Pengaruh Mulsa Dan
Jenis Tanaman Hutan Terhadap Sifat Fisik Tanah Di Ruang Terbuka Hijau Kampus
Universitas Tadulako
Maryam1), Wardah2), Rahmawati2)
1) Mahasiswa Program
S1 Kehutanan
2) Dosen Pembimbing
Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Palu, Sulawesi Tengah 94112
Absract
Soil is a grow place, a supplier of nutrient elements,
water, mineral, and others required for vegetation and animal growth. As a
dynamic system, soil will always experience the changes, those are the physical,
chemical, and biological change. The organic Mulsa use coming from natural organic
and easily raveled substances such like plant residues, namely Straw and Manure is an endeavor to keep stability of plant growing site.
This research aims to find out the
Mulsa influence on soil physical characteristic at Mahoni (Swietenia macrophylla) and Trembesi tree (Samanea saman) on green space area of Tadulako
University.
This research is arranged by using completely randomized
design with factorial pattern consisted of 2 factors, firstly is type of
plant which the soil sample is going to be taken, it consists of two types,
those are Mahoni (Swietenia macrophylla) and Trembesi (Samanea saman)
tree. Secondly is the use of Mulsa consisted of three treatments, using no
Mulsa, Straw, and Mulsa Manure.
The result indicates that treatments of organic Mulsa, forest
plantation Mahoni, and Trembesi do not clearly have an effect on permeability
characteristic, bulk density, and porosity, but those clearly have an effect on
stability of soil aggregate. Soil given organic Mulsa such like straw cultivated
Trembesi tree, the stability of its soil aggregate is clearly higher than other
treatments.
Abstrak
Tanah merupakan tempat tumbuh, penyedia unsur hara, air,
mineral dan lain-lain yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi dan hewan.
Sebagai suatu sistem dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan
yaitu perubahan segi fisik, kimia, ataupun biologi tanahnya. Penggunaan mulsa
organik yang berasal dari bahan-bahan organik alami dan mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman yaitu jerami dan seresah merupakan suatu usaha untuk menjaga
kestabilan tempat tumbuh tanaman. Tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mulsa
terhadap sifat fisik tanah pada tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla), dan Trembesi (Samanea saman) Pada kawasan Ruang Terbuka Hijau di Universitas
Tadulako.
Penelitian ini disusun dengan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pola factorial (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu Faktor
pertama adalah jenis tanaman yang akan di ambil sampel tanahnya, terdiri dari
dua jenis yaitu Mahoni (Swietenia
macrophylla) Trambesi ( Samanea saman)
Faktor kedua yaitu penggunaan mulsa yang terdiri dari tiga perlakuan Tanpa
menggunakan mulsa, Mulsa Jerami, dan Serasah Mulsa.
Hasil menunjukkan
bahwa Perlakuan mulsa organik dan jenis tanaman hutan Mahoni dan
Trembesi tidak berpengaruh nyata terhadap sifat permeabilitas, bulk density dan
porositas, tetapi berpengaruh nyata terhadap stabilitas agregat tanah. Tanah yang diberi mulsa organik jerami
yang ditanami Trembesi secaranya nyata stabil agregat tanahnya lebih tinggi
dari pada perlakuan lainnya.
1.
PENDAHULUAN
Tanah merupakan tempat tumbuh, penyedia unsur hara, air, mineral dan
lain-lain yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi dan hewan. Sebagai suatu
sistem dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan
segi fisik, kimia, ataupun biologi tanahnya. Perubahan-perubahan ini terutama
karena berbagai unsur iklim. Kerusakan tanah yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan
yang berlebihan misalnya kerusakan dengan lenyapnya lapisan tanah, peristiwa
ini dikenal dengan erosi. Erosi berlansung secara alamiah yang di karenakan
oleh beberapa tindakan manusia terhadap tanah, dan tanaman yang tumbuh
diatasnya sehingga menimbulkan kerugian kepada manusia, seperti banjir,
kekeringan dan kurangnya produktifitas tanah
(Brady, 1974).
Tanah dan air merupakan kekayaaan alam yang harus tetap lestari
pengelolaaan tanah ditujukan untuk menjaga kesuburan tanah. kesuburan tanah
merupakan unsur penting dalam pencegahan erosi
pada suatu kawasan. Pengelolaan tanah meliputi pemeliharaan sifat fisik,
kimia, dan biologi serta kandungan bahan
organik tanah yang berfungsi untuk menstabilkan agregat tanah (Foth, 1995).
Sifat fisik tanah sangat penting peranannya dalam
pertumbuhan tanaman. Karena sifat fisik tanah dapat menjadi indikator
kemampuan tanah untuk mengkonservasi, mengalirkan dan menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Sifat fisik tanah yang
mempengaruhi tanah ialah struktur tanah, bulk density permeabilitas
tanah, stabilitas agregat, dan
tekstur tanah serta porositas tanah. Di mana struktur dapat mempengaruhi sifat tanah
dan tekstur tanah yang baik dapat mengikat air dan menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan sehingga di
perlukan penutupan tanah dengan cara pemberian mulsa.
Mulsa organik adalah sisa-sisa
tanaman yang tersebar di permukaan tanah yang dapat menghasilkan bahan organik.
Sisa tanaman tersebut dapat berupa seresah, cabang , ranting, batang maupun
daun-daun bekas tanaman atau sisa tanaman hasil panen. Bahan organik yang
dihasilkan serta kemampuan dalam menjaga suhu tanah sehingga mulsa organik
dalam penggunaannya memiliki peran penting dalam mengatasi sifat fisik dan
struktur tanah.
Penggunaan mulsa organik yang
berasal dari bahan alami dan mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman yaitu
jerami dan seresah merupakan suatu usaha untuk menjaga kestabilan tempat tumbuh
tanaman. Salah satu indikator tempat tumbuh tanaman adalah kondisi tanah dengan
suhu dan kelembaban yang memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman. Oleh karena
itu, dalam setiap penggunaan bahan mulsa memiliki pengaruh yang berbeda tehadap
pertumbuhan tanaman.
Ruang Terbuka Hijau yang terdapat di kampus Universitas Tadulako
memiliki tekstur tanah dengan kelas
tektur lempung berpasir, stuktur tanah dan permeabilitas pada tanah kosong
tidak mempunyai daya simpan yang mampu mengikat air sehingga penyerapanya cukup
tinggi di kawasan tersebut. Salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik di
kawasan ruang terbuka hijau yaitu pemberian mulsa baik mulsa jerami maupun
mulsa seresah. Terutama pada jenis-jenis tanaman yang ada di ruang terbuka
hijau seperti Mahoni (Sweitenia
macrophylla) dan Trembesi (Samanea
saman).
1.2 Rumusan Masalah
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah dan sumber
bahan organik yang ada di permukaan tanah. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh jenis pemberian mulsa organik dan jenis tanaman
terhadap sifat fisik tanah di ruang terbuka hijau kampus Universitas Tadulako
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa
organik dan sifat fisik tanah jenis tanaman hutan Mahoni dan Trembesi
terhadap sifat fisik tanah permeabilitas, bulk density, porositas, stabilitas
agregat dan tekstur.
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai informasi tentang peranan mulsa organik dan jenis
tanaman hutan Mahoni dan Trembesi terhadap sifat fisik tanah di ruang terbuka
hijau (RTH) di Universitas Tadulako bagi peneliti dan peneliti lainnya.
2.1 Tempat
dan waktu
Penelitian
ini bertempat di Ruang Terbuka Hijau Kampus Univrsitas Tadulako. Waktu
penelitian ini di laksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Juni sampai
dengan bulan Agustus 2012.
2.2 Bahan
dan Alat
·
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1.
Sampel tanah
utuh dan komposit pada masing-masing tanaman
dengan perlakuan mulsa.
2.
Label tempel,
digunakan untuk mencatat kode sampel.
3.
Zat-zat
kimia, digunakan dalam analisis laboratorium.
4.
Dua jenis tanaman yang telah di
beri mulsa terdiri dari Mahoni (swietenia
macrophylla) dan Trembesi ( Samanea
saman).
5.
Hamparan tanaman di RTH Untad
·
Alat yang
digunakan antara lain :.
1.
Kantong
plastik, digunakan untuk menyimpan sampel tanah tidak utuh.
2.
Cangkul
/sekop, digunakan untuk menggali tanah.
3.
Ring sampel tanah
4.
Kamera,
digunakan untuk keperluan dokumentasi.
5.
Alat-alat
laboratorium, digunakan untuk menganalisis sampel tanah..
6.
Pisau atau
cutter.
7.
Alat tulis
menulis.
2.3 Data
awal penelitian sebelumnya
1. Pertamabahan diameter batang
·
Mahoni berumur ± 6 bulan dengan
diameter rata-rata 6,67cm
·
Trembesi berumur ± 6 bulan
dengan diameter rata-rata 6,67cm
1.
Pertamabahan tinggi tanaman
·
Mahoni berumur ± 6 bulan dengan
diameter rata-rata 9,72cm
·
Trembesi berumur ± 6 bulan
dengan diameter rata-rata 7,67cm
2.
Pertamabahan tinggi tanaman
·
Mahoni berumur ± 6 bulan dengan
diameter rata-rata 6,33cm
·
Trembesi berumur ± 6 bulan
dengan diameter rata-rata 7,67cm
2.3.1
Metode Penelitian
Penelitian ini
disusun dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial
(RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu
1
Faktor pertama adalah jenis
tanaman yang akan di ambil sampel tanahnya, terdiri dari dua jenis yaitu:
§ Trembesi (J1)
§ Mahoni (J₂)
2
Faktor kedua yaitu penggunaan
mulsa yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu:
§ Tanpa menggunakan mulsa (Mo)
§ Mulsa Jerami (M₁)
§ Mulsa Seresah (M₂)
Dengan demikian
terdapat 9 kombinasi perlakuan seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan dalam rancangan
percobaan faktorial terhadap sifat fisik tanah pada berbagai perlakuan mulsa
terhadap tanaman.
|
|
pemberian mulsa
|
|
|
|
|
|
Jenis tanaman
|
Tanpa Mulsa (Mo)
|
Mulsa Jerami (M₁)
|
Mulsa Seresah (M₂)
|
|
|
|
|
Trembesi (J₁)
|
J₁ Mo
|
J₁ M₁
|
J₁ M₂
|
|
|
|
|
Mahoni (J₂)
|
J₂ Mo
|
J₂ M₁
|
J₂ M₂
|
|
|
|
|
Tiap Kombinasi perlakuan
diambil 2 sampel pada titik yang berbeda tetapi pada Jenis tanaman yang sama
dan perlakuan diulang 2 kali sehingga
terdapat 12 sampel unit penelitian.
2.4 Prosedur
Penelitian
2.4.1 Teknik pengambilan sampel tanah
Adapun cara pengambilan sampel yaitu :
1. Sampel tanah utuh digunakan untuk menganalisis bulk density (bulk density), permeabilitas
tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan menggunakan ring sampel
yaitu dengan cara membersihkan tanah dari seresah dan rumput lalu meletakan ring sampel di atas
tanah yang telah ditentukan letaknya kemudian dimasukkan ke dalam tanah dengan
mengunakan martil, kemudian ring sampel diangkat dengan menggunakan sekop
beserta tanah yang ada di dalamnya. Ring
yang berisi tanah kemudian diratakan dengan cutter sehingga kedua permukaan benar-benar rata dengan bibir
ring sampel, setelah itu kedua ujung ring tersebut di tutup dengan mengunakan
tutup ring yang terbuat dari plastik. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan cara mengambil titik tengah
yang telah ditentukan titiknya. Jumlah sampel tanah utuh adalah eenam (6) yang diambil dari satu kedalaman (5-20 cm)
pada masing-masing tanaman dengan perlakuan mulsa di ruang terbuka hijau.
2.
Sampel tanah tidak utuh
digunakan untuk analisis
tekstur dan
struktur pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan
dengan cara mengambil tanah dari
titik yang telah ditentukan letaknya, kemudian dikompositkan/dicampur untuk
menghasilkan 1 sampel tanah. Jumlah
sampel tanah tidak utuh adalah
enam (
6) yang diambil dari
satu kedalaman (
5-20 cm) pada masing-masing
perlakuan
mulsa di ruang terbuka hijau.
3.
Sampel tanah
utuh (bongkahan tanah) digunakan untuk analisis stabilitas agregat pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan
cara mengambil tanah dari titik yang telah ditentukan letaknya, bersihkan
permukaan tanah dari seresah dan rumput kemudian tanah disekop sampai kedalaman
20 cm, tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik. (diusahakan jangan sampai
struktur atau agregat tanahnya rusak atau hancur). Jumlah
sampel tanah utuh adalah sembilan (6) yang diambil dari satu kedalaman (5-20 cm) pada masing-masing perlakuan mulsa di ruang
terbuka hijau. Jumlah keseluruhan sampel adalah 12
3.3.2 Jenis Data
Data
yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
1.
Data Primer
Data primer yang dikumpulkan berupa data
sifat fisik tanah yang meliputi tekstur, struktur tanah, bulk desinty, permeabilitas
tanah, dan stabilitas
agregat yang akan dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
Metode analisis
tanah yang dilakukan di Laboratorium disajikan pada tabel 2
Tabel 2. Metode Analisis Tanah di Labolatorium
No
|
Sifat Tanah
|
Metode
|
1
2
3
4
5
6
|
Tekstur
Struktur
Permeabilitas
Bulk density
Porositas
Stabilitas
agregat
|
menggunakan metode pipet
pengamatan
secara langsung
Hidrolik
Contoh tanah utuh dalam ring sampel
dihitung (bulk density dan kerapatan partikel)
Pengayakan
|
Adapun cara kerja analisis tanah di laboratorium sebagai
berikut :
1. Tekstur Tanah
Mengambil tanah
komposit sebanyak 10 gr yang telah diayak dengan ukuran ayakan 2 mm, dan memasukkan kedalam
erlemeyer (lampiran). Menambahkan H2O2
25-50 ml, diamkan selama 1 hari kemudian panaskan, setelah mendidih tambahkan
HCl2N 25 ml, cukupkan volume sampel sampai 100 ml dengan aqudest, biarkan
sampai mendidih dan hilangkan busanya, angkat dan
dinginkan,
saring pasir kasar (0,25mm) pasir halus (0,09 mm), masukkan air saringan
kedalam labu ukur 1000 dengan manambahkan aquades, tambahkan 25 ml calgon 12,5
ml (utuk memisahkan debu dan liat), kocok hingga rata, setelah itu pipet 25 ml
untuk debu, diamkan selama 1 jam pipet 25 ml utuk liat, kemudian keringkan dalam
oven selama 1 hari, timbang berat masing-masing fraksi. Proporsi fraksi menurut kelas tekstur
digambarkan pada Tabel 3.
Tabel 3.
Proporsi Fraksi Menurut Kelas Tekstur Tanah
No
|
Kelas
Tekstur Tanah
|
Proporsi
(%) fraksi tanah
|
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Pasir
(Sandy)
Pasir
berlempung (Loam sandy)
Lempung
Berpasir (Sandy
loam)
Lempung
(Loam)
Lempung
Liat Berpasir (Sandy clay loam)
Lempung
Liat Berdebu (Sandy slity loam)
Lempung
Berliat (Clay loam)
Lempung
Berdebu (Slity loam)
Debu
(Slit)
Liat
Berpasir (Sandy
clay)
Liat
Berdebu (Slity clay)
Liat (Clay)
|
>85
70-90
40-87,5
22,5-52,5
45-80
<20
20-45
<47,5
<20
45-62,5
<20-<45
|
<15
<30
<50
30-50
<30
40-70
15-52,5
50-87,5
>80
<20
40-60
<40
|
<10
<15
<20
10-30
20-37,5
27,5-40
27,5-40
<27,5
<12,5
37,5-57,5
40-60
>40
|
Sumber: Panduan Analisis Fisik Tanah
Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
2. Permeabilitas
Contoh tanah di dalam ring sampel direndam dalam baki perendam
selama 24 jam, setelah perendaman selesai, contoh tanah yang sudah jenuh air
dipindahkan ke alat penetapan permeabilitas (lampiran), kemudian
dialiri air selama 1 jam yang terbagi ke dalam 3 tahap yaitu 30 menit pertama
15 kedua dan
15 menit ketiga. Setelah itu melakukan
pengukuran air yang tertampung selama 1 jam (ml). Kelas permeabilitas tanah menurut USSCS disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4.
Kelas Permeabilitas Tanah Menurut USSCS
No
|
Kecepatan permeabilitas (
cm/jam )
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
< 0.12
0.13- 0.51
0.51- 2.00
2.01- 6.25
6.26 -12.50
12.51- 25.00
> 25.00
|
Sangat
Lambat
Lambat
Agak
Lambat
Sedang
Agak
Cepat
Cepat
Sangat
Cepat
|
|
|
|
|
Sumber : Panduan
Analisis Fisik Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
3. Bulk Density
Sampel tanah utuh (ring) di masukkan
ke oven selama 2 hari dengan suhu 105o C. Kemudian timbang keseluruhan (tanah+ring) kemudian dikurangi oleh
berat ring maka akan diperoleh berat tanah kering oven. Ukur tinggi dan
diameter ring untuk analisis porositas tanah.
4. Porositas
Tentukan bobot jenis tanah
dengan cara seperti pada praktikum no 4, untuk nilai kepadatan partikel dipakai
nilai 2,65. Total porositas berarti sama
dengan jumlah air yang dapat mengisi pori-pori
tanah apa bila tanah dalam keadaan jenuh air. Jumlah pori dari 0 – 8,6 mikron menunjukkan
jumlah air dalam keadaan kapasitas lapang.
Jumlah pori dari 0,2 – 8,6 mikron menunjukkan jumlah air tersedia bagi
tanaman.
Tanah-tanah yang bertekstur halus akan mempunyai
presentase ruang pori total yang lebih tinggi dibanding tanah yang bertekstur
kasar seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Porositas Dari Berbagai Tekstur Tanah
No
|
Kelas Tekstur
|
Porositas (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Liat
Lempung
Berliat
Lempung
Berdebu
Lempung
Lempung
Berpasir Halus
Lempung
Berpasir
Pasir
|
60
59
56
55
51
48
42
|
Sumber : Panduan Analisis Fisik Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
6. Stabilitas
Agregat
Pengayakan ada
dua yaitu pengayakan kering dan pengayakan basah. Pengayakan kering,
contoh tanah dengan agregat utuh (bongkah) kira-kira 500 g tanah kering ditaruh di atas ayakan
8 mm, dibawah ayakan ini berturut-turut terdapat ayakan 4,76 mm, 2,83 mm, 2 mm
dan 0 mm, haluskan tanah dengan
menggunakan lumpang (alu kecil) sampai semua tanah lolos melalui ayakan 8 mm,
gerak-gerakan ayakan dengan tangan, masing-masing fraksi agregat ditimbang
kemusian dinyatakan dalam tegakan %.
Persentasi agregasi = 100% dikurangi dengan % agregasi lebih kecil dari
2 mm.
Pengayakan basah, agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering,
kecuali agregat lebih kecil dari 2 mm, ditimbang dan masing-masing dimasukkan
ke dalam cawan, teteskan air pada tanah dalam cawan sampai kapasitas lapang,
simpan dalam inkubator pada temperatur 20o C selama 1 malam,
pindahkan tiap agregat dari cawan ke ayakan sebagai berikut :
-
Agregat antara 8 dan 4,74 mm di
atas ayakan 4,76 mm
-
Agregat antara 4,76 dan 2,83 mm
diatas ayakan 2,83 mm
-
Agregat antara 2,83 dan 2 mm di
atas ayakan 2 mm
Disamping ayakan tersebut di atas,
digunakan berturut-turut ayakan 1mm, 0,5 mm, pasang susunan ayakan dan
pengayakan dilakukan selama 5 menit, setelah selesai pindahkan agregat tiap
ayakan ke cawan, buang kelebihan air dari cawan lalu keringkan diatas pemanas
terbuka pada suhu 130o C, setelah kering kemudian ditimbang. Kelas indeks
stabilitas
agregat disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6: Kalsifikasi indeks stabilitas agregat
No
|
Kelas
|
Indeks
stabilitas %
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Sangat stabil
sekali
Sangat stabil
Stabil
Agak stabil
Kurang stabil
Tidak stabil
|
> 200
80-200
66-80
50-66
40-50
< 40
|
Sumber: Panduan Analisis Fisik
Tanah Laboratorium Ilmu Tanah UNTAD
2.
Data Sekunder
Data
sekunder merupakan data penunjang yang telah tersedia pada instansi ,terkait dan data yang di peroleh dari berbagai studi literatur
yang berhubungan dengan penelitian ini.
Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis sidik ragam sesuai
dengan metode rancangan
acak lengkap dengan
pola factorial (RAL). Model matematis yang akan digunakan adalah
berdasarkan Gaspers (1991), yaitu:
Yijk=µ + Ai + Bj + ABij + €ij
Dimana:
µ = Rataan Umum
Ai = Pengaruh Faktor A pada taraf ke –i
Bj = Pengaruh Faktor B ke –j
ABij =
Interaksi antara Faktor A dengan Faktor B
€ij =
Pengaruh galat pada Faktor A ke taraf
ke-I dan Faktor B taraf ke-j
Analisis dalam
penelitian sifat fisik tanah pada berbagai perlakuan Mulsa menggunakan Rancangan
Percobaan faktorial ini adalah sebagai berikut (Gasperz.V, 1991).
FK =
JKT = ∑ (Y) - FK
JKP
= - FK
JKG = JKT – JKK-JKK
JKA = - FK
JKB = - FK
JKAB = JKP-
JKA- JKB
Dimana:
(Y...2)
= Kuadrat total
FK = Faktor Koreksi
JKT = Jumlah Kuadrat Total
JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKA = Jumlah Kuadrat Faktor A
JKB = Jumlah Kudarat Faktor B
JKAB = Jumlah kuadrat interaksi Faktor A dan B
JKG = Jumlah Kuadrat Galat
Analis keragaman dalam penelitian sifat fisik tanah dengan menggunakan Rancangan Percobaan
factorial adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Analisis
Keragaman dalam penelitian sifat fisik tanah dengan menggunakan Rancangan percobaan factorial.
Sumber
|
Derajat
|
Jumlah
|
Kuadrat
|
|
F Tabel
|
|
Keragaman
|
Bebas
|
Kuadrat
|
Tengah
|
F Hitung
|
0.05
|
0.01
|
(SK)
|
(DB)
|
(JK)
|
(KT)
|
|
|
|
PERLAKUAN
|
a.b -1
|
JKP
|
|
|
|
|
A
|
a – 1
|
JKA
|
|
|
|
|
B
|
b -1
|
JKB
|
|
|
|
|
AB
|
(a-1) (b-1)
|
JKAB
|
|
|
|
|
Galat
|
a.b (R-1)
|
JKG
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
(R.a.b -1)
|
JKT
|
|
|
|
|
Jikaanalisis sidik ragam menunjukan pengaruh yang nyata atau sangat
nyata akan dilanjutkan dengan uji
jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
3.1 Hasil
3.1.1 Tekstur Tanah
Dari hasil analisis tektur tanah di
Laboratorium di ketahui bahwa tanah di sekitar tanaman Mahoni dan Trembesi
dengan perlakuan berbagai mulsa memiliki kelas tekstur lempung berpasir dan
lempung liat berpasir. tekstur tanah
tersebut disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Tekstur
tanah pada berbagai perlakuan jenis tanaman dan mulsa
Jenis Tanaman
|
Mulsa
|
|
|
Fraksi Tanah
|
Kelas Tekstur
|
|
|
pasir kasar
|
Pasir halus
|
Debu
|
Liat
|
|
|
Mo
|
29,2
|
20,0
|
37,7
|
13,1
|
Lempung berpasir
|
Trembesi (J₁)
|
M₁
|
31,0
|
16,2
|
34,0
|
18,8
|
lempung berpasir
|
|
M₂
|
31,3
|
18,1
|
29,8
|
20,8
|
Lempung liat berpasir
|
|
Mo
|
37,6
|
18,6
|
34,8
|
9,0
|
Lempung berpasir
|
Mahoni (J₂)
|
M₁
|
39,7
|
19,6
|
24,5
|
16,2
|
Lempung berpasir
|
|
M₂
|
29,3
|
23,5
|
32,5
|
14,7
|
lempung berpasir
|
Tabel 8. menunjukkan bahwa tanah yang sudah
ditanami dengan Trembesi dan Mahoni yang diberi mulsa cenderung memuliki
tekstur yang sama yaitu lempung berpasir, kecuali tanah yang ditanami Trembesi
dengan diberi mulsa seresah memiliki lempung liat yang agak tinggi sehingga
teksturnya lempung liat berpasir. Kondisi tekstur yang mirip tersebut
menunjukkan bahwa jenis tanaman pohon dan perlakuan mulsa tidak berpengaruh
terhadap tekstur tanah..
5.1.2 Permeabilitas
Dari hasil analisis permeabilitas
tanah di Laboratorium ilmu tanah.
Dianalisis sidik ragam untuk mengetahui berbagai perlakuan mulsa dan jenis
tanaman terhadap permeabilitas tanah. Adapun analisis sidik ragamnya disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil analisis sidik ragam
pada permeabilitas tanah
|
|
|
|
|
F Tabel
|
|
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
0,05
|
0,01
|
PERLAKUAN
|
5
|
6670,15
|
1334
|
1TN
|
5,99
|
13,74
|
J
|
1
|
143,83
|
143,83
|
0,1TN
|
5,99
|
13,74
|
M
|
2
|
1491,78
|
757,89
|
0,52TN
|
5,99
|
13,74
|
(JxM)
|
2
|
6376,54
|
3188,27
|
2,24TN
|
4,76
|
9,78
|
Galat
|
6
|
8505,02
|
1417,50
|
|
|
|
Total
|
11
|
21884,7
|
|
|
|
|
Keterangan : TN : Tidak berpengaruh
nyata
Analisis sidik ragam yang
disajikan pada Tabel 9. menunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata
pada permeabilitas tanah.
Untuk mengetahui kombinasi
perlakuan terbaik terhadap permeabilitas. Rata-rata permeabilitas tanah yang
ditanami Mahoni dan Trembesi dan diberi mulsa dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata permeabilitas
tanah.
|
|
Jenis
|
|
|
Mulsa
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
J₁
|
|
J₂
|
|
Mo
|
3,79
|
|
23,68
|
13,73
|
M₁
|
16,64
|
|
65,48
|
41,06
|
M₂
|
54,46
|
|
5,71
|
30,08
|
Rata-rata
|
24,96
|
|
31,62
|
|
Tabel
10 menunjukkan bahwa permeabilitas tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung
lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Trembesi, selanjutnya permeabilitas
tanah yang di beri mulsa jerami lebih tinggi dari pada mulsa seresah dan tanpa
mulsa. Meskipun perbedaannya cenderung tidak berbeda nyata
5.1.3 Bulk Density
Hasil analisis bulk density tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik
ragam untuk mengetahui pengaruh berbagai perlakuan mulsa dan jenis tanaman
terhadap bulk density tanah. Adapun hasil analisis sidik ragamnya disajikan
pada Tabel 11 .
Tabel 11. Hasil analisis Sidik ragam pada bulk density tanah.
|
|
|
|
|
F Tabel
|
|
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
0,05
|
0,01
|
|
|
|
|
|
|
|
PERLAKUAN
|
5
|
0,13
|
0,026
|
1,625TN
|
5,14
|
10,92
|
J
|
1
|
0,01
|
0,01
|
0,625TN
|
5,99
|
13,74
|
M
|
2
|
0,03
|
0,015
|
0,937TN
|
5,99
|
13,74
|
(JxM)
|
2
|
0,09
|
0,045
|
2,812TN
|
4,76
|
9,78
|
Galat
|
6
|
0,1
|
0,016
|
|
|
|
Total
|
11
|
0,36
|
|
|
|
|
Keterangan : TN : Tidak berpengaruh
nyata
Analisis sidik
ragam yang disajikan pada Tabel 12. menunjukkan bahwa perlakuan tidak
berpengaruh nyata pada bulk density tanah.
Pengarunh kombinasi
perlakuan terhadap bulk density dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata pada bulk density tanah.
|
|
Jenis
|
|
|
Mulsa
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
J₁
|
|
J₂
|
|
Mo
|
1,36
|
|
1,30
|
1,33
|
M₁
|
1,36
|
|
1,34
|
1,34
|
M₂
|
1,26
|
|
1,40
|
1,40
|
Rata-rata
|
1,33
|
|
1,67
|
|
Tabel
12 menunjukkan bahwa Bulk Density tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung
lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Trembesi, selanjutnya bulk density tanah yang diberi
mulsa seresah lebih tinggi dari pada mulsa jerami dan tanpa mulsa.
3.1.4 Porositas
Hasil analisis Porositas tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik
ragam untuk mengetahiu berbagai perlakuan mulsa. Adapun analisis sidik ragamnya
disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil analisis Sidik ragam pada
porositas tanah.
|
|
|
|
|
F Tabel
|
|
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
0,05
|
0,01
|
|
|
|
|
|
|
|
PERLAKUAN
|
5
|
154,01
|
30,8
|
1TN
|
5,99
|
13,74
|
J
|
1
|
2,35
|
2,35
|
0,05TN
|
5,99
|
13,74
|
M
|
2
|
26,64
|
13,32
|
0,3TN
|
5,99
|
13,74
|
(JxM)
|
2
|
125,02
|
62,51
|
1,42TN
|
5,14
|
10,92
|
Galat
|
6
|
262,58
|
43,76
|
|
|
|
Total
|
11
|
570,6
|
|
|
|
|
Keterangan : TN : Tidak berpengaruh nyata
Analisis sidik ragam yang
disajikan pada Tabel 14. menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata
terhadap porositas tanah.
Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap porositas tanah
dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata porositas tanah.
|
|
Jenis
|
|
|
Mulsa
|
|
|
|
Rata-rata
|
|
J₁
|
|
J₂
|
|
Mo
|
48,49
|
|
50,62
|
49,55
|
M₁
|
48,53
|
|
53,6
|
51,06
|
M₂
|
52,36
|
|
42,50
|
47,43
|
Rata-rata
|
49,79
|
|
48,91
|
|
Tabel
14 menunjukkan bahwa porositas tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung
lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Trembesi, selanjutnya porositas
tanah yang diberi mulsa jerami lebih tinggi dari pada mulsa seresah dan tanpa
mulsa.
3.1.5 Stabilitas
agregat
Hasil analisis stabilitas
agregat tanah di Laboratorium ilmu tanah. Dianalisis sidik ragam untuk
mempengaruhi sifat fisik tanah pada berbagai perlakuan mulsa. Adapun analisis
sidik ragamnya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil analisis sidik ragam pada stabilitas agregat tanah
|
|
|
|
|
F Tabel
|
|
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
FH
|
0,05
|
0,01
|
PERLAKUAN
|
5
|
199,42
|
39,88
|
9,38**
|
4,06
|
7,86
|
J
|
1
|
140,08
|
140,08
|
32,96**
|
3,77
|
7,14
|
M
|
2
|
36,17
|
18,08
|
4.25TN
|
4,39
|
8,75
|
(JxM)
|
2
|
23,17
|
11,58
|
2,72TN
|
4,76
|
9,78
|
Galat
|
6
|
25,5
|
4,25
|
|
|
|
Total
|
11
|
424,34
|
|
|
|
|
Keterangan : TN : berpengaruh nyata
** : Berpengaruh sangat nyata
Hasil analisis yang disajikan pada tabel 15. menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan dan jenis tanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap tanah tetapi perlakuan mulsa dan interaksi antara jenis tanaman dan
mulsa tidak berpengaruh nyata pada stabilitas agregat tanah.
Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap stabilitas agregat tanah Maka
selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan
dapat dilihat pada Tabel 16 .
Tabel 16. Uji jarak berganda Duncan pada stabilitas agregat tanah
|
|
Jenis
|
|
Mulsa
|
|
|
Rata-rata
|
|
J₁
|
J₂
|
|
M₁
|
57.5b
|
54.5a
|
56b
|
M₂
|
62a
|
54a
|
58a
|
M₃
|
58.5b
|
49b
|
53.75c
|
Rata-rata
|
59.33a
|
52.5b
|
|
Keterangan : J₁ = Mahoni J₂ = Trembesi dan Mo = Tanpa
mulsa M₁ =Mulsa jerami M₂ = Mulsa seresah angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukka tidak berbeda nyata.
Tabel 16 menunjukkan bahwa stabilitas agregat tanah
yang ditanami tanaman Trembesi secara nyata lebih tinggi dibanding tanah yang
ditanami Mahoni Selanjutnya stabilitas tanah yang diberi mulsa jerami lebih
tinggi dari pada mulsa seresah, dan tanpa mulsa.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Tekstur
Berdasarkan hasil
analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 8. Menunjukkan bahwa pada kedua jenis tanaman di satu kedalaman (0-15) memilki kelas
tekstur tanah yaitu lempung liat berpasir dan Lempung berpasir. Tekstur lempung
liat berpasir cenderung berada pada jenis tanaman Mahoni (swietenia
macropylla) pada pelakuan mulsa
seresah dengan tekstur tanah lempung liat berpasir kondisi tersebut cenderung mulai berubah pada
tanaman Trembesi (Samanea saman) dengan tektur tanah lempung berpasir.
Tekstur tanah lempung berpasir ditemui
pada tanah yang ditanami Trembesi (Samanea
saman). Hanafiah (1995)
menyatakan bahwa tanah yang bertekstur lempung berpasir lebih baik jika dibandigkan dengan tanah yang bertekstur
lempung, karena didominasi pasir maka banyak terdapat pori-pori makro disebut
lebih porous, makin poreus tanah maka makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik).
Tanah yang didominasi pasir
dan termasuk kedalam kelas lempung berpasir adalah tanah yang banyak mempunyai
pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus.
Tanah lempung berpasir memiliki kemampuan memegang air dan mengandung
unsur hara tinggi, serta kondisi tanahnya lebih subur dengan mengandung
nitrogen dan bahan organik lebih banyak (Foth, 1988).
Berdasarkan hasil
analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 9. menunjukkan bahwa tekstur tanah yang yang
ditanami jenis tanaman Mahoni dan Trembesi sama yaitu lempung berpasir. Darmawijaya
(1990) menyatakan bahwa tidak berbedanya kelas tekstur pada beberapa
satuan lahan disebabkan oleh satuan lahan tersebut mempunyai bahan induk yang
sama,
disamping itu tekstur tanah menyatakan sifat tanah sulit mengalami
perubahan. Didukung oleh pendapat
Soepardi (1983) yang menyatakan bahwa proses pembentukan tanah melalui pelapukan batuan
dan mineral membutuhkan waktu yang lama, diperkirakan antara 100-200 tahun.
5.2.2 Permeabilitas
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Trembesi (Samanea saman). pada permeabilitas tanah yang ditanami tanaman
Trembesi cenderung lebih tinggi dari pada tanah yang ditanami Mahoni (Swietenia macrophylla). Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa permeabilitas adalah
kecepatan laju air tanah dalam medium masa tanah atau kecepatan tanah dalam
meloloskan atau dilewati oleh air. Hasil
analisis tanah di Laboratorim menunjukkan bahwa,
nilai permeabilitas pada Trembesi dengan perlakuan mulsa jerami cenderung lebih tinggi hal ini diduga karena tekstur tanahnya mengandung lebih banyak fraksi pasir dan memiliki
kelas tekstur lempung berpasir. Permeabilitas dipengaruhi oleh tekstur, stuktur, bulk density, porositas
dan bahan organik tanah.
Bahan organik merupakan bahan yang sangat mudah
menyerap air, karena itu kandungan bahan organik tanah akan mempengaruhi
karateristik air tanah. Pengaruh bahan
organik berubah menurut waktu karena bahan organik berpengaruh terhadap
struktur tanah (Hardjowigeno, 2003).
Didik (2009) menyatakan bahwa jumlah pori makro dan kemantapan agregat pada giliranya akan meningkatkan
kapasitas infiltrasi (masuknya air kedalam tanah) dan sifat aerasi tanah. Tingginya infiltrasi menyebabkan air mudah
hilang. Pada laju permeabilitas
cenderung lebih rendah hal ini menyebabkan
daya pegang tanah terhadap air baik dan tidak mudah hilang. Tekstur tanah ikut
berperan dalam menentukan laju permeabilitas, tanah yang memiliki lebih banyak
fraksi pasir akan meningkatkan laju infiltrasi, dibanding tanah yang memiliki
lebih banyak fraksi liat.
5.2.3 Bulk Density
Hasil menunjukan bahwa Bulk Density tidak berpengaruh nyata pada tanaman Trembesi (Samanea saman Mahoni (Swietenia
macrophylla)) dan . Bulk Density
tanah yang ditanami tanaman Mahoni (Swietenia
macrophylla). cenderung lebih tinggi daripada tanah yang ditanami Trembesi
(Samanea saman) Nilai Bulk
density akan lebih
rendah apabila bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat
memperkecil berat (S) tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta
memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral. Tanah dengan nilai
bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab Bulk density yang
kecil bahan organik yang dikandungnya akan semakin besar sehingga akan
menyebabkan aerasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik. Tanah yang memiliki
Bulk density tinggi atau
besar mempunyai kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah
karena semakin tinggi nilai Bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang. Makin
padat suatu tanah makin tinggi Bulk density berarti makin sulit meneruskan air
atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk density kurang dari 0,85 (Hardjowigeno,
1981).
Bulk
density atau bulk density menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering
dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai bulk
density pada tanaman Trembesi ( Samanea
saman) dengan perlakuan mulsa jerami cenderung lebih tinggi dibanding tanaman
Mahoni (Swietenia macropylla) mulsa
jerami. Dari hasil analisis Laboratorium memperlihatkan bahwa nilai
bulk density cederung agak tinggi pada Mahoni Swietenia macropylla) dengan perlakuan mulsa jerami dibanding
Trembesi ( Samanea
saman) hal ini menunjukkan bahwa Makin padat suatu tanah makin tinggi Bulk density berarti makin sulit
meneruskan air atau ditembus akar tanaman.
Fandi (2009) menyatakan bahwa meningkatnya kerapatan tanah (bulk density) menyebabkan berkurangnya
total ruang pori. Analisis
laboratorium menunjukkan bahwa nilai porositas Mahoni (Swietenia macropylla) cenderung lebih rendah jika
dibandingkan dengan Trembesi (Samanea
saman). Pendapat ini
didukung oleh Islami (1995) yang mentatakan bahwa tanah yang baik ialah tanah yang mempunyai
struktur remah dan ruang porinya tinggi sehingga bobot volumenya rendah.
Selain porositas tanah nilai bulk density juga dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik tanah, tingginya bulk density pada Trembesi (Samanea
saman) diduga karena kandungan
bahan organik tanahnya
cenderung lebih rendah dibanding Mahoni (Swietenia
macropylla). Tanah yang
mengandung bahan organik rendah akan lebih padat dan berat voume tanahnya akan
bertambah / meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah pada tanaman
Trembesi (Samanea saman) dengan
perlakuan mulsa jerami mengandung lebih banyak bahan organik / unsur hara.
Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah makin padat tanah makin tinggi bulk density,
yang berarti makin sulit meneruskan air dan ditembus akar tanaman. Nilai bulk density dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan
tanah oleh alat-alat pertanian tekstur dan struktur. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Idris (1987) yang menyatakan bahwa salah satu dampak fisik pada tanah hutan akibat
pembalakan secara mekanis adalah terjadinya pemadatan tanah yang merusak
struktur tanah. Tanah yang belum mengalami gangguan cenderung memiliki stabilitas
keremahan dan porositas yang lebih tinggi serta kepadatan masa tanah (soil bulk
density) yang lebih rendah dibanding yang sudah mengalami pembalakan.
5.2.4 Porositas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Porositas tidak berpengaruh nyata
pada tanaman Mahoni dan Trembesi. Tanah yang ditanami tanaman Mahoni cenderung
lebih tinggi daripada Trembesi. Faktor yang mempengaruhi sifat fisik tanah di
Ruang terbuka hijau (RTH) di sebabkan oleh fungsi dan pengaruh yang berbeda
dari jenis mulsa organik tersebut
sehingga dengan jenis yang berbeda
memberikan pengaruh yang berbeda
dalam meninggkatkan produtivitas tanah. Pori-pori tanah
adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara). Pori-pori
tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori tanah kasar (makro pori) dan pori-pori
halus (mikro pori). Pada umumnya pori-pori besar berisi udara
terutama bila tanah seluruhnya
tergenang air dan pori-pori kecil berisi air kecuali bila tanah sangat kering (Harianto, 2008).
Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang
disajikan menunjukkan bahwa nilai porositas pada tanaman Trembesi ( Samanea saman) mulsa jerami
cenderung lebih tinggi tanaman Mahoni (Swietenia macropylla) Mulsa jerami
Tingginya nilai porositas pada tanaman Trembesi (Samanea saman) berkaitan
erat dengan bulk density dan kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi bahan organik tanah akan
semakin rendah bulk density dan semakin tinggi porositas. Adrian (2003) meyatakan bahwa semakin tinggi bahan
organik tanah semakin rendah bobot volume tanah dan semakin tinggi ruang
pori. Rendahnya porositas pada tanaman Mahoni (Swietenia
macropylla). diduga karena kandungan organik tanahnya lebih
rendah dibanding tanaman
Trembesi ( Samanea saman), bulk
density yang lebih tinggi dan
Yudi (2009) menyatakan bahwa tingginya bahan organik tanah dapat
mempertahankan kualitas fisik tanah, sehingga membantu perkembangan akar
tanaman dan kelancaran sirkulasi air tanah serta pemtegakanan pori tanah berperan
dalam pengendalian limpasan permukaan sehingga mengurangi bahaya erosi serta
kerapatan yang tinggi dari rajutan perakaran halus yang ada dapat menghasilkan
porositas tanah. Pendapat
ini didukung oleh Sutedjo dan
Kartasapoetra (2005) menyatakan bahwa tumbuhan bawah atau rumput-rumput yang
tumbuh rapat mempunyai kemampuan mencegah berlangsungnya erosi tanah
yang lebih besar, sedang akar taman yang telah mati dapat menyebabkan
partambahan pori-pori tanah dan bahan organik dalam tanah.
. Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa
porositas tanah tinggi dipengaruhi oleh bahan organik, struktur dan tekstur
tanah. Porositas tinggi jika bahan
organik tinggi pula, tanah dengan struktur remah mepunyai porositas yang lebih
tinggi dari pada tanah yang ber struktur pejal.
5.2.5 Stabilitas agregat
Hasil
penelitian pada analisis sidik ragam menunjukkan bahwa stabilitas agregat tanah berpengaruh
sangat nyata antara jenis tanaman dan jenis mulsa. hasil uji jarak jarak
berganda Duncan menunjukkan bahwa interaksi antara tanaman dan jenis mulsa menunjukkan bahwa Trembesi mulsa seresah
cenderung tinggi dibanding Mahoni mulsa
jerami dan tanpa mulsa yang memiliki respon terbaik pada pertumbuhan. Faktor
yang mempengaruhi interaksi pada jenis tanaman dan perlakuan mulsa tersebut
disebabkan oleh fungsi yang berbeda dari jenis mulsa organik sehingga dengan
jenis yang berbeda memberikan penagaruh yang berbeda dalam meningkatkan
produktivitas tanah.
Kemantapan
agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh
benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung
padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi
atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara
lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta
tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan
tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan
antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah (Sarief,
1989).
Pemberian mulsa
di atas permukaan tanah menyebabkan energi air hujan akan ditahan oleh bahan
mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran.
Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
Yudi (2009) menyatakan bahwa penentuan agregat tanah seharusnya hanya
dapat ditentukan di lapangan sedangkan analisis di laboratorium lebih sukar
terutama dalam mempertahankan tegakan agregat yang asli. Hadiutomo (1982) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemtegakanan agregat tanah yaitu bahan
induk, fraksi penyusun tanah mempengaruhi pembentukan agregat
tanah.
Sutedjo dan Kartasapoetra
(2005) menyatakan bahwa adanya kemantapan agregat yang
berbeda-beda adalah lebih disebabkan karena adanya perbedaan tekanan ikatan
antara butiran. Agregat tanah yang disebabkan adanya ikatan atau sementasi antar
butiran-butiran tanah.
Pengaruh waktu aplikasi
sangat berpengaruh dalam proses penguraian mulsa dalam menghsilkan baha
organik. Semakin lama bahan organik. Semakin
lama bahan organik diaplikasikan sebagai penutup tanah pada tumbuhan
maka, proses pelapukan dalam dekomposisi yang dilakukan mikro organisme akan
semakin baik. Mulsa organik akan mengalami proses pelapukan yang akan dilakukan
oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan karbondioksida (CO₂),
air, (H₂O) dan mineral yang dihasilkan merupakan
sumber unsur hara yang dapat tanamansebagai zat makanan.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal terkait
dengan hasil pengamatan di lapangan maupun di Laboratorium yaitu:
1.
Perlakuan mulsa organik dan
jenis tanaman hutan Mahoni dan Trembesi tidak berpengaruh nyata terhadap sifat
permeabilitas, bulk density dan porositas, tetapi berpengaruh nyata terhadap
stabilitas agregat tanah.
2.
Tanah yang diberi mulsa organik
jerami yang ditanami Trembesi secaranya nyata stabil agregat tanahnya lebih
tinggi dari pada perlakuan lainnya.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk lebih mengetahui sifat kimia tanah pada berbagai perlakuan mulsa di Ruang
Terbuka Hijau Kampus Universitas Tadulako.