Pohon aren merupakan jenis tumbuhan yang banyak hidup di bumi
Indonesia. Awalnya, pohon aren ini merupakan tumbuhan yang tergolong
tumbuhan hutan dan tidak dibudidayakan. Namun, karena fungsi dan
manfaatnya yang besar, pohon ini mulai dijadikan tanaman budidaya di
Indonesia. Dalam Bahasa Sunda, pohon aren disebut tangkal kawung, dalam
bahasa Latin disebut Arengga pinnata (Wurmb) Merill atau sinonimnya
Arenga saccarifera Labill, famili Arecaceae, bakjuk (Aceh), Onau
(Toraja, Sulawesi), Anau atau Neluluk atau anggong (Jawa), Mana atau
Nawa-nawa (Ambon, Maluku), dan Hanau (Dayak, Kalimantan). Aren merupakan
tumbuhan multiguna, memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Pohon penghasil cairan manis ini juga memiliki fungsi dan peranan
penting secara ekologis, ekonomi, sosial dan budaya, khususnya dalam
kehidupan Urang Sunda.Pohon aren sudah dikenal
sejak lama oleh masyarakat Indonesia, khusunya petani pedesaan Tatar
Sunda. Pohon ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
500mdpl-800mdpl. Pohon ini tidak membutuhkan tanah yang terlalu subur,
dapat hidup di semua kondisi tanah (tanah liat, tanah berkapur dan tanah
berpasir). Curah hujan yang ideal untuk pohon aren sekitar
1200mm/tahun, kedalaman air tanah 1-3 m, suhu rata-rata 25*C beriklim
sedang sampai basah, tetapi tidak tahan pada daerah yang kadar asamnya
tinggi. Karena itu, umumnya pohon aren bisa tumbuh di hampir setiap
daerah di Indonesia.
Fungsi Ekologi, Sosial, Ekonomi dan Budaya
Pohon aren merupakan salah satu tumbuhan penyeimbang ekosistem dan
ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara ekologis adalah
sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut pohon
aren sangat kokoh, dalam, dan tersebar sehingga memiliki fungsi penting
bagi penahan erosi tanah. Selain itu, akar aren juga memiliki kemampuan
mengikat air, sehingga pohon aren bisa ditanam di daerah yang relatif
kering dan tidak perlu perawatan intensif. Ini juga membantu kelestarian
lingkungan hidup terutama untuk penghijauan pada daerah lereng
pegunungan dan sungai-sungai Sayangnya, budidaya aren di pedesaan Tatar
Sunda saat ini kurang maksimal. Penyebabnya mungkin karena pada umumnya
pohon-pohon aren yang tumbuh dan tersebar di kebun, huma dan talun
(ladang) lebih utama dikembangbiakkan secara alami oleh careuh (musang).
Semakin banyak musang yang mati karena diburu, maka semakin menurun
pula populasi pertumbuhan pohon aren.
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk Tatar Sunda, tumbuhan aren
memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya sebagai
bahan upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan
rumah tangga, sumber bahan pangan, serta pakan ternak. Di beberapa
daerah di Tatar Sunda yang masih memegang teguh tradisi leluhur, aren
merupakan salah satu bahan untuk upacara adat. Pelepah dan daun aren
biasa digunakan untuk sawen pada tanam padi, penutup bibit tanaman padi
yang baru tumbuh di persemaian, serta ngalaksa dan nyalin seusai panen
padi. Selain itu, pelepah aren juga dijadikan bahan permainan anak-anak
lolorian (semacam perosotan) dan lain-lain.
Secara ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai sumber pendapatan bagi
sebagian masyarakat, misalnya bagi para pengolah nira dan gula aren. Nira aren dapat dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula
kawung). Saguer, atau nira dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi
etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan
minyak tanah, gas elpiji, dan bensin. Di kemudian hari mungkin nira bisa
menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm sugar) juga
tak kalah manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya
bagus, bisa dijual Rp 1.500,00 – 3.000,00. apalagi jika pasokan gula
sedang menurun, harganya pasti cukup melambung. Satu bonjor (terdiri
dari beberapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang
yang sudah kering) bisa mencapai harga hingga Rp 100.000-an.
Penghasilan yang lumayan berarti untuk masyarakat pedesaan. Di samping
nira dan gula aren, parutan batang aren yang berbentuk halus
dan biasanya dicampur dengan dedak gabah dan bekatul juga dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Tepung (aci) batang pohon aren yang sudah cukup tua dapat dibuat bahan beragam makanan kue tradisional. Buah aren
yang sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling)
yang menjadi makanan khas di bulan Ramadlan. Meskipun harganya tidak
sebagus harga gula aren dan cenderung musiman, produksi cangkaleng dan
aci kawung lumayan menguntungkan. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia
seperti Temanggung, aci dan gula menjadi salah satu produk andalan bagi
perekonomian masyarakat.
Daun aren yang masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat
pedesaan untuk bahan rokok linting yang diisi tembakau dan daun tuanya
untuk bahan atap rumah. Ijuknya juga dapat digunakan untuk atap
rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang bertelur
ikan di kolam. Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk pedesaan
yang beratapkan daun dan ijuk aren. Pemanfaatan ijuk sebagai atap masih
terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di
objek wisata. Batang aren biasa digunakan sebagai saluran air (talang), titian (cukang), tongkat serta coet (cobek) ruyung. Selain itu, lidi dari tulang daun aren bisa dibuat sapu lidi seperti lidi daun kelapa, hanya lebih keras dan tidak mudah patah.
Khasiat pohon aren untuk perawatan kecantikan dan kesehatan
Kita mungkin sering terlupa dengan keberadaan berjuta tumbuhan tropis
sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk hajat hidup manusia. Salah
satunya ialah kemanfaatan pohon aren dalam menjaga kesehatan dan
perawatan kulit. Nira aren dapat dijadikan bahan obat-obatan
tradisional, misalnya untuk haid yang tidak teratur, sembelit, sariawan,
radang paru-paru, disentri, kepala pusing, dan untuk memulihkan
keletihan. Gula aren (palm sugar) juga berkhasiat untuk
menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh karena memiliki kandungan
kalori dan serat yang tinggi, sehingga baik untuk pencernaan.
Berdasarkan penelitian, cuka dari tuak aren juga biasa
dijadikan bahan ramuan biopestisida pembasmi serangga hama di
huma/ladang (Iskandar dan Iskandar: 2005). Selain itu, akar muda pohon aren biasa digunakan untuk obat kencing batu ginjal, dan akar tuanya untuk bahan obat sakit gigi.
Berkaca kepada tradisi perawatan masa lampau tidak ada salahnya, toch
banyak manfaat yang bisa didapat. Kondisi cuaca sering tak bersahabat
dengan kulit dan ketahanan tubuh kita merupakani salah satu faktor yang
patut kita antisipasi meskipun dengan cara dan bahan tradisional yang
terlihat sederhana. Tangkai daun atau pelepah aren yang dibakar
(sarerang kawung) biasa digunakan untuk bahan kosmetik tradisional,
yaitu untuk menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat, mengobati
penyakit cacar, dan luka bakar. Hasil pembakaran pelepah aren berupa abu
berwarna keputih-putihan itulah yang dinamakan sarerang kawung. Biasa
digunakan sebagai pupur (bedak). Para wanita Sunda zaman dulu konon
menggunakan sarerang kawung sebagai bedak sehari-hari agar kulitnya
tetap halus dan bercahaya. Untuk penyakit cacar atau jerawat, bisa
menggunakan sarerang kawung sebagai bedak setiap menjelang tidur atau
pagi hari. Insya Allah, selain menghilangkan rasa gatal juga bisa
menipiskan noda/flek dan menghaluskan kulit.
Pohon penghasil air manis ini ternyata multiguna, dari akar hingga
buahnya memberikan manfaat yang beragam bagi kehidupan manusia. Satu hal
yang patut diperhatikan ialah kelestariannya karena hingga saat ini
masih sulit dilakukan pembudidayaan, terutama di daerah pedesaan.
Keberadaan dan kelangsungan hidup para musanglah yang membuat pohon aren
ini masih ada di beberapa tempat. Semoga pembudidayaan yang sedang
digalakkan menjadi cara efektif untuk kelangsungan hidup pohon serbaguna
ini.
(Nia Hidayati ) sumber: cetak.kompas.com dalam artikel Johan Iskandar : Kolang-Kaling Sajian Buka Puasa
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???