Metode penyuluhan kehutanan erat
kaitannya dengan metode belajar oranag dewasa (andragogy). Penyuluh, yang
menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu
berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para masyarakat
menengah kebawah. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan,
maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang
dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan,
pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus
dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat
penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan
penyuluhan yang telah ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins
(1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik
penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan
situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan
dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan
menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang
ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode
berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.
Tujuan Pemilihan Metode
Penyuluhan kehutanan
Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar mengajar
seseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal inI
dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya memperoleh
hasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera
peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan 83% melalui
indera penglihat.
Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu prosesuntuk mengambil
suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman
mental fisikologis sebagai berikut:
1)
Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yangditawarkan
oleh penyuluh
2)
Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginanuntuk
bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatuyang
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3)
Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi
yangtelah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4)
Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala keciluntuk
lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yanglebih luas.
5)
Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan berdasarkanpenilaian dan
uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.
Jadi tujuan pemilihan metode
penyuluhan adalah:
1)
agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yangtepat dan berhasil guna,
2)
agar kegiatan penyuluhan kehutanan yang dilaksanakanuntuk menimbulkan perubahan
yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku yang dapat berdayaguna dan
berhasilguna.
Penggolongan metode Penyuluhan
Pada prinsipnya metoda penyuluhan
dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam pendekatannya:
A. Penggolongan dari Segi
Komunikasi
Metoda penyuluhan dapat
digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1.
Metoda-metoda yang langsung (direct Communication/face to face Communication)
dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya:
obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam
penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
2.
Metoda-metoda yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh
tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam
menyampaikan pesannya melalui perantara (media).
B. Penggolongan berdasarkan
indera penerima
Adapun penggolongan metode
berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1.
Metode yang dilaksanakan dengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima
melalui indra penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan
pemutaran slide.
2.
Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran kehutanan
melalui radio dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.
3.
Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra
secara kombinasi. Misalnya:
1.
Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)
2.
Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)
3.
Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)
C. Penggolongan Berdasarkan
Pendekatan Kepada Sasaran
a) Metode
berdasarkan pendekatan perorangan
Dalam metode ini, penyuluh
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara
perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut
Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus
dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai,
metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi
dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih
tepat digunakan dalam mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun
pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.
Menurut Van den Ban dan Hawkins
(1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan
intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya,
maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang
membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan
secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara
perorangan.Contohnya :
a.
Kunjungan ke rumah masyarakat, ataupun petani berkunjung kerumah penyuluh dan
kekantor.
b.
Surat menyurat secara perorangan.
c.
Demonstrasi pilot.
d.
Belajar perorangan, belajar praktek.
e.
Hubungan telepon
b) Metode
berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode pendekatan kelompok,
penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode
pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra
(Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan
diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif
atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat
diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar
pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang
bersangkutan.
Metode kelompok pada umumnya
berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena
memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan
bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para
anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran Contohya
:
a. pertemuan
(contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.
b. Perlombaan.
c. Demonstrtasi
cara/hasil.
d. Kursus tani.
e.
Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
f.
Karyawisata.
g. Hari
lapangan petani (farm field day).
Ciri khusus metode kelompok :
a. Menjangkau lebih banyak
sasaran
b. Penyatuan pengalaman petani
c. Memperkuat pembentukan sikap
petani
d. Pertemuan dapat diulang
e. Keterlibatan petani bisa lebih
aktif
c) Metode
berdasarkan pendekatan massal
Metode pendekatan massal
atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau
sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian
informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan
kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan
penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa
sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins,
1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum,
siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster,
surat kabar, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak
langsung kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.
Contohya :
a. Rapat
(pertemuan umum)
b. Siaran
pedesaan melalui Radio/TV
c. Pemuatan
film/slide
d. Penyebaran
bahan tulisan : (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebgainya)
e. Pemasangan
Foster dan Spanduk
f.
Pertunjukan Kesenian
Beragamnya metode penyuluhan
bukan berarti kita harus memilih yang paling baik dari sekian metode yang ada,
tetapi bagaimana metode tersebut cocok atau sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam penyuluhan. Berikut ini beberapa keuntungan dan kerugian dari
ketiga metode tersebut (Setiana, 2005), yakni:
Tabel 2. Keuntungan dan kerugian
metode penyuluhan perorangan, kelompok dan massal
Metode
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Penyuluhan perorangan
|
Waktu lebih efisien
Adanya persiapan yang mantap
|
Komunikasi tersamar
Sifatnya lebih formal
Pengaruhnya relatif sukar
Relatif lebih mudah diukur mengorganisasikan
|
Penyuluhan kelompok
|
Relatif lebih efisien.
Komunikator tidak tersamar
|
Masalah pengorganisasian
Pendekatan aktifitas pembentukan kelompok
bersama
Kesulitan dalam
pengorganisasian aktivitas diskusi
Memerlukan pembinaan calon pimpinan
kelompok yang cakap dan dinamis
|
Penyuluhan massal
|
Tidak terlalu resmi, pertanian
massal
Penuh kepercayaan
Langsung dapat dirasakan
|
Memakan waktu lebih banyak
Biaya lebih besar
Bersifat kurang efisien
pengaruhnya
|
D. Metode Penyuluhan lainnya
a)
Metode Partisipatif
Metode penyuluhan kehutanan
partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu
rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang
sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal
ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26
ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan
pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".
Hal-hal yang berkaitan dengan
penyusunan PRA antara lain penyuluhan kehutanan, metode, dan teknik penyuluhan
seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan
individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke
atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada masyarakat agar dapat
mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji
desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan,
termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan metode
penyuluhan kehutanan partisipatif, para penyuluh kahutanan akan termotivasi
untuk menggali keberadaan sumber informasi kehutanan setempat yang mudah
diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan
mendorong inisiatif positif para penyuluh kehutanan, melalui pendekatan
partisipatif untuk mendapatkan solusi permasalahan kehutanan di lapangan.
b)
Metode penyuluhan berbasis ICT
Kementerian kehutanan melalui
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM kehutanan pada tahun 2010 melakukan model
penyuluhan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui cyber extension.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa cyber extension merupakan sistem informasi
penyuluhan kehutanan melalui media internet (berbasis TIK) yang dibangun untuk
mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi kehutanan bagi penyuluh
dalam memfasilitasi proses pembelajaran pelaku usaha.
Perkembangan TIK seperti komputer
dan teknologi komunikasi, khususnya internet dapat digunakan untuk menjembatani
informasi dan pengetahuan yang tersebar di antara yang menguasai informasi dan
yang tidak. Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan
akses terhadap peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi
layanan pemerintah, memperbesar partisipasi secara langsung dari
”used-to-be-silent-public” (masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam
proses demokrasi, meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar
pemberdayaan masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok yang semula
tidak bersuara (perempuan) dan kelompok yang mudah diserang, menciptakan
jaringan dan peluang pendapatan untuk wanita, akses terhadap informasi
pengobatan untuk masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga
kerja (Servaes 2007).
Leeuwis (2004) menyatakan bahwa
pesan dan teknologi (inovasi) kehutanan yang dipromosikan oleh agen
penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak mencukupi. Hal ini memberikan
implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada masyarakat dan agen
penyuluh sangat terbatas karena beberapa faktor, di antaranya adalah: staf
universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti yang terlibat, politisi,
pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang memainkan peranan dalam
proses promosi inovasi kehutanan tersebut. Konsekuensinya,
inovasi yang terpadu hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor,
yang dapat mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk
memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu
dilakukan upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan
informasi kehutanan.