Puncak Matantimali yang
sebetulnya lebih cocok disebut gunung ini, memiliki ketinggian sekitar 1.500
meter dari permukaan laut (MDPL). Untuk mencapai puncaknya kita hanya perlu
mengikuti jalan yang berbatu-batu, pinggiran curam, dan melewati sejumlah desa di
Kecamatan Marawola Barat atau jalan utama menuju Kecamatan Pinembani, Kabupaten
Donggala.
Akses jalan ke lokasi yang
sering digunakan untuk tempat berlibur itu dapat dilalui dengan roda dua dan
roda empat. Namun saat saya berkunjung ke lokasi itu , akses jalan masih cukup
bagus untuk sebuah jalan diarea pegunungan. Untuk kendaraan roda empat hanya
dapat memasuki persimpangan jalan Desa Matantimali.
Mendaki puncak Matantimali
pun termasuk pendakian singkat, karena tak lebih dari 30 menit, kita sudah bisa
sampai di puncaknya.
Walau tak begitu tinggi,
Puncak Matantimali mempunyai pesona sendiri. Disini adalah tempat yang cocok
untuk mengenal kota yang dikenal 5 dimensi ( Laut, darat, gunung, sungai dan
lembah) ini. Diwilayah ini kita bagai berada di menara, di puncak Matantimali
kita bisa melepas pandang dengan bebas ke segala arah. Sedikit mengarah ke
Utara kita melihat Kota Palu dengan bangunan yang cukup padat, sesekali juga
dapat melihat pesawat terbang dengan cara menunduk. Teluk Palu yang sempurna
pun masih terlihat begitu cantik. Kemudian sebagian wilayah Pantai barat
Kabupaten Donggala pun tak luput dari pandangan diatas gunung ini.
Dan dibagian Timur kita melihat Kabupaten Sigi secara utuh. Ada sungai raksasa ( sungai Palu) yang terlihat bak sebuah ular besar berwarna kecokelatan. Inilah yang senantiasa membuat warga Kota Palu waspada karena potensi banjir yang dimilikinya.
Dan dibagian Timur kita melihat Kabupaten Sigi secara utuh. Ada sungai raksasa ( sungai Palu) yang terlihat bak sebuah ular besar berwarna kecokelatan. Inilah yang senantiasa membuat warga Kota Palu waspada karena potensi banjir yang dimilikinya.
Puncak Matantimali
sesungguhnya merupakan salah satu bagian dari punggungan memanjang yang
berhadapan langsung dengan Gunung Gawalise. Dipuncak ini, kita akan menemukan
tower yang konon di gunakan oleh TNI untuk berkomunikasi pada zaman penjajahan
dulu.
” Katanya masih berfungsi,
itulah alasan mengapa di puncaknya terpasang tower untuk para TNI saling
berkomunikasi. Disini, kami selalu diminta untuk menjaganya. ” kata seorang
warga yang ingin memantau wisatawan yang berkunjung di Puncak Matantimali.
Bukan hanya suguhan Kota
Yang indah ini ditawarkan, 3 km sebelum puncak ini, kita juga ditawarkan aroma
pedesaan yang bangunannya masih menggunakan rotan. Ini adalah Desa Matantimali
dan Desa Wayu, disinilah sebagian suku asli Kaili da’a bermukim dan mencari
hidup sendiri.
Warganya begitu ramah,
senyum khas dengan kulit sawo matang ini begitu menambah pesona Menuju puncak
Matantimali.
BAGAIMANA CARA KE PUNCAK MATANTIMALI ?
Secara detail, tak sulit
mencari lokasi puncak Matantimali dari Kota Palu. Dari Bandara Mutiara Sis
Aljufri Palu, naiklah angkot menuju Desa Marawola. Angkot akan membawa kita
melintasi 12 kilometer jalan yang cukup baik. Perjalanan dengan ongkos Rp 5
ribu-Rp 10 ribu ini akan berakhir di lapangan Marawola. Dari sini kita akan
melanjutkan perjalanan dengan menumpangi ojek ke Desa Porame. Di desa ini sudah
tampak puncak tersebut.
Banyak pilihan untuk
menuntaskan perjalanan dari Desa Porame menuju Desa Matantimali atau puncak
Matantimali berikutnya. Bisa dengan menumpang mobil bak terbuka, yang berarti
harus rela menunggu berjam – jam karena mobil jarang melintas. Jika ingin
cepat, ojek bisa menjadi pilihan dengan risiko ongkos lebih mahal, anatara Rp
50 ribu – Rp 75 ribu.
Kecuali ojek, angkutan umum hanya akan
membawa kita hingga Desa Porame atau tepat di pemandian uwera.
Maka, untuk meneruskan perjalanan berikutnya,
tak ada pilihan selain menaiki ojek. Jalan yang berkerikil akan mengantarkan
kita sampai ke puncak. Karena tubuh Puncak ini telah terlihat dengan jelas,
bayangan bagaimana rasa berada di puncaknya mungkin akan membuat perjalanan itu
terasa lebih cepat. Mau menimatinya, ayo berkunjung ke Puncak Matantimali.