BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia
pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat dibutuhkan
tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan
perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat,
memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk
pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah
adalah akumulasi tubuh tanah alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat
sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan
relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula. Ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam yang masih
muda, sehingga masih belum lengkap untuk
menampung semua persoalan teori dan
praktek dengan memuaskan. Untuk membahas ilmu ini dapat
ditempuh dua jalan yang berbeda dalam sudut pandangnya adalah :
Ø
Pedologi
: ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu bagian dari
alam yang berada dipermukaan bumi, yang menekankan hubungan antara
tanah itu sendiri dengan faktor pembentuknya.
Ø
Edaphologi
: ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu alat produksi
pertanian yaitu yang mempelajari tanah sebagai
alat dengan hubungannya pada tanaman.
Dalam
kenyatannya sebagian besar dari tanah yang ada
dipermukaan bumi ini dipergunakan sebagai usaha
pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah
adalah alat produksi yang menghasilkan
berbagai produk pertanian. Sehingga tanah merupakan
komponen hidup dari lingkungan yang
penting, yang dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman
dengan memperhatikan sifat fisik, kimia dan
biologinya.
Sebagai
manusia biasa mungkin kita hanya dapat
mempelajari sedikit tentang sifat – sifat tanah ,
struktur tanah, tekstur tanah maupun
pengetahuan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam tanah. Tanah
merupakan kendaraan pokok bagi kegiatan pertanian
manusia, oleh karena itu adalah sangat penting
mempelajari ilmu tanah guna menunjang kegiatan
pertanian di masa mendatang. Disinilah pentingnya
membekali kegiatan praktikum mengenai ilmu tanah
bagi mahasiswa pertanian yang motabene akan menjadi
generasi yang akan berjuang memajukan dunia pertanian
Indonesia.
B. Tujuan
Dengan
mempelajari jenis-jenis tanah yang ada, maka kita dapat mempermudah mempelajari
ilmu tanah serta merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Dasar-dasa Ilmu
Tanah.
C.
Manfaat
Setiap
mahasiswa yang khususnya mendapat tugas ini, bermamfaat untuk mendalami ilmu
tanah jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia dan belahan dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi
Teknis
Klasifikasi teknis yakni
klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman
semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan,
tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka
sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan
berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
1.
Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk
tanah berupa iklim dan vegetasi,
2.
Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor
pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
3.
Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan
perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya
jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem
ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of
Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak
tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami
berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh
proses genesis.
Berdasarkan ada tidaknya
horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan
atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri.
Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Kedua belas
ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols,
Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
GAMBAR BERBAGAI ORDO
TANAH
PETA
PENYEBARAN TANAH DI DUNIA
Ø
Alfisols
Tanah yang mempunyai epipedon
okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada
umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
Ø Andisols
Merupakan jenis tanah yang
ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan
tanah ini adalah tanah andosol.
Ø Aridisol
Tanah yang berada pada regim
kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah
arida (merah).
Ø
Entisols
Tanah yang belum menunjukkan
perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dan tanah glei
humus rendah.
Ø
Gelisols
Merupakan
jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di
Indonesia
Ø
Histosols
Tanah yang mengandung bahan
organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.
Ø Inceptisols
Merupakan jenis tanah di
wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan
adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.
Ø Mollisols
Tanah yang mempunyai warna
kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
Ø
Oxisols
Tanah yang memiliki horizon
oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
Ø Spodosols
Tanah yang memiliki horizon
spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah podsolik.
Ø Ultisols
Tanah yang memiliki horizon
argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai dengan
kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang tua.
Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan
dan tanah podsolik merah- kuning.
Ø Vertisols
Tanah lempung yang dapat
mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan
dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang
umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols,
Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak
ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang
ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
B. Karakteristik tanah yang terdapat
di Indonesia dan di Dunia.
Jenis-Jenis
Tanah- Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan
menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada
faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah
dengan klasifikasi yang berbeda. Tingkat kategori yang sudah banyak
dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu tingkat
kategori jenis (great soil group).
Klasifikasi jenis-jenis tanah
pada tingkat tersebut sering digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia.
1. Tanah
Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari
bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga
kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat
sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk
karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat
di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun
perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
2. Tanah
Aluvial
Jenis tanah ini masih muda,
belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang
diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat
di daerah datar sepanjang aliran sungai.
3. Tanah
Regosol
Tanah ini merupakan endapan
abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah
lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan
barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Tanah
Litosol
Tanah litosol merupakan jenis
tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya
berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di
seluruh Indonesia.
5. Tanah
Latosol
Latosol tersebar di daerah
beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat
berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami
proses pelapukan lanjut.
6. Tanah
Grumusol
Jenis ini berasal dari batu
kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumidatau subarid,
dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
7. Tanah
Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan
pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan
lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga
sedang, warna merah, dan kering.
8. Tanah
Podzol
Jenis tanah ini berasal dari
batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan,
misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan
tanah rendah.
9. Tanah
Andosol
Tanah jenis ini berasal dari
bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan
di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng
atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini
umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
10. Tanah
Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari
batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid,
topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah
cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi
karst disebut ”Terra Rossa”.
11. Hidromorf
Kelabu
Jenis tanah ini
perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa
dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu
hingga kekuningan
C. Jenis Tanah, Persebaran Dan Pemanfaatannya Di
Indonesia
Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi
bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam
tanah banyak mengandung bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan
organik berasal dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora,
fauna maupun manusia, sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati
berupa batuan dan mineral.
A. Tanah Vertikal
Bentuk persebaran
tanah vertikal dapat kalian lihat saat ada penggalian parit, liang, atau sumur.
Saat mencapai kedalamantertentu, kalian akan melihat perbedaan warna lapisan
tanah.
Perbedaan warna lapisan tanah
tersebut dikenal dengan sebutan profil tanah.
Secara garis besar,
profil tanah terdiri atas empat lapisan yaitu :
I.
Lapisan Tanah Atas (Topsoil)
Lapisan tanah ini merupakan
bentuk lapisan tanah yang paling subur, berwarna cokelat kehitam-hitaman,
gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30 cm. Pada lapisan tanah inilah
berkembang aktivitas organisme tanah. Warna cokelat kehitaman dan kesuburan
tanah pada lapisan ini disebabkan pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran
sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati dan membusuk di dalam lapisan atas.
II.
Lapisan tanah bawah (Subsoil)
Lapisan tanah ini
merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil. Lapisan
ini memiliki sifat kurang subur karena memiliki kandungan zat makanan yang
sangat sedikit, berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih padat,
dan memiliki ketebalan antara 50 - 60 cm. Pada lapisan ini, aktivitas organisme
dalam tanah mulai berkurang, demikian juga dengan sistem perakaran tanaman. Hanya
tanaman keras yang berakar tunggang saja yang mampu mencapainya.
III.
Lapisan bahan induk tanah (Regolith)
Lapisan bahan ini
merupakan asal atau induk dari lapisan tanah bawah. Pada profil tanah, lapisan
ini berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang subur karena tidak banyak
mengandung zat-zat makanan, strukturnya sangat keras, dan sulit ditembus sistem
perakaran. Di lereng-lerang pegunungan lipatan atau patahan lapisan ini seringkali
tersingkap dengan jelas. Akan tetapi karena sifat-sifat tersebut, maka
lapisan tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya akan menghasilkan tanaman yang
kerdil dan tidak berkembang.
IV.
Lapisan batuan induk (Bedrock)
Lapisan batuan ini
merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses pemecahan.Lapisan ini
terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang dijumpai manusia. Akan tetapi
di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang tersingkap dan berada
di lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan yang
tandus dan tidak dapat ditanami karena masih merupakan lapisan batuan.
B.
Tanah Horizontal
Tanah
Horizontal adalah lapisan tanah paling atas yang di setiap wilayah
permukaan bumi berbeda-beda jenisnya. Persebaran tanah secara horizontal di
Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut ini.
1)
Tanah gambut (Organosol)
Ciri-ciri : Tanah
gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi,
memiliki pH atau tingkat keasaman yang tinggi, miskin unsur hara, drainase
jelek, dan pada umumnya kurang begitu subur.
Persebaran : Paling banyak terdapat di
Kalimantan Selatan, disusul Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua bagian Selatan.
Pemanfaatan : Jenis
tanah ini terbatas untuk pertanian perkebunan seperti karet, kelapa dan
palawija.
2)
Tanah latosol
Ciri-ciri : Tanah
latosol berwarna merah kecokelatan, memiliki profil tanah yang dalam, mudah
menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat
yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah
menurun. Jenis tanah ini pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan
vulkanis.
Persebaran : Tersebar
di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali,
Papua, dan Sulawesi.
Pemanfaatan :---
3)
Tanah regosol
Ciri-ciri : Tanah
regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar,
berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan
menyerap air tinggi, dan mudah tererosi.
Persebaran : Persebaran
jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api,
baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati.
Pemanfaatan : Banyak
dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
4) Tanah alluvial
Ciri-ciri : Tanah
aluvial meliputi lahan yang sering mengalami banjir, sehingga dapat dianggap
masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal
sehingga kesuburannya pun ditentukan sifat bahan asalnya.
Misalnya tanah yang
terdapat di Lembah Sungai Bengawan Solo yang berasal dari pegunungan karst
(Pegunungan Sewu), umumnya kurang subur karena kekurangan unsur fosfor dan
kalium. Sebaliknya, tanah di lembah Sungai Opak, Progo, dan Glagah yang berasal
dari Gunung Merapi umumnya lebih subur karena tergolong gunung muda sehingga
kaya akan unsur hara dan tersusun atas debu vulkanis yang produktif.
Persebaran : Tersebar luas di
sepanjang lembah sungai-sungai besar di Indonesia.
Pemanfaatan : Secara umum, sifat
jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok
untuk semua jenis tanaman pertanian.
5) Tanah litosol
Ciri-ciri : Tanah
litosol dianggap sebagai lapisan tanah yang masih muda, sehingga bahan induknya
dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai
batuan padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama
sekali belum mengalami perkembangan.
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah
yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum
mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di
lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
Persebaran : Jenis tanah ini
tersebar luas di seluruh Kepulauan Indonesia, meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Adapun di Sumatra, jenis tanah ini
terdapat di wilayah yang tersusun dari batuan kuarsit, konglomerat, granit, dan
batu lapis.
Pemanfaatan : Jika akan
dimanfaatkan untuk lahan pertanian, maka jenis tanah ini harus dipercepat
perkembangannya, antara lain, dengan penghutanan atau tindakan lain untuk
mempercepat pelapukan dan pembentukan topsoil.
6) Tanah Grumusol
Ciri-ciri : Tanah
grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH
netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Di Indonesia, jenis
tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di
atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit,
temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim
hujan dan kemarau yang nyata.
Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari material
halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur.
Tanah ini tersebar di JawaTengah,JawaTimur,Madura,Nusa Tenggara, dan Sulawesi
Selatan. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung,
kedelai, tebu, tembakau, dan jati.
Persebaran : Persebarannya
meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak,
Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di
Nusa Tenggara Timur.
Pemanfaatan : Pemanfaatan jenis
tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumput rumputan atau tanaman keras
semusim (misalnya pohon jati).
Tanah
Grumosol cocok untuk tanam Padi
7) Tanah andosol
Ciri-ciri : Tanah ini berasal dari sisa abu
vulkanik dari letusan suatu gunung berapi. Oleh karenanya, tanah ini mudah
dijumpai di daerah sekitar lereng gunung berapi. Tanah Andosol ini sangat subur
untuk ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai lempung,
bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi salah
satu alasan petani menyukai tanah Andosol ini.
Tanah
ini mudah saat diolah. Mudah untuk saat dicangkul dan salah satu
kelebihannya memiliki pori-pori tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk
kedalam akar-akar tanaman. Sehingga tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan
panen yang lebih tinggi karena tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang cukup.
Tanah Andosol ini biasanya digunakan sebagai lahan perkebunan untuk menanam
tanaman seperti the, kopi, pinus, dan lain-lain.
Persebaran : Tersebar di
pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat,
Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara. Tanah jenis ini banyak ditemukan di
dataran tinggi bersuhu sedang hingga dingin.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini
banyak dikembangkan untuk tanaman perkebunan dan hortikultura.
8) Tanah podzolik merah-kuning
Jenis tanah ini memiliki lapisan
solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm dengan batas-batas antara
horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau
kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya
dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung
berliat. Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top soil) ean teguh
dibagian lapisan bawah tanah (sub soil).
Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top
soil) adalah kurang dari 9 persen dan umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur
hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah dan reaksibtanah (pH)
sangat rendah yaitu antara 4-5,5. Tingkat permeabilitas, infiltrasi dan
perkolasinya sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang
dan makin kebawah makin lambat. Tanah ini mempunyai sifat kimia yang kurang
baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang.
Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air.
Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam di
daerah-daerah jenis tanah ini.
Ciri-ciri : Berasal dari bahan
induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 - 3.000
mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan,
sehingga kesuburannya berkurang.
Persebaran : Tanah
podzolik merah-kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di
Indonesia. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua,
Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini
dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.
9) Tanah rendzina
Ciri-ciri : Rendzina
merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur
lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg
yang tinggi dengan pH antara 7,5 - 8,5 dan peka terhadap erosi.
Persebaran : Tanah rendzina
tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia. Berdasarkan luasannya,
daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku, Papua,
Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini
kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk
tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.
Berikut ini
adalah peta persebaran jenis tanah di Indonesia:
Keterangan Warna:
Ø
Merah: Tanah Vulkanis. Jenis tanah ini banyak
terdapat di daerah sekitar gunung berapi. Tanah ini terbentuk dari abu vulkanis
yang telah mengalami proses pelapukan. Jenis tanah ini umumnya mempunyai ciri
berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan
lapisan tanah bagian atas menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi. Jenis
tanah ini sangat subur. Pemanfaatannya biasanya dipergunakan untuk pertanian
dan perkebunan.
Ø
Biru: Tanah Aluvial. Tanah ini juga sering
disebut tanah endapan, yaitu berupa lumpur dan pasir halus yang terbawa oleh
air sungai, lalu diendapkan di dataran rendah, lembah dan sekungan sepanjang
daerah aliran sungai. Tanah aluvial tidak semuanya mempunyai kandungan unsur
hara yang sama. Tinggi rendahnya kandungan unsur haranya tergantung pada tanah
induknya. Pemanfaatannya sebagai pertanian (persawahan) karena kondisi
keasamannya yang sesuai dan letaknya berada di daerah rendah.
Ø
Merah muda: Tanah Laterit. Tanah ini biasanya
berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah laterit miskin akan unsur hara
sehingga tidak subur. Tanah ini banyak dijumpai di daerah pegunungan yang
hutannya sudah gundul atau lapisan humusnya telah habis karena adanya erosi
(tererosi). Jenis tanah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus segera
diadakan penghijauan atau reboisasi, yaitu dengan cara mengusahakan menanami
kembali supaya tanah tersebut dapat subur kembali. Tanah ini dipergunakan
sebagai bahan baku industri gerabah (keramik).
Ø
Ungu: Tanah Litosol. Tanah ini sering juga
disebut tanah berbatu-batu. Tanah ini terbentuk karena pelapukan batuan yang
sempurna sehingga sukar ditanami atau kandungan unsur haranya sangat rendah.
Sebagian besar jenis tanah ini tidak bisa dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang
produktif dimanfaatkan untuk tanaman keras, tegalan, palawija, dan padang
rumput.
Ø
Biru Muda: Tanah Organosol atau tanah gambut,
yaitu tanah yang berasal dari bahan organik yang terbentuk karena genangan air
sehingga peredaran udara di dalamnya sangat kurang dan proses penghancurannya
menjadi tidak sempurna karena kekurangan unsur hara.
Selain keterangan dan peta di atas, masih banyak lagi jenis tanah yang
tersebar di Indonesia, seperti: Tanah mergel yang tersebar di daerah dataran
rendah seperti di Solo, Madiun, Kediri, dan Nusa Tenggara; Tanah Terasora
tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatera; Tanah
Humus terdapat di Kalimantan Sumatera, Sulawesi dan Papua; dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Pada akhir makalah ini di
tutup dengan uraian kesimpulan.
Pemahaman mahasiswa akan mengenal jenis – jenis tanah, penyebaran dan
mamfaatnya yang sangat dibutuhkan untuk
memahami dari berbagai jenis tanah, fungsi tanah / lahan adalah sebagai media
tumbuh tanaman. Serta dengan mempelajari dan memahami berbagai jenis – jenis
tanah, penulis maupun pembaca nantinya akan dapat membantu menyesuaikan jenis
tanaman serta mamfaat dari jenis - jenis tanah yang telah di uraikan dalam
makalah ini.
Yang
paling menarik dari makalah ini adalah
DAFTAR PUSAKA
Dr.Ir.Kemas
Ali Hanafiah, MS. Dasar – dasar Ilmu Tanah.
Ade
Setiawan (2010). Sifat-sifat Fisika
Tanah. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Contentnya sangat bagus dan bermanfaat sekali, terima kasih :)
BalasHapus🔷 Perguruan Tinggi Indonesia Mandiri (PTIM) 🔷
STMIK IM & STAN IM
Menerima mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018
1. Teknik Informatika (S1) Terakreditasi BAN PT
2. Sistem Informasi (S1) Terakreditasi BAN PT
3. Manajemen (S1) Terakreditasi BAN PT
4. Akuntansi (S1) Terakreditasi BAN PT
Kelas Reguler dan Karyawan
👉 Jenjang S1 kelas Reguler ditempuh dalam 8 Semester (3,5 Tahun)
👉 Jenjang S1 kelas Karyawan A dan Kelas Karyawan B ditempuh dalam 8 Semester (2,7 tahun), 1 semester = 4 Bulan (Tri Semester).
📝 Pendaftaran :
👉 Kelas Reguler
👉 Kelas Karyawan
Info lengkap :
🌎 www.imandiri.id/pmb
🌎www.stmik-im.ac.id
🌎www.stan-im.ac.id
Telp : (022) 7272672 | (022) 7208180
Fax : (022) 7271693
WhatsApp : 082211888879
Email : Info@stmik-im.ac.id, Info@stan-im.ac.id
🏡 Jl. Jakarta No. 79 Bandung 40272
Jawa Barat – Indonesia
Mantap
BalasHapus