Pendugaan Biomassa dan Karbon Pohon di Daerah Ketinggian
Taman Nasional Lore Lindu.
A. Biomassa Pohon Pada Plot Pengamatan di Ketinggian 1200 mdpl, 1400 mdpl dan 1600 mdpl Di Taman Nasional Lore Lindu.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dan Perhitungan Biomassa diperoleh bahwa biomassa pohon di plot pengamatan berukuran 20 m x 100 m, untuk pengukuran dimensi pohon ( dbh ≥ 30 cm ) dan plot pengamatan berukuran 5 m x 40 m, untuk pengukuran dimensi pohon ( 5 cm ≤ dbh ≤ 30 cm ) dengan ketinggian 1200 mdpl, 1400 mdpl, dan 1600 mdpl.di Taman Nasional Lore Lindu.
Tabel 7. Biomassa Pohon Pada Plot Pengamatan di Ketinggian 1200 mdpl
1400 mdpl, 1600 mdpl Di Taman Nasional Lore Lindu.
No
Ketinggian TNLL Biomassa Pohon (ton/ha)
Pohon Pohon
(dbh ≥ 30 cm) (5 cm ≤dbh≤ 30 cm)
Total biomassa
1. 1200 mdpl 8580.28 128.19 8708.47
2. 1400 mdpl 4815.6 106.68 4922.28
3. 1600 mdpl 3344.6 115.2 3459.8
Pada table 7 dilihat bahwa plot pengamatan di ketinggian 1200 mdpl Taman Nasional Lore Lindu memiliki biomassa pohon tertinggi dan kemudian diketinggian 1400 mdpl dan 1600 mdpl.Hal ini disebabkan karena diplot pengamatan diketinggian 1200 mdpl banyak terdapat pohon yang tumbuh di lahan hutan dan di dominasi oleh vegetasi pohon berdiameter besar, dibandingkan dengan plot pengamatan 1400 mdpl dan 1600 mdpl yang di dominasi oleh vegetasi pohon yang berdiameter kecil.Menurut Bakri (2009) dalam Wahyu (2013), banyaknya individu dari suatu jenis pohon menunjukan tingkat penyebaran dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi fisik lingkungan seperti kelembapan dan kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon dan penyebaran biji.
Krebs (1985) dalam Wahyu (2013), menyatakan bahwa kelembapan tanah mempengaruhi penyebaran geografi pada sebagian besar pohon pada hutan pegunungan dan mempengaruhi dan mempengaruhi kandungan/ketersediaan air tanah , dimana hubungannya dengan temperature dapat mempengaruhi keseimbnagan air tumbuhan. Lebih lanjut ia juga menyatakan angin mempengaruhi kelembapan udara dan penyebaran biji tumbuhan pada hutan pegunungan.
Mark dan Harper (1977) dalam Misra (2011) menyatakan bahwa ukuran individu pohon sangat mempengaruhi jumlah biomassa pohon tersebut. Untuk lebih jelasnya distribusi diameter, kerapatan dan biomassa pohon terdapat pada plot pengamatan (P1) ketinggian 1200 mdpl, plot pengamatan (P2) ketinggian 1400 mdpl dan plot pengamatam (P3) ketinggian 1600 mdpl, Taman Nasional Lore Lindu.
Tabel 8. Distribusi diameter, kerapatan dan biomassa Pohon pada plot pengamatan 1 (P1) di Ketinggian 1200 mdpl, plot pengamatan 2 (P2) di ketinggian 1400 mdpl, dan pada plot pengamatan 3 (P3) di ketinggian 1600 mdpl, Taman Nasional Lore Lindu.
- Plot pengamatan 1200 mdpl.
No Ketinggian
(mdpl) Distribusi
Diameter (cm) Jumlah
Pohon Kerapatan
(Jumlah Individu/ha) Biomassa
(Ton/ha)
Total
1.
1200 mdpl 5 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
>90 2
5
6
2
3
3
9
12
18
24 100
250
300
10
15
15
45
60
90
120
1,41
24,99
101,79
54,32
27,66
46,6
206,5
398,7
825,5
7021
8708.47
2.
1400 mdpl 5 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
>90 4
7
5
2
2
12
13
17
21
17 200
350
250
10
10
60
65
85
105
85 3,77
30,51
72,4
8,3
19,7
166,6
314,4
575,8
946,8
2784
4922.28
3.
1600 mdpl 5 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
>90 5
10
4
14
27
17
12
9
3
9 250
500
200
70
135
85
60
45
15
45 3,8
53,2
58,2
64,5
223,6
232,9
275,6
302,6
140,2
2105,2
3454.8
Pada tabel 9 dilihat bahwa di plot pengamatan (P1) ketinggian 1200 mdpl di dataran tinggi Taman Nasional Lore Lindu mempunyai jumlah Pohon yang berdiameter besar yang dapat mnghasilkan biomassa dengan jumlah yang besar pula yaitu 8708.47 ton/ha. Dibandingkan pada plot pengamatan (P2) di ketinggian 1400 mdpl yang menghasilkan biomassa 4922.28 ton/ha, dan di plot pengamatan (P3) di ketinggian 1600 mdpl yang hanya menghasilkan biomassa sebesar 3454.8 karena pohon di ketinggian 1600 mdpl di dominasi oleh pohon-pohon yang berdiameter kecil. Suatu system komunitas hutan yang terdiri dari jenis-jenis pohon yang mempunyai nilai kerapatan yang tinggi dan berdiameter besar maka biomassa yang dihasilkan akan lebih tinggi bila di bandingkan dengan komunitas hutan yang mempunyai jenis-jenis pohon dengan nilai kerapatan yang rendah (Rahayu dkk, 2007 dalam Sujarwo dan Darma. 2011)
B. Karbon Pohon Pada Plot Pengamatan Di Ketinggian 1200 mdpl, 1400 mdpl
dan 1600 mdpl Di Taman Nasional Lore Lindu.
Berdasarkan hasil perhitungan biomassa di peroleh bahwa karbon pohon di atas permukaan tanah di plot pengamatan berukuran 20 m x 100 m untuk pengukuran dimensi pohon ( dbh ≤ 30 cm ) dan plot pengamatan berukuran 5 m x 40 m untuk pengukuran dimensi pohon ( 5 cm ≤ dbh ≤ 30 cm ) dengan ketinggian 1200 mdpl, 1400 mdpl, dan 1600 mdpl. Di Taman Nasional Lore Lindu di terapkan pada table 9.
Tabel 9.Karbon Pohon Pada Plot Pengamatan di Ketinggian 1200 mdpl, 1400 mdpl, 1600 mdpl Di Taman Nasional Lore Lindu.
No
Ketinggian TNLL Karbon Pohon (ton/ha)
Pohon Pohon
(dbh ≥ 30 cm) (5 cm ≤dbh≤ 30 cm)
Total Karbon
1. 1200 mdpl 4290.14 64.095 4354.24
2. 1400 mdpl 2407.8 53.34 2461.14
3. 1600 mdpl 1672.3 57.6 1729.9
Pada tabel 9 menunjukkan jumlah karbon yang tersimpan di plot pengamatan ketinggian 1200 mdpl sebesar 4354.24 ton/ha, plot pengamatan di ketinggian 1400 mdpl sebesar 2461.14 ton/ha dan pada ketinggian 1600 mdpl sebesar 1729.9 ton/ha. Menurut Wardah (2009) dalamMisra (2011) Semakin tinggi biomassa maka semakin tinggi pula kandungan Karbon.
Karbon tersimpan dapat diartikan yaitu banyaknya karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Jumlah emisi karbon yang semakin meningkat saat sekarang harus diimbangi dengan jumlah penyerapannya, hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dengan cara penanaman pohon sebanyak-banyaknya, karena pohon melalui proses foto sintesis dapat mengubah CO2 menjadi O2 melalui reaksi :
CO2 + H2O sinar matahari C6 H12 O6 + O2
Dari kenyataan tersebut maka dapat diperkirakan berapa banyak pohon yang harus ditanam pada suatu kawasan untuk mengimbangi jumlah karbon yang terbebas diudara (Sujarwo dan Darma, 2011).