Jumat, 07 November 2014

Sejarah Desa Moro Kecamatan Gumbasa

 

Desa Simoro adalah salah satu desa dikecamatan Gumbasa yang secara historis sulit terpisahkan dari Desa Pakuli, sebab pada awalnya Desa Simoro adalah bagian dari pemerintahan Desa Pakuli yang pada tahun 1958-1963 Desa Simoro masih berstatus dusun di Desa Pakuli. Sejarah awal adanya Desa Simoro adalah pada tahun 1950 keadaan ketika itu masih hutan rimba yang belum ada pemukiman, datanglah satu keluarga dari Desa Lonca bernama Simbu yang hendak mengadakan perjalanan ke Desa Toaya, dalam perjalanan jauh mereka harus transit (singgah) di Desa Simoro karena menurut mereka tempat ini sangat tepat sebagai persinggahan untuk beristirahat ataupun bermalam. Karena profesi mereka yang sebagai petani maka Simbu mencoba bercocok tanam palawija (jagung, rica, sayur) di tempat ini dan alhasil apa yang ditanam sangat membuahkan hasil yang baik dan keluarga Simbu bertahan untuk tinggal di tempat itu, di situlah awal mula sejarah terbentuknya pola agroforestri.

Mendengar situasi yang bagus tersebut akhirnya banyak warga lain dari berbagai desa menetap di tempat itu.  Kemudian dengan kondisi warga yang semakin bertambah maka mereka membangun sebuah tempat ibadah gereja yang dalam dialeg kaili di sebut Gareja, sehingga secara spontan masyarakat menyebut tempat itu dengan kampong gareja.

Pada waktu malam hari terjadi peristiwa yang mengemparkan, terdengarnya tangisan bayi dari arah pohon beringin/nunu yang di yakini sebagai pohon keramat.  Hampir semalam suntuk suara tangisan itu terdengar dan semua warga di kampung itu mendengarnya. Akhirnya untuk menyikapi kejadian aneh tersebut beberapa tokoh masyarakat terinspirasi untuk menjadikan peristiwa tersebut menjadi nama wilayah yakni Simoro dengan penggalan kata : si yang berarti tempat dan moro yang berarti tangisan panjang seorang bayi sehingga bila di gabungkan menjadi SIMORO yang berarti tempat bayi menangis lama. Dan seiring waktu berjalan masyarakat semakin bertambah dan pembangunan pun terus terjadi seperti SD, sekolah Al-Khairat. sehingga pada tahun 1966 disepakati oleh beberapa tokoh masyarakat Pakuli untuk memekarkan wilayah Simoro menjadi suatu kampung yang definiti yang dipimpin oleh kepala kampung/kepala desa (Kantor Desa, 2006).

sumber : skripsi Amin 09 kht UNTAD


0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:

Posting Komentar

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???