Fungi Mikoriza Arbuskular merupakan tipe mikoriza yang paling banyak mendapat perhatian, karena diketahui dapat bersimbiosis dengan sekitar 80%
spesies tanaman (Brundrett et al., (1996) dalam
Wulandari (2011)). Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan
tanaman dalam bentuk simbiosis mutualisme. Manfaat fungsional yang
diperoleh FMA dapat
dilihat
dari
adanya pembentukkan struktur
arbuskular dan vesikula di dalam
sel-sel akar serta produksi spora yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi
yang diperoleh
melalui penyerapan karbon
organik dari tanaman inang
(Smith dan Read (1997) dalam Wulandari (2011)). Sementara itu, tanaman inang dapat
memanfaatkan fungi simbiosis berupa hara mineral dan air yang penyerapannya
dibantu oleh
FMA sehingga pertumbuhan
dan hasil tanaman
meningkat.
Pages - Menu
▼
Jumat, 16 Mei 2014
Fungi Mikoriza Arbuskular
Fungi Mikoriza
Arbuskular (FMA) adalah salah satu tipe jamur pembentuk mikoriza yang dapat
dikembangkan sebagai pupuk hayati. Jamur ini mampu membentuk simbiosis dengan
sebagian besar (97%) famili tanaman darat (Husna, dkk, 2007). Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) memiliki karakteristik perakaran inang
yang terkena infeksi tidak membesar dan fungi membentuk struktur hifa yang tipis. Hifa FMA merupakan hifa yang tidak bersekat yang tumbuh diantara sel-sel
korteks akar dan bercabang-cabang di dalamnya. Fakuara (1998) dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa ciri utama FMA adalah adanya vesikel dan arbuskulus di dalam korteks akar. Hifa inter dan intraseluler
juga ada
di dalam
korteks
dan
infeksi di
sisi akar secara langsung berhubungan dengan miselium bagian luar yang menyebar dan
bercabang-cabang di dalam tanah.
Menurut Sanders (1986) dalam Patriyasari (2006) menjelaskan bahwa pembentukkan interaksi
Fungi Mikoriza Arbukular (FMA) dan tanaman inang adalah sebagai berikut:
1.
Pembentukkan kecambah dari propagul
FMA yang diikuti oleh pembentukan hifa dalam tanah;
2.
Infeksi primer yang merupakan proses pembukaan fungi ke
dalam tanaman inang. Saat menembus sel, hifa fungi mengalami pengerutan
diameter,
kemudian diameter hifa tersebut kembali pada ukuran yang semula lagi;
3.
Infeksi sekunder yang merupakan proses penyebaran/penjalaran fungi ke bagian-bagian akar yang lain;
4.
Transfer karbon hasil asimilasi dari tanaman inang ke fungi;
5.
Pertambahan biomassa fungi yang terdapat
dalam korteks
akar dan yang terdapat disekitar akar;
6.
Penyerapan hara mineral (terutama fosfor)
oleh miselium dalam tanah
dan ditransfer ke tanaman inang;
7.
Meningkatnya pertumbuhan tajuk dan akar
yang merupakan hasil perbaikan
hara tanaman;
8.
Meningkatnya pertumbuhan fungi akibat meningkatnya persediaan
ruang dan substrat tumbuh.
Pengertian dan Peran Mikoriza
Menurut Imas et
al., (1989) dalam Patriyasari (2006),
menjelaskan bahwa mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan
simbiosis mutualisme antara jamur (mykes) dan perakaran
(rhiza) tumbuhan
tingkat tinggi. Simbiosis mutualisme yang berlangsung antara mikoriza dengan tanaman inang dimana tanaman inang
dapat menyediakan fotosintat untuk mikoriza sebagai sumber energi, sedangkan
mikoriza mensuplai mineral-mineral anorganik yang berasal dari tanah untuk tanaman inang.
Berdasarkan
atas terbentuk atau tidak terbentuknya selubung jaringan hifa jamur pada akar,
maka pada amumnya mikoriza dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu ektomikoriza,
endomikoriza, dan ektendomikoriza. Ektomikoriza yaitu struktur yang terjadi
karena asosiasi jamur mikoriza dan akar tumbuhan, sehingga pada permukaan akar
tumbuhan terbentuk selubung jaringan hifa jamur. Hampir semua akar tumbuhan
yang terifeksi jamur pembentuk ektomikoriza membengkak dan bercabang-cabang
seperti karang dengan warna putih hingga cokelat. Endomikoriza adalah struktur
yang terjadi karena asosiasi jamur mikoriza dengan akar tumbuhan. Jamur
berkembang hanya di dalam sel-sel korteks akar dan tidak terbentuk selubung jalinan
hifa jamur pada akar. Sedangkan Ektendomikoriza adalah asosiasi jamur mikoriza
yang jalinan hifanya terbentuk di dalam dan di luar jaringan akar (Indriyanto,
2010).
Mikoriza
memiliki banyak sekali peranan dalam budidaya hutan (Kuswanto (1990) dalam Indriyanto (2010)). Peranan
mikoriza itu diuraikan sebagai berikut.
a) Mikoriza berperan dalam meningkatkan
penyerapan unsur hara. Hal itu disebabkan oleh struktur mikoriza yang membentuk
luas permukaan akar lebih besar sehingga akar tanaman mempunyai kemampuan
menyerap unsur hara lebih tinggi;
b) Mikoriza berperan dalam meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan patogen akar. Hal itu dikarenakan antibiotik
yang dihasilkan jamur selama bersimbiosis dengan akar tanaman dapat melemahkan
bahkan mematikan bakteri, virus, dan jamur yang bersifat patogen;
c) Mikoriza berperan dalam meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap kekeringan atau kekurangan air pada musim kemarau. Hal itu
dikarenakan pada akar tanaman bermikoriza memiliki miselium yang dapat
menjangkau air tanah yang ketersediaannya sangat terbatas;
d) Mikoriza berperan dalam menghasilkan zat
pengatur tumbuh nabati. Jamur pembentuk mikoriza dapat menghasilkan hormon
nabati, seperti auksin, sitokinin, dan giberelin, serta menghasilkan vitamin
yang dapat mempercepat pertumbuhan organ-organ tanaman. Selain itu, dengan
dihasilkannya hormon-hormon tumbuh nabati menyebabkan akar tidak cepat
mengalami penuaan sehingga fungsinya dalam penyerapan unsur hara dan zat-zat
terlarut lainnya dapat berjalan terus;
e) Mikoriza berperan dalam memperbaiki
struktur tanah, karena miselium yang ada di bagian luar akar tanaman dapat
menyelimuti butir-butir tanah. Miselium yang menyelimuti butir-butir tanah
menghasilkan gel polisakarida sehingga dapat meningkatkan stabilitas agregat
tanah.