Cara pengelolaan mangrove dikelurahan kabonga besar, Kecamatan Banawa Donggala
Pengelolaan mangrove dikelurahan kabonga besar adalah termasuk program pemerintah TNI-AL, bekerja sama dengan masyarakat setempat. Bentuk-bentuk pengelolaan mangrove dikelurahan kabonga besar adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penanaman
Dari hasil wawancara dengan masyarakat di kelurahan kabonga besar, Bentuk pengelolaan hutan mangrove dikelurahan kabonga besar adalah dengan cara melakukan penanaman mangrove. Cara melakukan penanaman mangrove adalah sebagai berikut:
a. Asal bibit
Bibit mangrove yang berasal dari lokasi setempat yang diambil dari mangrove disekitar itu sendiri seperti buah atau propagul mangrove yang diambil dari pohon mangrove itu sendiri atau yang jatuh dari pohonnya dan ada juga dalam bentuk bibit dari persemaian yang merupakan pemberian dari dinas perikanan dan TNI-AL. bibit mangrove disesuaikan dengan kondisi tanahnya yang akan dilakukan di lokasi tanam untuk penyesuaian dengan lingkungan setempat. Jenis bibit mangrove yang ditanam yaitu ada 3 jenis, Rhizophora apiculata, Rhizhopora mucronata dan Sonneratia alba.
b. Alat dan bahan yang digunakan
Alat dan bahan yang digunakan adalah tiang terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai penanda apabila mangrove telah ditanam.dan sebagai tiang untuk mangrove, dan tali rafia untuk pengikat bibit mangrove ke bambu.
c. Penanaman
Jumlah bibit yang ditanam berjumlah 1100 bibit mangrove dengan luas area tanam yaitu seluas 300x10 meter dengan jarak tanam antara 1x1 meter. Bibit ditanam pada area yang masih kosong dan belum terdapat mangrove. Penanaman mangrove dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit.
Cara penanaman mangrove dengan menanam langsung buah adalah dengan mengambil buah mangrove jenis rhizophora setelah itu diikat ke tiang bambu dan ditancapkan langsung ke tanah. Sedangkan penanaman dengan bibit dari persemaian adalah dengan mengeluarkan bibit dari polibag, Setelah itu bibit mangrove di tanam dengan menggali lubang sedalam 10 cm dan bibit diikat dengan tali rafia ke tiang bambu setelah itu ditanam.
Akan tetapi dari jumlah bibit yang ditanam tidak semuanya hidup. Hal ini disebabkan karena adanya terpaan ombak yang keras dan predator seperti kambing, sehingga membuat bibit mangrove yang baru ditanam sebagiannya rusak.
2. Tidak menebang mangrove
Selain melakukan penanaman, bentuk pengelolaan lain yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan tidak melakukan penebangan mangrove, bahkan untuk dijadikan sebagai bahan bakar seperti kayu api, masyarakat tidak berani melakukan penebangan.
Dari hasil wawancara dilapangan, menurut masyarakat dikelurahan kabonga besar Faktor yang menyebabkan masyarakat tidak berani melakukan penebangan mangrove adalah karena adanya pemantauan dari pemerintah TNI-AL, dan bagi masyarakat yang berani melakukan penebangan, akan langsung berurusan dengan pemerintah. Selain itu menurut adat, mangrove dikelurahan kabonga besar dianggap sebagai tanaman peninggalan para nenek moyang yang tidak boleh dirusak.
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???