Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sering
disebut sebagai Kerbau kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi
pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Spesies
bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut sebagai
Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines. Anoa yang menjadi
fauna identitas provinsi Sulawesi tenggara ini lebih sulit ditemukan
dibandingkan anoa pegunungan.
Anoa dataran Rendah |
Anoa dataran rendah mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih gemuk dibandingkan saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi).
Panjang tubuhnya sekitar 150 cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk
anoa dataran rendah panjangnya 40 cm. Sedangkan berat tubuh anoa dataran
rendah mencapai 300 kg.
Anoa dataran rendah dapat hidup hingga
mencapai usia 30 tahun yang matang secara seksual pada umur 2-3 tahun.
Anoa betina melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan. Masa
kehamilannya sendiri sekitar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti
induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10
bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak
anoa yang berbeda usia.
Anoa dataran rendah hidup dihabitat mulai
dari hutan pantai sampai dengan hutan dataran tinggi dengan ketinggian
1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan ditepi sungai atau danau mengingat
satwa langka yang dilindungi ini selain membutuhkan air untuk minum
juga gemar berendam ketika sinar matahari menyengat.
Anoa pegunungan |
Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) sering
disebut juga sebagai Mountain Anoa, Anoa de montagne, Anoa de Quarle,
Berganoa, dan Anoa de montaña. Dalam bahasa latin anoa pegunungan
disebut Bubalus quarlesi.
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh
yang lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Panjang tubuhnya
sekitar 122-153 cm dengan tinggi sekitar 75 cm. Panjang tanduk anoa
pegunungan sekitar 27 cm dengan berat tubuh dewasa sekitar 150 kg. Anoa
pegunungan berusia antara 20-25 tahun yang matang secara seksual saat
berusia 2-3 tahun. Seperti anoa dataran rendah, anoa ini hanya
melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan yang berkisar 9-10
bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun
telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk
terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.
Anoa pegunungan berhabitat di hutan
dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3000 mdpl meskipun terkadang
anoa jenis ini terlihat turun ke pantai untuk mencari garam mineral yang
diperlukan dalam proses metabolismenya.
Anoa pegunungan cenderung lebih aktif
pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Anoa sering
berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu menjorok, dan dalam
ruang di bawah akar pohon atau berkubang di lumpur dan kolam. Tanduk
anoa digunakan untuk menyibak semak-semak atau menggali tanah Benjolan
permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi, sedangkan
pada saat perkelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan
dalam upaya untuk melukai lawan. Ketika bersemangat, anoa pegunungan
mengeluarkan suara “moo”.
Populasi dan Konservasi Anoa. Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis)
yang menjadi maskot provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat
lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Redlist memasukkan kedua jenis
anoa ini dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah).
Selain itu CITES juga memasukkan kedua
satwa langka ini dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjual
belikan. Pemerintah Indonesia juga memasukkan anoa sebagai salah satu
satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Beberapa daerah yang masih terdapat satwa
langka yang dilindungi ini antaranya adalah Cagar Alam Gunung
Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan TN Rawa Aopa Watumohai
(beberapa pihak menduga sudah punah).
Anoa sebenarnya tida mempunyai musuh
(predator) alami. Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih
disebabkan oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan
pemukiman) dan perburuan yang dilakukan manusia untuk mengambil daging,
kulit, dan tanduknya.
Pada tahun 2000, masyarakat Kabupaten
Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA pernah mencoba untuk
membuka penangkaran anoa. Tetapi usaha ini akhirnya gagal lantaran
perilaku anoa yang cenderung tertutup dan mudah merasa terganggu oleh
kehadiran manusia sehingga dari beberapa spesies yang ditangkarkan tidak
satupun yang berhasil dikawinkan.
Tahun 2010 ini, Taman Nasional Lore-Lindu
akan mencoba melakukan penangkaran satwa langka yang dilindungi ini.
Semoga niat baik ini dapat terlaksana sehingga anoa datarn rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dapat lestari dan menjadi kebanggan seluruh bangsa Indonesia seperti halnya Panser Anoa buatan Pindad.
Sumber: http://galeriwisata.wordpress.com/wisata-sulawesi/wisata-sulawesi-tengah/info-wisata-sulawesi-tengah/flora-fauna-sulawesi-tengah/
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???