Pengendalian
gulma dari tanaman perlu dilakukan untuk menghindari persaingan antara Tanaman
dan gulma dalam mengambil unsur hara, selain itu dengan bersihnya gulma di
sekitar tanaman padi maka penyebaran hama penyakit sudah dibuat seminimum
mungkin atau bahkan terputusnya medai penyebar hama penyakit. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan gulma yaitu ;
a.
Penyiangan gulma dengan tangan
Umunya
petani menyiang gulma dengan tangan (manual weeding) dengan atau tanpa alat
bantu seperti kored, atau menginjak - injak gulma dengan kaki. Cara ini
banyak membutuhkan waktu, biaya, tenaga, dan cukup membosankan. Padahal
setelah padi ditanam, petani juga ingin santai tidak harus terus - menerus
berpanas dan berlumpur di sawah. Aalagi petani muda lebih menyukai bekerja di
pabrik, buruh bangunan, berdagang, dan usaha lainnya dengan hasil yang lebih
pasti dengan resiko rendah. Waktu tanam serempak menyebabkan terjadinya
peningkatkan tenaga kerja pada periode yang sama, sehingga terjadi persaingan
dalam pemenuhan tenaga kerja. Karena tenaga kerja terbatas, atau karena hujan
lebat datang terus - menerus, penyiangan sering tertunda.
Curahan
tenaga kerja untuk penyiangan pertama dan kedua tergantung dari kepadatan
gulma di petakan masing - masing, berkisar antara 25 - 35 masing - masing
hari kerja dan 15 - 25 hari kerja. Sedangkan total curahan tenaga kerja dalam
satu musim tanam berkisar antara 40 - 60 orang. Apabila upah kerja menyiang
Rp. 15.000 per hari berarti selama satu musim tanaman diperlukan biaya
penyiangan antara Rp. 600.000 sampai Rp. 900.000 per ha (Pane dan Noor,
1999).
Penyiangan
dengan tangan memungkinkan gulma yang mempunyai kesamaan morfologi dengan padi
akan tertinggal karena tidak tersiangi, misalnya gulma jahat timunan
(Leptochloa chinesis). dan gulma jajagoan (E.crus-galli). Spesies gulma ini
dianjurakan untuk disiangi dan bunganya dipotong dengan sabit supaya tidak
berkembang biak.
Pencabutan
rumpun - rumpun gulma dengan tangan, efektif untuk gulma - gulma semusim atau
dua musim. Sebaliknya untuk gulma tahunan pencabutan dengan tangan
mengakibatkan terpotongnya bagian tanaman (rhizoma, stolon, dan umbi akar)
yang tertinggal di dalam tanah, sisa organ tumbuhan tersebut efektif sebagai
sumber perbanyakan vegetatif untuk tambah lagi. Penyiangan dengan tangan
menjadi sulit bila dilakukan pada spesies gulma yang daunnya dapat melukai
anggota badan, seperti Leersia hexandra atau Scleria spp., atau gulma yang
dapat menyebabkan iritasi, sperti Rottboellia exaltata.
b.
Cara Mekanis
Penyiangan gulma secara mekanis bisa menggunakan gasrok, landak, atau alat
penyiang bermesin atau alat yang ditarik dengan ternak, dan diterapkan
apabila areal padi ditanam dalam barisan yang teratur dan lurus. Umumnya
petani tidak mampu membeli alat penyiang tersebut karena harganya relatif
mahal. Cara penyiangan mekanis membutuhkan waktu pengerjaan yang relatif
lebih cepat dibandingkan dengan cara penyiangan dengan tangan. Penggunaan
alat penyiang mekanis berisiko merugikan pertumbuhan tanaman, karena alat
tersebut sering menimbulkan kerusakan mekanis pada akar maupun batang tananam
padi, terutama kalau jarak tanam padi tidak teratur.
c. Herbisida
Pada
lahan sawah irigasi di luar Pulau Jawa, tenaga penyiang langka dan mahal. Di
Jawa Barat, khususnya kawasan irigasi Jatiluhur, karena waktu tanam padi
serempak kebutuhan tenaga kerja langka bersaing. Demikian juga sawah yang ada
di dekat dengan kota, tenaga kerja sangat terbatas. Tenaga muda cenderung
bekerja di bangunan, pabrik, perkantoran, dan lain - lainnya. Oleh sebab itu,
dewasa ini banyak petani yang menggunakan herbisida untuk mengendalikan
gulma.
Hasil
survei Tim SO Bimas dan Ditjen Tanaman Pangan (1982) menunjukkan bahwa petani
di daerah Deli Serdang (Sumatera Utara), Musi Banyuasin (Sumatera Selatan).
Sidrap (Sulawesi Selatan), dan Karawang dan Indramayu (Jawa Barat) masing -
masing secara berturut - turut telah memakai herbisida sebesar 21 , 37,5 %
100% dan 17, 5 %. Jenis herbisida yang digunakan umumnya herbisida yang
berbahan aktif 2,4 D. Pengamatan di lapangan di sepanjang persawahan pantai
utara, didapatkan gejala pergeseran dominasi gulma, yaitu gulma berdaun lebar
dan teki digantikan oleh gulma rumput dan teki yang tidak merupakan gulma
yang bukan sasaran, atau ada gejala pembentukan spesies gulma biotipe baru
yang resisten terhadap herbisida 2,4 D.
Kriteria
penting dalam memilih herbisida yang baik adalah ; (1) daya bunuhnya terhadap
gulma sasaran efektif, terutama selama periode kritis persaingan gulma, (2)
mempunyai selektivitas tinggi terhadap tanaman pokok, (3) murah, aman
terhadap lingkungan termasuk terhadap manusia dan hewan, dan persistensinya
pendek sampai medium sehingga tidak merugikan tanaman pada pola tanam
berikutnya, (4) tidak bersifat antagonis (bertentangan) bila dicampur dengan
herbisida lain, dan (5) tahan terhadap perubahan kondisi cuaca dalam jangka
waktu terbatas.
Penggunaan
herbisida menimbulkan masalah baru. Petani cenderung membeli herbisida yang
harganya murah, seperti 2,4 D. Hal tersebut menyebabkan tidak ada pergiliran
pemakaian bahan aktif herbisida yang berbeda. Prinsip pergiliran tersebut
perlu diperhatikan untuk mencegah dominasi dan peledakan spesies gulma
tertentu, atau terjadinya resurjensi dan munculnya biotipe spesies gulma
tertentu. Setiap herbisida mempunyai gulma sasaran, misalnya herbisida
molinat hanya mampu mengendalikan gulma rumput, sedangkan herbisida fenoksi
efektif mengendalikan gulma sasaran yaitu gulma berdaun lebar dan teki.
Jenis
- jenis herbisida tersebut banyak dipasarkan di Indonesia dengan berbagai
macam bahan aktif dan formulasi, seperti larut air/ bubuk larut air ;
formulasi emulsi, pasta, cairan dapat alir, butiran maupun tepung. Cara
aplikasinya pun berbeda - beda, ada yang disemprotakan, diteteskan atau
ditaburkan. Waktu aplikasi juga bervariasi sebelum tanam (pratanam), pada
tanaman utama telah ditanam tetapi gulma belum tumbuh (pratumbuh) atau
sesudah gulma dan tanaman tumbuh (purnatumbuh).
Salah
satu aturan yang harus diikuti sebelum herbisida diapliksi di lapangan ialah
melakukan kalibrasi. Kalibrasi bertujuan untuk memeriksa apakah peralatan
yang digunakan bekerja sempurna, sekaligus untuk menentukan kecepatan
berjalan waktu menyemprot. Terlampau cepat berjalan , berarti jumlah
herbisida yang keluar per satuan luar berkurang, akibatnya efikasi herbisida
rendah. Terlampau lambat berjalan akan menyebabkan takaran herbisida yang
disemprotkan per satuan luas melebihi dosis yang ditentukan, sehingga tanaman
keracunan. Persisi kecepatan jalan harus sesuai ketentuan agar dosis yang
diaplikasikan juga benar.
Faktor
- faktor penting yang harus diperhatikan pada saat akan mengaplikasikan
hebisida dilapangan ialah ;
o
Jenis herbisida yang akan dipakai
sesuai dengan gulma sasaran.
o
Dosis pemeberian herbisida tepat
dan sesuai dengan kalibrasi yang sudah dilakukan.
o
Waktu aplikasi tepat dan benar
sesuia dengan pola aksi (mode of action) herbisida (pratanaman, pratumbuh,
awal pascatumbuh, dan pascatumbuh);
o
Waktu menyemprot sebaiknya di pagi
hari, pada saat angin belum bertiup kencang dan hujan tidak datang.
Gulma
rumput adalah spesies gulma yang paling sult dikendalikan pada pertanaman
padi, karena terjadinya selektiv herbisida yang sangat sempit di antara tanaman
padi dan gulma rumput di mana kedua - duanya sama - sama famili Gramineae
(Khodayati et.al., 1989 dan Carey III et. Al., 1992). Jenis herbisida yang
efektif mengendalikan gulma rumput tanpa meracuni tanaman padi di antaranya
ialah butaklor, oksadiason, oksifluorfen, pendimetalin, tiobenkarb, sietrin,
molinate, propinal, klometoksinil, pretilaklor, dan kuinklorak. Daftar
herbisida dengan spesies gulma sasaran dicantumkan dalam Lampiran 1. Daftar
herbisida yang direkomendasikan untuk berbagai tanaman dapat dilihat dalam
buku hijau yang diterbitkan oleh Komisi Pestisida.
Oleh
: Dr. Ibrahim Saragih / Penyuluh Pertania
Sumber
: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang, Padi Inovasi Teknologi
Produksi, 2009, Jakarta.
Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjentan, Pedoman dan Diteksi Serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan , 2007, Jakarta
|
|