Faktor-faktor
fisik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah suhu, cahaya,
hujan, kelembapan udara dan angin. Faktor-faktor fisik tersebut bersama-sama
membentuk cuaca (dalam waktu pendek) atau suatu iklim (dalam jangka waktu
panjang) yang dapat menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga.
1)
Suhu
Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu
masing-masing dimana ia dapat hidup, dan pada umumnya jangkauan suhu yang
efektif adalah suhu minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk
kehidupannya. Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami kematian.
Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu tertentu
aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang (menurun) pada suhu yang lain
(Ross, et al., 1982; Krebs, 1985).
Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum
dan 45ºC (suhu maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk
melahirkan keturunan akan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur
akan sedikit (Natawigena, 1990).
2). Cahaya
Cahaya
adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya
hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang
memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna,
misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya
mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya
terhadap warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau
tertentu (Natawigena, 1990).
3). Hujan
Curah hujan merupakan
pemicu perkembangan eksternal dan berguna untuk merangsang keluarnya kasta
reproduksi dari sarang. Serangga tidak keluar jika curah hujan rendah. Curah
hujan yang terlalu tinggi juga dapat menurunkan aktivitas serangga. Curah hujan
umumnya memberikan pengaruh fisik secara langsung pada kehidupan koloni
serangga.
4). Angin
Angin
dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan
badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari
tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun
yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer
(Natawigena, 1990). Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga kecil
mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang demikian dapat
terbawa sejauh mungkin oleh gerakan angin.
5). Kelembaban udara
Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung
atau tidak langsung. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai
cara tersendiri untuk mengenfisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali
air yang terdapat pada feces yang akan dibuang dan menggunakan kembali air
metabolik tersebut, contohnya serangga rayap. Oleh karena itu kelembaban harus
dilihat sebagai keadaan lingkungan dan kelembaban sebagai bahan yang dibutuhkan
organisme untuk melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh. Sebagai unsur
lingkungan, kelembaban sangat menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat
reduksi evapotranspirasi. Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat hidup
tanpa air karena sebagian besar jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh proses
vital dalam tubuh akan membutuhkan air. Serangga akan selalu mengkonsumsi air
dari lingkungannya dan sebaliknya secara terus menerus akan melepaskan air
tubuhnya melalui proses penguapan dan ekskresi. Dalam hal ini kebutuhan air
bagi serangga sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya terutama kelembaban
udara.
Beberapa penelitian mengenai
beberapa ketahanan serangga terhadap kekeringan menunjukkan korelasi yang
tinggi dengan keadaan lembab tempat hidupnya. Secara umum kelembaban udara
dapat mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga
baik langsung maupun tidak langsung. Kemampuan serangga bertahan terhadap
keadaan kelembaban udara sekitarnya sangat berbeda menurut jenisnya.
Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap kelembaban udara berubah untuk
setiap spesies maupun stadia perkembangannya, tetapi kisaran toleransi
ini tidak jelas seperti pada suhu. Bagi serangga pada umumnya kisaran
toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak didalam titik
maksimum 73-100 persen. Cuaca yang lembab merangsang pertumbuhan populasi, sedang
cuaca yang sangat kering atau keadaan yang banyak hujan menghambat pertumbuhan
tersebut. Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi
kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang
sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.
salam...saya juga anak tani...masa kecil2 suka bantu ayah di sawah..done follow here. tQ
BalasHapus