini sangat mirip
dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis-jenis serangga flatid
jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya.
Nilai kehadiran serangga kupu putih (flatid putih) ini
menjadi penting karena waktu serangan terjadi pada musim kemarau yang panjang.
Tanaman jati yang telah mengurangi tekanan lingkungan dengan menggugurkan daun
semakin meningkat tekanannya akibat cairan tubuhnya dihisap oleh serangga
flatid putih. Dengan demikian serangan serangga flatid putih ini dapat
meningkatkan resiko mati pucuk jati muda selama musim kemarau.
12. Hama Kumbang Bubuk Basah (Xyleborus
destruens Bldf.)
Xyleborus destruens atau kumbang bubuk basah atau kumbang
ambrosia menyebabkan kerusakan pada batang jati. Serangan kumbang ini pada
daerah-daerah dengan kelembaban tinggi. Pada daerah-daerah dengan curah hujan
lebih dari 2000 mm per tahun serangan hama ini dapat ditemukan sepanjang tahun.
Gejala serangan yang mudah dilihat yaitu kulit batang
berwarna coklat kehitaman, disebabkan adanya lendir yang bercampur kotoran X.
destruens. Bila lendir dan campuran kotoran sudah mengering warnanya menjadi
kehitam-hitaman.
Serangan hama ini tidak mematikan pohon atau mengganggu
pertumbuhan tetapi akibat saluran-saluran kecil melingkar-melingkar di dalam
batang jati maka menurunkan kualitas kayu.
13. Penyakit Layu Bakteri
Penyakit ini dapat menyerang tanaman jati di persemaian dan
juga jati muda di lapangan. Di lapangan diketahui pertama kali menyerang
tanaman jati pada tahun 1962 di Pati. Di persemaian, diketahui bahwa persemaian
Kucur di Ngawi (1996, 1998) dan persemaian Pongpoklandak, Cianjur (1999) pernah
terserang.
Kasus kerusakan jati muda akibat penyakit layu bakteri di
lapangan akhir-akhir ini mulai banyak yang muncul, seperti di Haur Geulis,
Indramayu (2005), Jember (2006), Pati Utara (2006 – 2008). Bahkan kasus
serangan penyakit layu bakteri di Pati Utara sudah sangat luas, menyerang
tanaman jati muda s.d. umur 5 tahun, dengan demikian memerlukan penanganan yang
serius.
14. Hama Inger-Inger (Neotermes tectonae)
Neotermes tectonae merupakan suatu golongan rayap tingkat
rendah. Koloni inger-inger tidak begitu banyak, hanya beberapa ratus sampai
beberapa ribu individu. Gejala kerusakan dapat dijumpai berupa pembengkakan
pada batang, kebanyakan pada ketinggian antara 5 – 10 m, namun juga ada pada 2
m atau sampai 20 m. Jumlah pembengkakan dalam satu batang bervariasi, mulai
satu sampai enam titik lokasi pembengkakan. Waktu mulai hama menyerang sampai
terlihat gejala memerlukan waktu 3-4 tahun, bahkan sampai 7 tahun.
Kasus serangan hama inger-inger di lapangan umumnya dijumpai terutama pada lokasi-lokasi tegakan yang memiliki kelembaban iklim mikro yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kerapatan tegakan yang terlalu tinggi. Penyebabnya adalah tidak dilakukannya ataupun terlambatnya kegiatan penjarangan, padahal kegiatan penjarangan merupakan bagian dari upaya silvikultur untuk menjaga kesehatan tegakan.
Kasus serangan hama inger-inger di lapangan umumnya dijumpai terutama pada lokasi-lokasi tegakan yang memiliki kelembaban iklim mikro yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kerapatan tegakan yang terlalu tinggi. Penyebabnya adalah tidak dilakukannya ataupun terlambatnya kegiatan penjarangan, padahal kegiatan penjarangan merupakan bagian dari upaya silvikultur untuk menjaga kesehatan tegakan.
Akibat serangan inger-inger ini adalah pada bagian yang
diserang kayunya sudah tidak bernilai sebagai kayu pertukangan dan harus
dikeluarkan dari hitungan perolehan massa kayu bahan pertukangan.
KESIMPULAN
Serangan hama dan penyakit jika tidak
dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain
dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas
standing stock yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan,
kualitas kayu, menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan
mempengaruhi pada kenampakan estetika hutan.
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan
sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang
tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus,
bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan
tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses
dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Pengendalian Hama Penyakit Tanaman, www.elqodar.multiply.com
Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. 2007.
Prosiding Hasil Penelitian dan Pengembangan. Puslitbang SDH Perhutani. Cepu
Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. 2008.
Seri Informasi Teknik Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Hutan (Jati, Pinus,
Kayu Putih, Sengon). Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. Cepu.
hama penyakit tanaman kakao di detiktani.blogspot.com/2013/07/hama-dan-penyakit-tanaman-kakao.html juga bisa dibaca-baca juga mas.
BalasHapus