Kamis, 26 September 2013

Teknik Pengendalian Gulma Pada Tanaman

gambar : Oleh rahmat Hidayat
Pengendalian gulma dari tanaman perlu dilakukan untuk menghindari persaingan antara Tanaman dan gulma dalam mengambil unsur hara, selain itu dengan bersihnya gulma di sekitar tanaman padi maka penyebaran hama penyakit sudah dibuat seminimum mungkin atau bahkan terputusnya medai penyebar hama penyakit. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan gulma yaitu ;
a. Penyiangan gulma dengan tangan
Umunya petani menyiang gulma dengan tangan (manual weeding) dengan atau tanpa alat bantu seperti kored, atau menginjak - injak gulma dengan kaki. Cara ini banyak membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan cukup membosankan. Padahal setelah padi ditanam, petani juga ingin santai tidak harus terus - menerus berpanas dan berlumpur di sawah. Aalagi petani muda lebih menyukai bekerja di pabrik, buruh bangunan, berdagang, dan usaha lainnya dengan hasil yang lebih pasti dengan resiko rendah. Waktu tanam serempak menyebabkan terjadinya peningkatkan tenaga kerja pada periode yang sama, sehingga terjadi persaingan dalam pemenuhan tenaga kerja. Karena tenaga kerja terbatas, atau karena hujan lebat datang terus - menerus, penyiangan sering tertunda.
Curahan tenaga kerja untuk penyiangan pertama dan kedua tergantung dari kepadatan gulma di petakan masing - masing, berkisar antara 25 - 35 masing - masing hari kerja dan 15 - 25 hari kerja. Sedangkan total curahan tenaga kerja dalam satu musim tanam berkisar antara 40 - 60 orang. Apabila upah kerja menyiang Rp. 15.000 per hari berarti selama satu musim tanaman diperlukan biaya penyiangan antara Rp. 600.000 sampai Rp. 900.000 per ha (Pane dan Noor, 1999).
Penyiangan dengan tangan memungkinkan gulma yang mempunyai kesamaan morfologi dengan padi akan tertinggal karena tidak tersiangi, misalnya gulma jahat timunan (Leptochloa chinesis). dan gulma jajagoan (E.crus-galli). Spesies gulma ini dianjurakan untuk disiangi dan bunganya dipotong dengan sabit supaya tidak berkembang biak.
Pencabutan rumpun - rumpun gulma dengan tangan, efektif untuk gulma - gulma semusim atau dua musim. Sebaliknya untuk gulma tahunan pencabutan dengan tangan mengakibatkan terpotongnya bagian tanaman (rhizoma, stolon, dan umbi akar) yang tertinggal di dalam tanah, sisa organ tumbuhan tersebut efektif sebagai sumber perbanyakan vegetatif untuk tambah lagi. Penyiangan dengan tangan menjadi sulit bila dilakukan pada spesies gulma yang daunnya dapat melukai anggota badan, seperti Leersia hexandra atau Scleria spp., atau gulma yang dapat menyebabkan iritasi, sperti Rottboellia exaltata.
b. Cara Mekanis

Penyiangan gulma secara mekanis bisa menggunakan gasrok, landak, atau alat penyiang bermesin atau alat yang ditarik dengan ternak, dan diterapkan apabila areal padi ditanam dalam barisan yang teratur dan lurus. Umumnya petani tidak mampu membeli alat penyiang tersebut karena harganya relatif mahal. Cara penyiangan mekanis membutuhkan waktu pengerjaan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara penyiangan dengan tangan. Penggunaan alat penyiang mekanis berisiko merugikan pertumbuhan tanaman, karena alat tersebut sering menimbulkan kerusakan mekanis pada akar maupun batang tananam padi, terutama kalau jarak tanam padi tidak teratur.
c. Herbisida
Pada lahan sawah irigasi di luar Pulau Jawa, tenaga penyiang langka dan mahal. Di Jawa Barat, khususnya kawasan irigasi Jatiluhur, karena waktu tanam padi serempak kebutuhan tenaga kerja langka bersaing. Demikian juga sawah yang ada di dekat dengan kota, tenaga kerja sangat terbatas. Tenaga muda cenderung bekerja di bangunan, pabrik, perkantoran, dan lain - lainnya. Oleh sebab itu, dewasa ini banyak petani yang menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma.
Hasil survei Tim SO Bimas dan Ditjen Tanaman Pangan (1982) menunjukkan bahwa petani di daerah Deli Serdang (Sumatera Utara), Musi Banyuasin (Sumatera Selatan). Sidrap (Sulawesi Selatan), dan Karawang dan Indramayu (Jawa Barat) masing - masing secara berturut - turut telah memakai herbisida sebesar 21 , 37,5 % 100% dan 17, 5 %. Jenis herbisida yang digunakan umumnya herbisida yang berbahan aktif 2,4 D. Pengamatan di lapangan di sepanjang persawahan pantai utara, didapatkan gejala pergeseran dominasi gulma, yaitu gulma berdaun lebar dan teki digantikan oleh gulma rumput dan teki yang tidak merupakan gulma yang bukan sasaran, atau ada gejala pembentukan spesies gulma biotipe baru yang resisten terhadap herbisida 2,4 D.
Kriteria penting dalam memilih herbisida yang baik adalah ; (1) daya bunuhnya terhadap gulma sasaran efektif, terutama selama periode kritis persaingan gulma, (2) mempunyai selektivitas tinggi terhadap tanaman pokok, (3) murah, aman terhadap lingkungan termasuk terhadap manusia dan hewan, dan persistensinya pendek sampai medium sehingga tidak merugikan tanaman pada pola tanam berikutnya, (4) tidak bersifat antagonis (bertentangan) bila dicampur dengan herbisida lain, dan (5) tahan terhadap perubahan kondisi cuaca dalam jangka waktu terbatas.
Penggunaan herbisida menimbulkan masalah baru. Petani cenderung membeli herbisida yang harganya murah, seperti 2,4 D. Hal tersebut menyebabkan tidak ada pergiliran pemakaian bahan aktif herbisida yang berbeda. Prinsip pergiliran tersebut perlu diperhatikan untuk mencegah dominasi dan peledakan spesies gulma tertentu, atau terjadinya resurjensi dan munculnya biotipe spesies gulma tertentu. Setiap herbisida mempunyai gulma sasaran, misalnya herbisida molinat hanya mampu mengendalikan gulma rumput, sedangkan herbisida fenoksi efektif mengendalikan gulma sasaran yaitu gulma berdaun lebar dan teki.
Jenis - jenis herbisida tersebut banyak dipasarkan di Indonesia dengan berbagai macam bahan aktif dan formulasi, seperti larut air/ bubuk larut air ; formulasi emulsi, pasta, cairan dapat alir, butiran maupun tepung. Cara aplikasinya pun berbeda - beda, ada yang disemprotakan, diteteskan atau ditaburkan. Waktu aplikasi juga bervariasi sebelum tanam (pratanam), pada tanaman utama telah ditanam tetapi gulma belum tumbuh (pratumbuh) atau sesudah gulma dan tanaman tumbuh (purnatumbuh).
Salah satu aturan yang harus diikuti sebelum herbisida diapliksi di lapangan ialah melakukan kalibrasi. Kalibrasi bertujuan untuk memeriksa apakah peralatan yang digunakan bekerja sempurna, sekaligus untuk menentukan kecepatan berjalan waktu menyemprot. Terlampau cepat berjalan , berarti jumlah herbisida yang keluar per satuan luar berkurang, akibatnya efikasi herbisida rendah. Terlampau lambat berjalan akan menyebabkan takaran herbisida yang disemprotkan per satuan luas melebihi dosis yang ditentukan, sehingga tanaman keracunan. Persisi kecepatan jalan harus sesuai ketentuan agar dosis yang diaplikasikan juga benar.
Faktor - faktor penting yang harus diperhatikan pada saat akan mengaplikasikan hebisida dilapangan ialah ;
o   Jenis herbisida yang akan dipakai sesuai dengan gulma sasaran.
o   Dosis pemeberian herbisida tepat dan sesuai dengan kalibrasi yang sudah dilakukan.
o   Waktu aplikasi tepat dan benar sesuia dengan pola aksi (mode of action) herbisida (pratanaman, pratumbuh, awal pascatumbuh, dan pascatumbuh);
o   Waktu menyemprot sebaiknya di pagi hari, pada saat angin belum bertiup kencang dan hujan tidak datang.
Gulma rumput adalah spesies gulma yang paling sult dikendalikan pada pertanaman padi, karena terjadinya selektiv herbisida yang sangat sempit di antara tanaman padi dan gulma rumput di mana kedua - duanya sama - sama famili Gramineae (Khodayati et.al., 1989 dan Carey III et. Al., 1992). Jenis herbisida yang efektif mengendalikan gulma rumput tanpa meracuni tanaman padi di antaranya ialah butaklor, oksadiason, oksifluorfen, pendimetalin, tiobenkarb, sietrin, molinate, propinal, klometoksinil, pretilaklor, dan kuinklorak. Daftar herbisida dengan spesies gulma sasaran dicantumkan dalam Lampiran 1. Daftar herbisida yang direkomendasikan untuk berbagai tanaman dapat dilihat dalam buku hijau yang diterbitkan oleh Komisi Pestisida.
Oleh : Dr. Ibrahim Saragih / Penyuluh Pertania
Sumber : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang, Padi Inovasi Teknologi Produksi, 2009, Jakarta.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjentan, Pedoman dan Diteksi Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan , 2007, Jakarta

Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Jl. Harsono RM No.3 Pasar Minggu Jakarta Selatan, Telp/Fax. 021-7804386


1 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya

    irhamabdulazis271.student.ipb.ac.id

    BalasHapus

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???