Lembar Identitas dan Pengesahan
1. Judul Kegiatan :
Menggalakkan Partisipasi Aktif
Kelompok Tani Dalam Pengendalian Lalat Buah Bactrocera
dorsalis Hend. Dengan Penggunaan
Atraktan Alami Tumbuhan Untuk Mengurangi Populasi di Hamparan Pertanaman Cabai di Kecamatan Sigi
Biromaru
|
|
|
|
3. Bidang Ilmu :
PERTANIAN
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :
Dewa Nyoman Oka Diputra
b. NIM :
E.21107002
c. Jurusan :
Hama dan Penyakit Tumbuhan
b.
Universitas :
Tadulako
c.
Alamat Rumah dan
No. Tlp : Jl. Banten
Blok I No. 07 PALU
HP. 085241094809
f. Alamat e-mail : okaputra@yahoo.com
5. Anggota Pelaksana Kegiatan :
2 (dua) orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
Ir. H. Burhanuddin Nasir, M.P.
b. N I P : 19620618
198903 1 001
c. Alamat Rumah dan No. Tlp :
Perumahan UNTAD Blok D3/17 TONDO
7. Biaya
Kegiatan Total :
a. DIKTI : Rp. 5.850.000,-
(Lima Juta Delapan
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah)
b. Sumber Lain (Sebutkan) : -
8. Jangka
Waktu Pelaksanaan : 4 (empat)
Bulan
Palu, 13 Mei 2011
Menyetujui Ketua
Pelaksana Kegiatan,
a.n. Ketua Jur. Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Sekretaris,
Ir. Rosmini, M.P. Dewa
Nyoman Oka Diputra
NIP. 19600704 198701 2 001 NIM. E.21107002
Pembantu Rektor Bidang Dosen
Pendamping,
Kemahasiswaan Univ. Tadulako,
Supriadi, S.H., M.Hum. Ir.
H. Burhanuddin Nasir, M.P.
NIP. 19570727 198403 1 002 NIP.
19620618
198903 1 001
ABSTRAK
Pemanfaatan tanaman sebagai pestisida nabati bagi masyarakat umumnya didasarkan atas faktor
kesehatan terhadap residu yang ditimbulkan pada pestisida sintetik, namun pada
kenyataannya banyak kebiasaaan
dalam menggunakan pestisida sintetik
pada masyarakat tani relatif sukar untuk dapat dihilangkan. Telah disadari bahwa pada umumnya pestisida
merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap
kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Memperhatikan problem dan
dampak negatifnya, maka pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati setidaknya dapat dikelola dengan sebaik-baiknya serta dengan
partisipasi aktif masyarakat.
Beberapa jenis tumbuhan
yang telah dilaporkan bersifat pestisidal dapat dikembangkan sebagai bahan pemikat lalat buah karena mengandung senyawa eugenol untuk
mengendalikan lalat buah. Ramuan minyak
cengkeh, ekstrak tumbuhan selasih, dan tumbuhan viteks. telah dilaporkan mengandung
senyawa eugenol serta banyak dijumpai
tumbuh di dataran Kota Palu dapat digunakan oleh masyarakat .
Tujuan program PKMM ini
adalah melatih petani membuat Atraktan Alami Tumbuhan secara sederhana sebagai bahan
pemikat lalat buah sebagai upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksi tanaman cabai dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Pelaksanaan program PKMM ini berlangsung
selama 3 bulan yakni pada bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2011.
Metode
yang digunakan adalah metode penyuluhan dan pelatihan serta demplot percobaan
yang dilakukan dengan pendekatan partisipatif/PRA (Participatory Rural
Approach) yakni kelompok sasaran
dilibatkan secara aktif dari awal sampai akhir program termasuk evaluasi. Kegiatan penyuluhan dilakukan dalam upaya
meningkatkan pengetahuan, sedang pelatihan dan demplot dilakukan dalam
upaya mempercepat proses alih teknologi
kepada masyarakat.
Hasil yang dicapai adalah
masyarakat sasaran telah mengetahui teknik pembuatan membuat ramuan minyak cengkeh, ekstrak tumbuhan
selasih, dan tumbuhan viteks.secara sederhana sebagai bahan pemikat lalat buah
sehigga dapat dikembangkan menjadi salah satu usaha kecil menengah (UKM)
di daerah sasaran program PKMM berupa
pembuatan bahan pemikat lalat buah dengan harga yang lebih murah sehingga dapat
dijangkau oleh petani.
_________________________
Kata Kunci :
Atraktan - Bahan Pemikat Alami -
Bactrocera sp
KATA PENGANTAR
Pemanfaatan bahan alami tumbuhan sebagai bahan pemikat lalat buah Bactrocera sp. telah banyak dikembangkan oleh beberapa
lembaga penelitian sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan bahan kimia yang
ditengarai banyak menimbulkan dampak buruk terutama bagi kesehatan pengguna. Bahan alami tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pemikat lalat buah karena mengandung Metil Eugenol semacam zat
yang dapat menarik lalat buah.
Program PKMM ini memanfaatkan beberapa tumbuhan lokal yang bersifat
pestisida dan telah diuji dapat memikat lalat buah pada berbagai jenis
pertanaman buah-buahan. Tumbuhan-tumbuhan tersebut antara lain tumbuhan cengkeh, selasih dan tumbuhan viteks. Melalui program PKMM ini pelaksana kegiatan PKMM telah melakukan Pelatihan
Pembuatan Atraktan Dari Berbagai Bahan Alami Tumbuhan Untuk
Pengendalian Lalat Buah Bactrocera sp. Pada Pertanaman Cabai
di Kecamatan Sigi Biromaru
Laporan ini menyajikan hasil pelaksanaan program PKM yang mendapat
bantuan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Ditjen Dikti Depdiknas.
Disadari bahwa dalam pelaksanaan pemasyarakatan pestisida nabati dan penulisan laporan ini masih dijumpai
banyak kekurangan dan kehilafan sehingga
sangat diperlukan koreksi dan kritik serta saran dalam upaya perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat terutama bagi para
pembaca
Palu, Juni 2011
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penduduk di Desa
Jono Oge berjumlah 446 kk dengan 1900 jiwa umumnya adalah petani dengan latar belakang pendidikan relatif rendah,
yakni umumnya tamat SD dan SMP, bahkan diantaranya adalah para remaja yang
putus sekolah karena disebabkan oleh faktor ekonomi kedua orang tuanya. Meskipun demikian umumnya tergolong sebagai
petani produktif karena berusia relatif muda.
Sebagai petani umumnya mengusahakan
tanaman semusim diantaranya adalah tanaman cabai. Hal ini ditunjang oleh
keadaan geografi dan iklim daerah tersebut yang cocok untuk pengembangan
cabai, yakni daerah dataran rendah dengan tipe iklim kering dengan
sedikit curah hujan.
Berdasarkan data Dinas Tanaman
Pangan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2008 (BPS Sulteng, 2007), rata-rata
produksi cabai merah di sentra penanaman Kabupaten Sigi baru mencapai 5
ton/ha. Produksi cabai tersebut masih
tergolong rendah bila dibandingkan dengan produksi nasional yakni mencapai 15
ton/ha. (BPS, 2007). Rendahnya produksi
cabai tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kehilangan
hasil yang tinggi karena serangan hama dan penyakit di pertanaman dan
kehilangan hasil karena penanganan pasca panen.
Salah
satu jenis hama yang menyerang cabai di pertanaman adalah lalat buah Bactrocera dorsalis Hend. (Kalshoven,
1981). Hama tersebut merupakan salah
satu hama utama tanaman cabai yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar
karena dapat menyebabkan buah menjadi
matang sebelum waktunya, busuk dan akhirnya gugur. Kerusakan akibat serangan
lalat buah dapat mencapai 5–30% (Santika, 1995), bahkan jika terjadi ledakan
populasi dapat mengakibatkan kerusakan total pada cabai (Untung, dkk. 1980; Sarwono, 1998). Tanpa ada usaha pengendalian yang efektif dan
efisien dikhawatirkan produksi cabai akan semakin menurun sehingga kebutuhan
cabai harus diimpor dari negara lain.
Sampai saat ini pengendalian lalat
buah yang dilakukan petani di Desa jono Oge adalah dengan menggunakan
insektisida yang penggunaannya sangat berlebihan, karena kepedulian petani terhadap dosis,
waktu dan cara aplikasi yang tepat masih rendah sehingga menjadi kurang efisien dan dapat menimbulkan
dampak negatif bagi musuh alami hama, lingkungan dan konsumen. Penggunaan
insektisida yang sangat berlebihan juga berdampak pada biaya pengendalian yang
tinggi karena harga insektisida cukup mahal, sehingga pendapatan petani menjadi
berkurang. Dapat dikatakan bahwa teknik dan strategi pengendalian lalat buah
yang dilakukan petani, tidaklah sejalan dengan program nasional pengendalian
hama terpadu
Alternatif pengendalian lalat buah
yang dapat mengurangi dampak negatif akibat penggunaan insektisida adalah
penggunaan bahan pemikat lalat buah Metil Eugenol (ME). Metil eugenol berfungsi
sebagai umpan untuk menarik lalat buah jantan ke dalam perangkap sehingga lalat
buah akan mati karena kelaparan dan kekeringan.
Pengendalian dengan cara ini ternyata cukup efektif untuk menekan
populasi lalat buah. Selain itu buah
cabai akan terbebas dari residu bahan beracun sehingga menjadi aman bagi
konsumen. Akan tetapi karena harga metil
eugenol (merek dagang Petrogenol) di
pasaran Kota Palu masih tergolong mahal
yaitu Rp. 7.500 per kemasan 5 ml atau setara dengan Rp. 1.500.000 per liter,
menyebabkan penggunaannya masih terbatas dan menyebabkan usaha tani mengalami
biaya ekonomi tinggi.
Untuk memperoleh senyawa metil
eugenol dengan harga terjangkau dapat dilakukan dengan membuat ramuan dari
bahan-bahan alami tumbuhan seperti ekstrak tumbuhan cengkeh, ekstrak tumbuhan
selasih, ekstrak tumbuhan Melaleuca
bracteata (Mb) dan ekstrak tumbuhan viteks. Hasil analisis terhadap kandungan ekstrak
bahan tumbuhan tersebut dilaporkan mengandung senyawa eugenol sehingga dapat
digunakan sebagai atraktan bagi lalat buah.
Khusus tumbuhan viteks (Viteks
negundo L) yang dikenal oleh
masyarakat Palu dengan nama tumbuhan Sidondo
banyak dijumpai tumbuh di dataran Kota Palu dan sampai saat ini belum
dimanfaatkan sehingga dengan memanfaatkan ekstrak tumbuhan viteks tersebut
menjadi bahan pemikat lalat buah akan memberi nilai guna bagi tumbuhan tersebut
dan masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi dalam melaksanakan
pengendalian lalat buah. Dengan demikian diperlukan partisipasi aktif bagi
anggota kelompok tani yang ada di desa tersebut untuk melakukan pengendalian
lalat buah dengan menggunakan sumberdaya lokal yang tersedia agar populasi
lalat buah dapat dikurangi sehingga
hasil cabai dapat ditingkatkan dan pendapatan petani juga turut
meningkat.
1.2 Perumusan Masalah
Desa Jono Oge Kecamatan Sigi Biromaru merupakan
salah satu daerah sentra produksi cabai di Kabupaten Sigi dengan intensitas
penanaman yang tergolong cukup tinggi karena lahan-lahan pertanian yang ada
hampir tidak pernah diberokan. Keadaan tersebut menyebabkan tersedianya sumber
makanan bagi hama lalat buah secara terus menerus sehingga kepadatan
populasinya juga selalu meningkat.
Cara pengendalian lalat
buah yang dilakukan oleh petani cabai di desa tersebut adalah dengan
menyemprotkan insektisida pada pertanaman cabai yang telah berbuah, dan
biasanya dilakukan oleh orang per orang sehingga aplikasi insektisida tersebut
menjadi tidak efektif karena selain
larva lalat buah terlindung di dalam daging buah, penyemprotan insektisida yang dilakukan oleh
orang per orang juga tidak dapat mengurangi populasi di hamparan pertanaman
karena lalat buah dapat terbang dan berpindah dari pertanaman cabai yang
disemprot ke pertanaman cabai yang tidak dilakukan penyemprotan.
Salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan
insektisida pada pengendalian hama lalat buah adalah dengan penggunaan bahan
pemikat dari bahan-bahan alami tumbuhan
yang mengandung eugenol melalui pemasangan perangkap kemudian dilakukan
pemasangan bahan pemikat tersebut secara bersama-sama oleh seluruh petani cabai
di lahan kebunnya masing-masing, minimal
pada hamparan yang sama. Terdapat
beberapa jenis tumbuhan yang mengandung eugenol seperti minyak cengkeh, ekstrak
tumbuhan selasih, dan tumbuhan viteks.
Penggunaan bahan pemikat tersebut telah banyak dilaporkan efektif dalam menarik
lalat buah sehingga dapat digunakan
secara meluas sebagai salah satu komponen dalam mengembangkan konsep
pengendalian hama terpadu pada komoditas tanaman cabai.
Masalah yang dihadapi
petani dalam rangka pengendalian hama lalat buah dengan penggunaan bahan
pemikat tersebut adalah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan
dengan penggunaan bahan alami tumbuhan tersebut sebagai bahan pemikat lalat
buah, sedang disisi lain bahan dasar bahan pemikat lalat buah tersebut cukup
banyak dijumpai dan bahkan untuk tanaman selasih dan viteks banyak tumbuh liar
di dataran kota Palu. Dengan demikian diperlukan pembinaan kepada anggota
kelompok tani untuk menggalakkan pengendalian lalat buah menggunakan bahan alami
tumbuhan sebagai bahan pemikat lalat buah, agar biaya pengendalian yang
dikeluarkan petani dapat dikurangi, sehingga pendapatannya meningkat
1.3 Tujuan Program
Kondisi baru yang diharapkan dapat terwujud setelah
program PKMM ini adalah :
1. Petani sadar dan mengetahui bahwa terdapat teknik
pengendalian lalat buah selain penggunaan insektisida, yang dapat mengurangi
dampak negatif penggunaan insektisida tersebut, dan mengurangi biaya
pengendalian sehingga pendapatannya dapat ditingkatkan.
2. Petani trampil meramu
bahan pemikat dari bahan-bahan berupa : minyak cengkeh, essense vanili,
formalin, amoniak, gula pasir, dan air, sehingga komposisi bahan tersebut
mempunyai efektivitas yang tinggi dalam
memikat lalat buah, serta trampil
memodifikasi perangkap tipe
steiner trap secara sederhana dari botol bekas minuman air
mineral
3. Petani dapat melakukan ekstrak tumbuhan selasih dan
viteks secara sederhana sebagai bahan
pemikat lalat buah.
4. Timbulnya usaha
kecil menengah (UKM) di daerah sasaran
program PKMM berupa pembuatan bahan pemikat lalat buah dengan harga yang lebih
murah sehingga dapat dijangkau oleh petani.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program PKMM adalah produk pemikat lalat buah yang dapat digunakan secara luas oleh petani di daerah sasaran program dan daerah sentra buah-buahan lainnya.
1.5 Kegunaan Program
Manfaat yang dapat diperoleh petani setelah kegiatan program PKMM ini
selesai adalah :
1. Terjadinya
adopsi teknologi dalam
pengendalian lalat buah karena bertambahnya
pengetahuan dan keterampilan petani
2. Petani lebih mudah
mendapatkan bahan pemikat lalat buah, karena dapat meramu
bahan-bahan tersebut dari bahan utama minyak cengkeh, dan membuat
ekstrak tumbuhan selasih dan viteks secara sederhana.
3. Mengurangi penggunaan dan
ketergantungan insektisida dalam pengendalian
lalat buah, sehingga dampak negatif akibat penggunaan insektisida dapat
dikurangi.
4. Mengurangi biaya
pengendalian sehingga pendapatan petani dapat meningkat.
Sedangkan kegunaan/manfaat yang
diharapkan oleh tim PKM-M adalah menumbuhkan kreativitas dalam pengembangan pemanfaatan bahan alami tumbuhan
menjadi bahan pemikat lalat buah terutama bila hasil yang diperoleh masyarakat
dalam memanfaatkan bahan alami tumbuhan tersebut kurang efektif dalam memikat
lalat buah di pertanaman.
II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Penduduk di Desa
Jono Oge Kecamatan Sigi Biromaru berjumlah 467 KK dengan 1900 jiwa dan umumnya
bekerja sebagai petani, dengan tingkat kesejahteraan masih tergolong rendah,
bahkan sebagian masih tergolong sebagai
masyarakat miskin sehingga masih menerima batuan langsung tunai dari
pemerintah daerah. Jenis komoditi yang
dikembangkan oleh petani di desa tersebut adalah komoditi hortikultura, seperti
berbagai jenis sayuran segar, cabai dan tomat. Dalam pengusahaan jenis-jenis tanaman
tersebut, masalah yang sering dijumpai oleh petani adalah adanya serangan hama
dan penyakit yang cukup tinggi dan selalu
menyerang setiap musim.
Petani di desa Jono Oge umumnya berasal
dari penduduk lokal dengan tingkat pendidikan masih tergolong rendah yakni
hanya tamat SD dan SMP. Dengan latar belakang pendidikan tersebut, maka kegiatan usahatani dilakukan dengan cara tradisional. Untuk mengatasi permasalahan hama dan
penyakit yang menyerang usaha taninya, petani
seringkali dijumpai menggunakan bahan-bahan alami tumbuhan yang
diperoleh di sekitar lahan usaha taninya. Penggunaan bahan-bahan alami tumbuhan
tersebut karena mengikuti cara orang tuanya yang terlebih dahulu menggunakannya
meskipun bila ditanyakan alasannya, para petani tersebut tidak dapat memberikan
jawaban melainkan karena merupakan
“warisan” saja.
Melihat kondisi sebagian
dari petani di desa tersebut, perlu
pemanfaatan bahan-bahan alami tumbuhan secara efektif untuk digunakan sebagai pemikat lalat buah
seperti tumbuhan selasih, viteks, dan
tumbuhan Mb, mengingat jenis-jenis tumbuhan tersebut banyak dijumpai
tumbuh di desa tersebut yang selama ini kurang dimanfaatkan, karena terbatasnya
pengetahuan yang dimiliki oleh petani.
Banyak jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida terlihat hanya tumbuh liar dan menjadi gulma
pada lahan usaha taninya.
Teknologi pembuatan bahan
pemikat lalat buah yang akan diperkenalkan kepada kelompok sasaran ini adalah
rakitan teknologi pembuatan bahan pemikat lalat buah berupa ekstrak sederhana
menggunakan pelarut air dan rakitan teknologi pembuatan perangkap (trap)
berbahan baku botol plastik bekas minuman air mineral yang dimodifikasi. Teknologi
ini merupakan teknologi tepat guna dengan biaya murah karena memanfaatkan
potensi sumberdaya lokal serta barang-barang bekas yang kurang bernilai
ekonomis.
Dengan memperkenalkan bahan pemikat lalat buah
yang berasal dari bahan alami tumbuhan dan pembuatan perangkap (trap) berbahan
baku baku botol plastik bekas minuman air mineral tersebut kepada petani,
diharapkan dapat dengan mudah diadopsi karena sudah terbiasa menggunakan
bahan-bahan tumbuhan sebagai alat pengendali hama pada lahan usaha taninya.
III. METODE PENDEKATAN
Metode kegiatan
yang dilaksanakan adalah Metode Penyuluhan dan Pelatihan serta Demplot Percobaan dan dilanjutkan dengan pembinaan dan
pendampingan terhadap kelompok sasaran program PKM-M
1. Kegiatan penyuluhan
Pada kegiatan ini peserta diberi materi antara
lain: teknik pengendalian lalat buah
yang berwawasan ekologis, membuat ekstraks tumbuhan selasih dan viteks secara
sederhana, cara meramu bahan pemikat
dari minyak cengkeh, macam dan tipe
perangkap lalat buah, dan aspek budidaya, dan pemasaran cabai dalam konteks
agribisnis.
2. Kegiatan Pelatihan
(i).
Pembuatan bahan pemikat lalat buah
Pembuatan bahan pemikat lalat buah yang berupa
ekstrak tumbuhan selasih dan tumbuhan viteks, dilakukan dengan cara daun tumbuhan
dicuci dan dipotong-potong kecil supaya lebih mudah untuk blender. Selanjutnya
untuk masing-masing daun tumbuhan tersebut diblender secara terpisah. Masing-masing daun tumbuhan yang telah diblender di masukkan ke dalam wadah baskom plastik
kemudian dtambahkan/ direndam air suling
(air aquades) sebanyak 1 liter. Waktu
perendaman dilakukan selama 1 x 24 jam, atau 2 x 24 jam. Selanjutnya dilakukan
penyulingan secara sederhana, yaitu menggunakan botol untuk menampung hasil
sulingan, sedangkan pada bagian mulut botol dipasang kertas saring. Larutan
ekstrak yang telah direndam kemudian dimasukkan ke dalam botol saring melalui
mulut botol yang telah dipasang kertas saring. Hasil saringan tersebut kemudian
disimpan untuk dijadikan sebagai bahan pemikat
Pembuatan bahan pemikat
dari minyak cengkeh, dilakukan dengan membuat ramuan dari bahan-bahan, minyak cengkeh, esense vanili, formalin,
amoniak, gula pasir, dan aquades dengan perbandingan bahan tersebut adalah: minyak
cengkeh sebanyak 25 ml, essense vanili sebanyak 5 ml, formalin sebanyak 0,5 l, amoniak
sebanyak 30 ml, gula pasir sebanyak 0,5
kg, dan air sebanyak 1 l. pembuatan
ramuan tersebut dimulai dari gula pasir dilarutkan dalam air dan selanjutnya
ditambahkan berturut-turut dengan bahan
yang lain kemudian larutan diaduk sampai rata.
(ii). Pembuatan bahan perangkap dari bekas botol
minuman air mineral (aqua)
Bahan
perangkap berupa botol bekas minuman air mineral dibuat dengan cara memotong mulut botol
tersebut kemudian mulut botol dimasukkan menghadap ke dalam. Agar potongan tersebut tidak goyang maka
sebelum dimasukkan terlebih dahulu dioleskan lem perekat sehingga pada saat
dimasukkan dapat merekat pada potongan botol liannya. Selanjutnya diberi kawat sebagai tempat untuk
menggantungkan pada tanaman yang akan diaplikaskan.
3. Kegiatan Pembinaan dan Pendampingan
Kegiatan pembinaan dan pendampingan bagi kelompok
sasaran program PKM-M dilakukan setelah
pelaksanaan pelatihan Pembuatan
bahan pemikat lalat buah dan Pembuatan
bahan perangkap dari bekas botol
minuman air mineral (aqua). Kegiatan ini dimaksudkan sebagai proses
transfer teknologi kepada khalayak sasaran terutama bagi mereka yang tingkat
penerimaannya berlangsung lambat. Pada
pelaksanaan pembinaan, setiap anggota
tim pelaksana PKM-M akan mendampingi
4. Demplot Percobaan
Untuk memberikan contah
teknik budidaya cabai merah yang sesuai dengan persyaratan agronomis dilakukan
demplot pertanaman cabai yang dilaksanakan di lahan masyarakat. Pada demplot pertanaman dilakukan budidaya
cabai yang sesuai dengan persyaraatan teknis budidaya mulai dari pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan
panen. Pada demplot pertanaman cabai
juga diaplikasikan teknik pemasangan alat perangkap lalat buah dan aplikasi
bahan pemikat yang telah dibuat pada saat pelatihan dan pembinaan. Demplot
pertanaman dilaksanakan selama tiga bulan.
Keberhasilan pelaksanaan pengendalian lalat buah dengan penggunaan bahan
pemikat lalat buah dibandingkan dengan lahan pertanaman cabai yang tidak
dilakukan pengendalian lalat buah
1. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi
kegiatan dilakukan penilaian keberhasilan program yang meliputi: respon,
tanggapan, dan kehadiran para peserta. Selain itu juga penguasaan materi serta
ketrampilan para peserta merupakan indikator yang sangat penting dalam kegiatan ini. Sebagai
tolok ukur dan kriteria kegiatan ini dikatakan berhasil bila respon peserta
tergolong baik (di atas 70%), kehadiran
tergolong cukup (di atas 70%), dan penguasan materi maupun ketrampilan
tergolong tinggi (di atas 70%). Penguasaan materi dan ketrampilan dapat dilihat
dari terwujudnya bahan pemikat dan alat perangkap lalat buah yang dapat dibuat
oleh khalayak sasaran
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
4.1 Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Program PKMM ini dilaksanakan selama 4 (empat)
bulan yakni dimulai pada Bulan
Maret 2011 sampai dengan Mei 2011,
bertempat di wilayah kerja kelompok tani ”SUMBER JAYA” di Desa Desa Jono Oge Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi
4.2
Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan
PKMM ini dilakukan dengan kegiatan
pengumpulan bahan dan peralatan yang akan digunakan kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan penyuluhan serta demplot percobaan.
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan selama 2 kali selama program PKMM
dan kegiatan demplot percobaan dilaksanakan selama satu musim tanam cabe.
V. HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Yang Dicapai
5.1.1 Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan adalah :
1. Penyuluhan tentang
teknik pembuatan bahan pemikat
lalat buah dari bahan alami tumbuhan
.
Pembuatan bahan pemikat lalat buah dari bahan alami
tumbuhan antara lain dapat dilakukan berupa pembuatan ekstrak tumbuhan selasih,
ekstrak tumbuhan viteks, dan bahan ramuan dengan menggunakan minyak cengkeh,
essense vanili, formalin, amoniak, gula pasir, dan air. Organ tumbuhan berupa daun tumbuhan selasih dan daun atau
pucuk tumbuhan vitex digerus / ditumbuk
/ diblender sampai menjadi serbuk. Selanjutnya
hasil tersebut di larutkan dalam air.
Selanjutnya larutan dari ekstrak
tumbuhan tersebut disimpan pada botol dan ditutup rapat serta selanjutnya siap
digunakan sebagai bahan pemikat. Untuk ramuan menggunakan minyak cengkeh,
essense vanili, formalin, amoniak, gula pasir, dan air diramu sesuai
dengan takaran agar mempunyai
efektivitas tinggi.
2. Penyuluhan tentang
teknik pembuatan alat perangkap
tipe Steiner yang dimodifikasi
Pembuatan perangkap tipe steiner dilakukan dengan cara memotong bagian leher botol plastik bekas minuman air mineral ukuran satu
liter sepanjang 10 cm dari mulut botol, kemudian dibalik dan dimasukkan ke
dalam potongan badan botol sehingga mulut botol berbentuk corong. Sambungan badan botol dan mulut botol diberi perekat agar tidak
terlepas. Salah satu sisi botol
dilubangi untuk tempat meletakkan kapas yang akan diteteskan bahan
pemeikat. Perangkap digantungkan pada
permukaan tajuk tanaman cabai dengan posisi horizontal (tidur) menggunakan
tiang penyanggah
Gambar 1. Bentuk Perangkap Tipe Steiner yang
Dimodifikasi Dari Botol Bekas Air Mineral
3. Penyuluhan tentang teknik budidaya tanaman
cabai
Cara / teknik budidaya cabai
disampaikan baik yang akan ditanam pada musim kemarau maupun musim hujan.
Materi penyuluhan mencakup mulai persemaian sampai panen.
4.
Penyuluhan aspek sosial-ekonomi dan aspek lingkungan
Diberikan sejumlah informasi yang
berkenaan dengan tatacara berorganisasi (kelompok tani), dan pemasaran hasil
tanaman budidaya, serta aspek keamanan lingkungan dalam pengaplikasian
insektisida.
5.1.2 Pelaksanaan Demplot Percobaan
Demplot yang dibuat berukuran panjang 25
meter, lebar 20 meter yang dibuat atas bedengan-bedengan. Setiap bedengan
berukuran lebar 80 centimeter dan jarak antara bedeng dibuat selokan dengan
lebar 40 cm. Setelah bedengan dibuat selanjutnya dilakukan penanamn pertanaman cabai
yang sebelumnya dilakukan persemaian sesuai dengan petunjuk teknik agronomis,
yakni bibit yang memperlihatkan pertumbuhan yang baik dipindahkan ke
pertanaman. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 x 70 cm2. Setelah tanaman tumbuh dilakukan pemantauan terhadap
tanaman yang tidak tumbuh untuk segera dilakukan penyulaman. Penyulaman
dilakukan dengan mengganti tanaman yang tidak tumbuh dan dilakukan pada 2
minggu setelah tanam. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan berupa pembersihan
gulma dan pemberian air. Pemeliharaan
ini dilakukan sampai menjelang panen.
Aplikasi bahan pemikat lalat buah berupa
pembuatan ekstrak tumbuhan selasih, ekstrak tumbuhan viteks, dan bahan ramuan
dengan menggunakan minyak cengkeh, essense vanili, formalin, amoniak, gula
pasir, dan air dengan menggunakan perangkap tipe steiner yang dimodifikasi
dilakukan pada pertanaman yang mulai
membentuk buah
5.1.3 Pembinaan
dan Pendampingan
Kegiatan pembinaan dan pendampingan bagi kelompok
sasaran program PKM-M dilakukan setelah pelaksanaan
pelatihan Pembuatan bahan pemikat
lalat buah dan Pembuatan bahan perangkap dari bekas botol minuman air
mineral (aqua), serta demplot percobaan. Kegiatan ini dimaksudkan
sebagai proses transfer teknologi kepada khalayak sasaran terutama bagi mereka
yang tingkat penerimaannya berlangsung lambat.
Pada pelaksanaan pembinaan,
setiap anggota tim pelaksana PKM-M akan mendampingi
5.1.4 Memantau
dan mengevaluasi hasil yang
dicapai oleh petani dalam menerima teknologi pengendalian lalat buah Bactrocera
dengan Teknologi pembuatan bahan pemikat dan perangkap tipe steiner yang
dimodifikasi.
Pelaksanaan pemantauan dilakukan
secara berkala seminggu sekali untuk melihat dan mengevaluasi proses
transfer teknologi kepada petani. Selain itu juga untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas bahan pemikat yang dibuat oleh petani dapat berperan dalam memikat
lalat buah pada pertanaman cabai.
Kekurangan-kekurangan dalam alih teknologi yang dijumpai selama
pemantauan dilakukan perbaikan kepada petani sehingga hasilnya dapat menjadi lebih baik
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil
pelaksanaan kegiatan PKMM ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pemanfaatan bahan pemikat lalat buah dari bahan alami
tumbuhan seperti ekstrak tumbuhan selasih, ekstrak tumbuhan viteks, dan bahan
ramuan dengan menggunakan minyak cengkeh, essense vanili, formalin, amoniak,
gula pasir, dan air sudah dapat diadopsi oleh peserta kegiatan penerapan PKMM
sehingga bahan-bahan tersedut sudah dapat digunakan sebagai salah satu bahan
pengendali hama lalat buah pada
pertanaman cabai.
2.
Pemberian penyuluhan, pelatihan dan praktek lapang
tentang pemanfaatan tumbuhan bahan alami tumbuhan sebagai bahan pemikat
lalat buah dan pembuatan perangkap tipe steiner yang dimodifikasi dari botol
bekas minuman air mineral dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
petani.
3.
Kesungguhan dan perhatian peserta kegiatan PKMM,
serta ketrampilan yang dimiliki peserta setelah kegiatan PKMM ini menjadi tolok
ukur terjadinya transfer teknologi
pengendalian hama
lalat buah pada tanaman cabai dengan penggunaan bahan pemikat dari beberapa
jenis ekstrak tumbuhan.
6.2 Saran
Program PKMM
ini hanya secara khusus ditujukan kepada petani cabai dan bagi mereka yang
secara sukarela ingin memperoleh informasi tentang pemanfaatan bahan alami tumbuhan sebagai bahan pemikat lalat buah, sehingga
masih perlu dilakukan upaya pemasyarakatan yang lebih luas, terutama kepada
petani yang mengusahakan tanaman buah-buahan lainnya.
0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:
Posting Komentar
sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???